webnovel

call me adora

Bersekutu dengan iblis adalah sebuah hal terlarang. Namun, bagaimana jika itu adalah jalan keluar satu-satunya untuk menyelesaikan masalahmu? Hal yang sama terjadi pada Sean Marvin Jacob. Putra semata wayangnya terkena penyakit langka yang begitu sulit untuk disembuhkan. Semua dokter profesional sudah angkat tangan dengan keadaan putranya itu. Duda kaya itu hampir menyerah. Namun, di tengah keputusasaannya hadir seorang wanita yang menawarkan bantuan kepadanya. Akan tetapi, siapa sangka ternyata wanita itu adalah sosok iblis yang menyamar dalam tubuh manusia. Tentu saja, tidak ada yang gratis di dunia ini. Begitu juga dengan bantuan yang ditawarkan wanita itu. Ia meminta jiwa Sean sebagai gantinya agar putra kesayangannya itu selamat. Akankah Sean menerima tawaran wanita itu dan masuk ke dalam lingkaran setan yang menyesatkan?

Lattechoco605 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
15 Chs

chapter 4: harga untuk sebuah nyawa

Sean tengah duduk di atas kursi kerjanya. Pria itu sekarang sedang berada di kantornya setelah menjenguk Ken. Walaupun sibuk dengan urusan anaknya, Sean tetap menjalankan tugasnya sebagai CEO perusahaan yang ia miliki.

Pria itu menatap kartu nama yang dibawa Daniel 1 jam yang lalu. Matanya tak berhenti membaca huruf demi huruf yang tertera di sana. Pikirannya melayang.

Sejujurnya, Sean masih bimbang tentang tawaran Adora. Wanita itu adalah orang asing baginya. Ia bahkan tidak tahu darimana asal wanita misterius itu. Apa dia bersertifikat atau tidak? Apa pekerjaannya? Entahlah.

Memikirkan Adora, membuat bulu kuduknya meremang seketika. Entahlah Sean tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Tapi, mengingat apa yang terjadi di rumah sakit beberapa jam yang lalu benar-benar diluar dugaannya.

Bagaimana bisa seseorang tidak memiliki bayangan di dalam kaca. Dan bagaimana bisa Daniel tidak melihat sosok Adora sementara sosoknya terlihat begitu jelas di mata Sean. Ah benar-benar! Memikirkan semua ini semakin membuat Sean sakit kepala.

"Aku adalah seseorang yang ingin

membantumu!"

"Aku mempunyai obat yang bisa menyembuhkan putramu!"

Perkataan Adora terus saja menggema di telinga Sean. Semakin menambah kekacauan di pikirannya.

Pria itu mengacak rambutnya frustasi. Baru 2 kali iya bertemu dengan wanita itu. Tapi, wanita itu sudah mengacaukan pikirannya. Benar-benar menyebalkan.

Tiba-tiba Sean teringat pada Ken. Baik Adora maunpun Dr. Richard mengatakan kondisi putranya itu kian memburuk Hal itu semakin membuatnya merasa khawatir.

"Apa aku harus mencobanya? Selama ini aku sudah mencoba segala cara untuk menyembuhkan Ken. Apa aku juga harus menerima tawaran ini?" Tanya Sean. Matanya menatap kartu yang ada ditangannya.

"Fleet street no. 13?"tanya Sean pada dirinya sendiri saat membaca alamat yang tertera di kartu nama tersebut.

"Bukankah itu di dekat sini? Baguslah aku tidak perlu bersusah payah mencarinya lagi."

Pria itu bangkit dari kursi kerjanya lalu memakai jasnya yang bewarna abu-abu. Sean lalu berjalan keluar kantornya dan menaiki mobil sport mewahnya yang telah disiapkan oleh pegawainya.

Sean mengendarai mobilnya dalam kecepatan rendah. Matanya fokus menatap ke bangunan-bangunan yang berjejer di tepi jalan agar tidak ada yang terlewat.

"Ah itu dia!"ucap Sean lega. Pria itu memarkirkan Mobil sportnya lalu mendekati sebuah bangunan dua lantai yang bewarna serba merah muda. Ada angka 13 tertera di pintu bangunan tersebut.

Duda kaya itu menekan bel sebanyak 3 kali. Tak lama kemudian, keluarlah seorang pria yang ia tafsir berusia lebih muda dari dirinya. Pria itu memandang Sean penuh tanya. "Ya? Ada yang bisa kubantu, tuan?"

Seanpun memandang pria itu tak kalah bingungnya. Ia mencoba memastikan bahwa alamat yang ia maksut adalah benar. "Apa alamat ini benar?"tanya Sean sambil menunjukkan kartu nama yang ia bawa.

Pria itu membaca kartu nama yang diberikan Sean lalu menatap duda anak 1 itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perlahan seringainya terbit. "Namaku Blade. Ikutlah denganku!"

Sean mengikuti Blade ke dalam bangunan merah muda itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat keadaan di dalam gedung itu.

Saat pertama kali kakinya melangkah kedalam gedung itu, Sean disuguhkan oleh pemandangan hutan belantara. Hutan alami yang ditumbuhi oleh pohon-pohon pinus yang tinggi menjulang.

Pria tampan itu menoleh kebelakangnya. Matanya membelalak. Pintu masuk yang tadi ia lewati hilang begitu saja. Seolah-olah tidak pernah ada pintu apapun di sana.

Blade yang memahami kebingungan Sean sontak tersenyum. Ekspresi yang ditunjukkan Sean adalah ekspresi yang biasa ia lihat di wajah pelanggan Adora yang sebelum-sebelumnya.

"Tempat apa ini?"tanya Sean kebingungan.

"Adora sudah memberitahuku tentang kedatanganmu. Dan sekarang, kita berdua sedang dalam perjalanan menuju toko wanita itu."jawab Blade.

"Toko?"

Blade menganggukkan kepalanya. "Bukankah kau akan membeli sesuatu dari Adora? Ah lihat! Kita sudah sampai."

Sean terperangah. Di depannya sekarang, berdiri gagah sebuah bangunan bewarna serba hitam dan merah. Bangunan itu memiliki nuansa khas tionghoa yang diberi sedikit sentuhan romawi kuno. Benar-benar unik sekaligus misterius.

Blade membuka pintu masuk lalu melangkah masuk bersama Sean. Kedatangan mereka disambut oleh sosok Adora yang sedang duduk manis di atas sebuah sofa bewarna hitam.

"Welcome to Adora's shop, Mr. Jacob." Sambut Adora anggun. Sementara Sean hanya menatapnya datar.

Sean dibawa duduk oleh Blade di sebuah sofa panjang di depan Adora. "Jadi, bagaimana kau bisa membantuku?"

Adora tersenyum mendengar pertanyaan Sean yang terkesan tidak ingin basa-basi. "Kau sedang mengejar sesuatu? Kenapa terburu-buru? Blade bawakan tamu kita ini minuman yang spesial."

"Tidak perlu! Aku sedang tidak haus. Kita langsung saja ke intinya."tolak Sean.

Adora menganggukkan kepalanya. "Baiklah jika itu maumu. Aku hanya mencoba untuk membuat pelangganku merasa nyaman."

Wanita itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke sebuah meja di sudut ruangan. Dari tempatnya, Sean dapat melihat ada beberapa botol kaca di atas meje tersebut dan Adora mengambil salah satunya.

Adora membawa sebuah botol berukuran kecil bewarna hitam. Ada sebuah pita bewarna merah dan emas yang terikat di leher botol itu juga sebuah tutup bewarna perak yang menutupi kepala botol tersebut. Sean tidak dapat melihat bagaimana bentuk cairan di dalamnya. Karena warna botolnya yang hitam pekat.

"Ini adalah ramuan obat yang dapat menyembuhkan putramu. Satu tegukan dapat membuat penyakit yang ia derita sembuh dalam waktu satu malam. Putramu akan terbangun keesokan paginya seolah tidak pernah mengidap penyakit apapun."jelas Adora sambil memperlihatkan botol yang ia pegang pada Sean.

Sean menerima botol yang ditunjukkan oleh wanita itu. Lalu menatapnya lama. "Bagaimana aku tahu jika ramuan ini tidak berbahaya untuk putraku?"tanyanya penuh selidik.

Adora tersenyum manis menanggapinya. "Berbahaya? Bukankah putramu sedang dalam kondisi yang berbahaya, Tuan? Putramu sedang sekarat! Jika ini racun, itu tidak akan berdampak apapun padanya. Ya, mungkin akan membuatnya lebih cepat mati. Tapi, tetap saja dia akan mati nantinya bukan?"

Mendengar ucapan Adora, membuat Sean merasa kesal. Pria itu menatap nyalang pada Adora yang tersenyum padanya. "Kau ini iblis yang tidak berperasaan!"

"Bagaimana kau tahu jika aku ini iblis? Bukankah aku tidak pernah mengatakannya padamu? Ah kau benar-benar hebat, Sean!"

Sean membulatkan matanya. "A..a-apa?"

Adora menganggukkan kepalanya. Wanita itu lalu menatap kuku-kuku panjangnya yang bewarna hitam. "Jadi, bisa kita membahas soal pembayarannya?"

"Katakan berapa nominal yang kau inginkan? Aku akan mentrasfer berapapun yang kau mau ke rekeningmu."ucap Sean percaya diri.

Adora menyeringai. "Kau pikir obat ini setimpal dengan uang, Tuan Jacob?"

"Lalu apa yang kau inginkan? Rumah? Apartment? Atau apa? Beritahu saja padaku."

Adora menggelengkan kepalanya. "Kau sudah tahu kalau aku ini bukan manusia bukan? Aku bisa mendapatkan semua itu dengan mudah kapanpun kumau. Semua itu hanya berharga untuk manusia tapi tidak untukku."jelas wanita itu.

"Lalu? Sebenarnya apa yang kau inginkan?"tanya Sean lagi.

Adora kembali menyeringai. Wanita itu menatap Sean penuh arti. "Kau pernah mendengar tentang persekutuan dengan iblis, Tuan?"

Sean mengerutkan dahinya. "Pernah, Lalu?"

"Kau tahu bayaran apa yang diberikan oleh seseorang yang terlibat persekutuan dengan seorang iblis?"tanya Adora penuh teka-teki.

"Tidak perlu bertele-tele! Katakan apa maumu!"ucap Sean tidak sabaran.

Adora masih tetap dengan seringainya. Entah mengapa, Sean merasa aura wanita itu saat ini begitu berbeda dengan aura wanita itu dipertemuan mereka sebelumnya.

"Aku meminta jiwa mu sebagai bayaran untuk obat ini, tuan Jacob."