webnovel

call me adora

Bersekutu dengan iblis adalah sebuah hal terlarang. Namun, bagaimana jika itu adalah jalan keluar satu-satunya untuk menyelesaikan masalahmu? Hal yang sama terjadi pada Sean Marvin Jacob. Putra semata wayangnya terkena penyakit langka yang begitu sulit untuk disembuhkan. Semua dokter profesional sudah angkat tangan dengan keadaan putranya itu. Duda kaya itu hampir menyerah. Namun, di tengah keputusasaannya hadir seorang wanita yang menawarkan bantuan kepadanya. Akan tetapi, siapa sangka ternyata wanita itu adalah sosok iblis yang menyamar dalam tubuh manusia. Tentu saja, tidak ada yang gratis di dunia ini. Begitu juga dengan bantuan yang ditawarkan wanita itu. Ia meminta jiwa Sean sebagai gantinya agar putra kesayangannya itu selamat. Akankah Sean menerima tawaran wanita itu dan masuk ke dalam lingkaran setan yang menyesatkan?

Lattechoco605 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
15 Chs

chapter 3: percayalah, tuan. aku adalah orang yang akan membantumu

"Hanya kau yang bisa melihatku disini, tuan!"bisik Adora tepat di telinga Sean. Pria itu kembali memandang kaca yang ada di depannya. Tapi tetap saja, hanya ada bayangan dirinya sendiri di sana.

"Pak? Apa semuanya baik-baik saja?" Suara Daniel sedikit mengejutkan Sean yang tengah termenung. Pria itu segera menoleh dan mendapati Daniel yang tengah memandangnya penuh tanya.

"Katakan kalau kau melihatnya juga! Katakan!"ucap Sean. Pria itu bahkan menarik kerah kemeja Daniel.

"A...a-apa Pak? Melihat apa? Maaf Saya tidak mengerti."tanya Daniel masih tidak mengerti apa yang dimaksut bosnya itu.

Sean melihat Adora sebentar lalu kembali menatap Daniel. "Wanita yang sedang bersamaku! Wanita yang menemuiku di bar kemarin malam!! Apa kau tidak melihatnya??"jawab Sean. Pria itu menunjuk-nunjuk ke arah Adora yang bagi Daniel hanyalah udara kosong.

Daniel menggelengkan kepalanya. "Tidak,Pak."

Sean terdiam. Pria itu berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Ditatapnya kembali Adora yang masih tersenyum manis menatapnya balik.

"Baiklah, Daniel! Aku butuh waktu sendiri untuk saat ini. Bisakah kau membiarkanku sendirian?"pinta Sean pada Daniel. Daniel dengan sigap menyanggupi permintaan bosnya itu. Pria itu segera meninggalkan Sean yang menurutnya masih bertingkah aneh.

Setelah memastikan Daniel sudah pergi cukup jauh, Sean kembali memandang Adora. "Katakan! siapa sebenarnya kau?"tanya Sean.

Adora masih dengan senyumannya yang manispun menjawab. "Sudah kukatakan bukan? Namaku Adora. Panggil aku Adora."jawab wanita itu.

"Bukan itu maksutku! Aku bertanya apa kau ini sebenarnya. Kenapa hanya aku yang bisa melihatmu? Katakan!"tanya Sean tidak sabaran.

"Aku adalah seseorang yang akan membantumu. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Aku bukan Tuhan ataupun malaikat. Aku juga bukan manusia seperti dirimu atau anak buahmu yang tengah mencoba menguping di ujung lorong sana."jawab Adora santai.

Sean yang mendengar penjelasan Adora sontak menoleh ke ujung lorong. Memastikan apa benar ada Daniel di sana. Namun yang dia lihat adalah ujung lorong yang sepi.

Pria itu memandang Adora dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Penampilan Adora benar-benar aneh. Wanita itu mengenakan pakaian serba hitam dengan kain berenda yang menutupi sebagian kepalanya. Penampilannya benar-benar semakin membuat wanita itu terlihat misterius.

"Dengar, tuan. Percayalah. Aku adalah orang yang bisa membantumu. Membantu anakmu yang tengah sekarat di ruangan itu."ucap Adora mencoba meyakinkan Sean.

Sean melipat tangannya di depan dada. Sebelah alisnya terangkat. "Bagaimana bisa aku menerima bantuan dari orang yang sama sekali tidak kuketahui identitasnya."

Adora masih dengan senyumannya. "Kau masih menyimpan kartu namaku, Tuan? Jika kau ingin mengetahui siapa aku datanglah ke alamat yang tertera di sana."

Setelah mengatakan itu semua, Adora pergi dari tempat itu. Meninggalkan Sean dengan seribu tanda tanya di kepalanya.

Adora melangkahkan kakinya santai di koridor Rumah sakit. Wanita itu bahkan sesekali bersenandung dengan riang dan tidak ada seseorangpun yang melihatnya.

Langkah wanita itu terhenti saat tiba di halaman rumah sakit. Ia menatap kesekelilingnya lalu menepuk kedua telapan tangannya dengan anggun.

"Blade kemarilah!"panggil Adora.

Tak lama kemudian, muncul sosok seorang lelaki tampan dengan pakaian serba hitam. Sepasang taring yang terlihat menyeramkan terlihat saat ia tersenyum. Dan jangan lupakan iris mata yang bewarna abu-abu terang seakan menyihir siapapun yang menatapnya. Dia adalah Blade. Seorang pria yang dapat berubah wujud menjadi seekor kucing berbulu hitam. Pria yang telah lama menjadi tangan kanan Adora.

"Ada apa?"tanya Blade.

"Aku ingin kau segera merapikan toko."

"Apa? Kenapa? Tiba-tiba sekali?"tanya Blade kembali.

"Kita akan kedatangan pelanggan baru, my kitty."jawab Adora sambil tersenyum.

Blade tampak sedikit kesal dengan kata terakhir yang diucapkan oleh Adora. Namun, kekesalannya terganti menjadi rasa penasaran saat wanita itu mengatakan tentang kedatangan seorang Pelanggan.

"Oh ya? Siapa dia?"tanya Blade penasaran.

Adora menyeringai. "Aku akan mengenalkannya padamu nanti. Tapi yang pasti dia adalah Pelanggan yang sangat berbeda dari pelanggan kita yang sebelumnya. Jadi, Blade. Lakukan perintahku!"

***

Sean kembali ke depan ruangan ICU. Pria itu masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Sungguh! Di satu sisi ia tidak ingin percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi, suara hatinya memaksanya untuk percaya.

Duda tampan itu memandang Ken yang tengah tertidur lelap di dalam sana. Perlahan ia menghembuskan napasnya lelah. Kata-kata Adora telah berhasil mempengaruhi pikirannya.

"Bagaimana jika yang dikatakan wanita aneh itu benar? Apa sebentar lagi daddy akan kehilanganmu?"tanya Sean sendu.

"Sebelumnya ibumu juga meninggalkan daddy. Apa sekarang kau juga akan meninggalkan daddy, Ken?"

Sean mengacak rambutnya frustasi. Entah kemana perginya sosok Sean Marvin Jacob yang selalu optimis. Semua hilang begitu saja sejak kehadiran Adora si wanita misterius.

"Daniel!"panggil Sean. Pandangannya masih tidak berpaling dari Ken.

Daniel yang dipanggil olehnya pun langsung mendatanginya dengan terburu-buru. "Anda memanggil Saya, Pak?"

Sean menganggukkan kepalanya. "Pergilah kerumahku. Ada kartu nama yang terletak di atas nakas di dalam kamarku. Ambil dan bawa kemari!"

Daniel menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak!"jawabnya sigap sebelum akhirnya pria itu pergi melaksanakan perintah Sean.

Sepeninggalnya Daniel, Sean kembali memasuki ruangan Ken. Pria itu mendaratkan tubuhnya di atas kursi yang terletak di samping ranjang Ken.

Tak bosan-bosan pria itu menatap wajah putra semata wayangnya yang tengah terlelap. "Bagaimana menurutmu, Ken? Apa Daddy bisa mempercayai wanita itu?"

Sean menghela napasnya. Ia membelai wajah putranya itu lalu mengecup keningnya penuh sayang. "Apapun yang terjadi nantinya, itu semua daddy lakukan Demi kebaikanmu, Ken. Cepatlah bangun. Daddy merindukanmu."