webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Erfly udah sama Cakya

Erfly kaget saat bangun untuk sholat subuh. "Bukannya Erfly ketiduran di lantai tadi habis tahajud...? Kok bisa di tempat tidur lagi...?", Erfly bergumam pelan.

Terdengar suara ketukan pintu, ibu Cakya muncul dari balik daun pintu. Ibu Cakya langsung menghampiri Erfly, memeriksa kening Erfly.

"Alhamdulillah sudah tidak panas", ibu Cakya merasa lega. "Kepala Erfly gimana...? Masih pusing...?", ibu Cakya kembali memastikan keadaan Erfly.

"Alhamdulillah udah g'ak ma", Erfly menjawab pelan.

Cakya berangkat kesekolah lebih pagi dari biasanya, karena harus mengantar Erfly pulang dulu kerumah mengantarkan ranselnya, sekaligus Erfly memakai seragam sekolah.

Sesampainya disekolah, Cakya langsung menuju lapangan basket. Bahkan Cakya tidak masuk kedalam kelas terlebih dahulu. Erfly malah yang mendapat tugas tambahan membawa tas Cakya kedalam kelas.

"Kamu sudah sembuh dek...?", Gama yang pertama kali ditemui saat Erfly masuk kedalam kelas.

"Alhamdulillah udah enakan bang", Erfly mengacungkan isyarat Ok dengan jemari tangannya.

"Kamu sudah hubungi dokter Alfa...? Dari kemarin dia nyariin kamu mulu", Gama bertanya santai, menatap kearah Erfly.

Erfly langsung menelfon Alfa. Akan tetapi tidak ada jawaban dari Alfa, Erfly memutuskan untuk mengirim kabar via wa.

"Kenapa dek...?", Gama bertanya saat Erfly sibuk mengetik di HPnya.

"G'ak diangkat, mungkin lagi ada jadwal operasi. Erfly wa aja, ntar juga dibaca habis operasi...", Erfly menjawab pelan.

Gama hanya mengangguk pelan.

Elang nyelonong masuk kedalam kelas, duduk dihadapan Erfly.

"Erfly... Elang mau ngomong", Elang bicara tanpa basa-basi.

"Kalau mau ngomong ya ngomong aja", Erfly menjawab asal.

"Ntar malam ada perayaan ulang tahun ibu Elang, jam 7 malam Elang jemput ya", Elang bicara diluar dugaan Erfly.

Gama mengerutkan keningnya, tidak terlalu mengerti dengan sikap Elang. 'Kata Cakya Elang nembak Erfly di gunung, apa Erfly nerima Elang...? Mereka beneran udah jadian...? Lalu bagaimana dengan Cakya...?', Gama bertanya dalam hati.

"Ajak pacar Elang, kenapa malah ngajakin Erfly...?", Erfly masih berusaha sabar menghadapi Elang. Erfly tidak mau cari masalah, apalagi Elang ketua Osis di sekolah. Ditambah lagi, Elang merupakan anak ketua Komite sekolah.

"Kan Elang udah bilang waktu di gunung. Elang sukanya sama Erfly. Makanya Elang ngajakin Erfly, mau ngajakin siapa lagi...?", Elang masih ngotot agar permintaannya dikabulkan.

"Erfly juga udah kasih tahu Elang waktu di gunung. Erfly udah sama Cakya. Jadi... Maaf Erfly g'ak bisa", Erfly menjawab dengan tegas kali ini. Karena Erfly berpikir sepertinya Elang tidak paham dengan penolakan halus yang dilakukannya saat di gunung waktu itu.

Erfly beranjak dari kursinya, berniat meninggalkan Elang. Kalah cepat kali ini, Elang malah menggenggam pergelangan tangan Erfly seketika.

"Kamu harus mau", Elang kembali memaksa. Nada bicaranya juga terdengar meninggi, Elang pikir dengan melakukan sedikit ancaman, Erfly akan merasa takut sehingga mengabulkan permintaannya.

"Lepas g'ak...?", Erfly bicara dengan dingin, tatapannya tajam langsung menusuk kejantung Elang.

"Bisa g'ak sih, kamu jangan bantahan Elang...!!!", Elang malah naik pitam, bukannya melepaskan tangan Erfly.

"Lepasin, selagi Erfly masih bisa sopan", Erfly bicara dengan nada yang paling rendah.

Elang malah menggenggam pergelangan tangan Erfly lebih kencang dari sebelumnya. Erfly menghentakkan tangannya dengan kasar, Elang tidak siap dengan pergerakan Erfly yang tiba-tiba, hingga genggaman tangannya terlepas. Erfly dengan secepat kilat, mempelintir tangan kanan Elang kebelakang, dengan tangan lain yang masih bebas, Erfly menekan kepala Elang hingga menempel kemeja.

"Erfly g'ak suka dipaksa. Erfly udah peringatin Elang sebelumnya. Erfly juga udah ngomong baik-baik", Erfly bicara dingin. Setiap ucapannya menekankan ancaman bagi Elang.

"Aaaauuuu... Sakit", Elang meringis kesakitan.

Teman-teman sekelas Erfly mulai berdatangan, akan tetapi tidak ada satupun yang berani mendekati Erfly, ataupun malah berusaha menolong Elang.

Gama mendekati Erfly, kemudian memegang bahu Erfly, berusaha meredakan amarah Erfly. "Dek...", Gama bicara pelan, berharap bisa mengembalikan ketenangan Erfly kembali.

"Astagfirullah...", Erfly langsung melepaskan Elang. Kemudian segera menoleh kearah lain, masih berusaha keras menjemput keterangannya kembali dalam waktu sesingkat mungkin.

"Lebih baik kamu pergi, kalau g'ak mau terjadi apa-apa", Gama memberi peringatan kepada Elang dengan dingin.

Elang masih pucat pasi, bahkan dia terlalu malu untuk melawan balik ucapan Gama. Saat mau mendekati pintu kelas, Elang berpapasan dengan Cakya. Elang tidak sengaja menabrak bahu Cakya, Elang menatap Cakya sekilas, kemudian langsung berlalu pergi tanpa bicara apa-apa.

Cakya menyisir tatapannya kesegala penjuru kelas, teman-temannya menatap kearah Erfly. Cakya berlari kecil menghampiri Erfly, "Erfly kenapa Om...?", Cakya bertanya kepada Gama dengan suara paling rendah, nyaris tidak terdengar oleh gendang telinga Gama.

Gama hanya menggeleng pelan, kemudian kembali duduk di kursi terdekat. "G'ak apa-apa", Gama menjawab sesantai mungkin, berusaha tidak membuat Cakya khawatir.

Cakya memegang bahu Erfly lembut, Erfly menghapus kasar air matanya sebelum berbalik.

"Erfly haus, Cakya mau anterin Erfly ke kantin...?", Erfly langsung angkat bicara, tidak memberikan kesempatan kepada Cakya untuk bertanya apapun.

Cakya hanya mengangguk pelan, kemudian melangkah bersama Erfly menuju kantin. Erfly tidak banyak bicara, tidak seperti biasanya. Cakya juga tidak mau ambil resiko. Jadi dua sejoli itu hanya diam sepanjang waktu.

***

Alfa bergegas kembali keruangannya setelah 5 jam terkurung dalam ruangan operasi. Hal pertama yang dilakukannya adalah meraih HPnya yang ada di dalam laci meja kerjanya.

"Erfly...?", Alfa bergumam pelan saat melihat ada wa dari Erfly. Alfa segera membaca wa dari Erfly secepat kilat.

'Ko, Erfly udah di sekolah ya. Koko jangan khawatir, Erfly udah baik-baik saja'

Alfa bernafas lega setelah membaca wa dari Erfly. Akhirnya dia bisa pulang, dan istirahat dengan tenang setelah ini.

***

Sinta masih melakukan perjalanan panjangnya, pergi ke beberapa kota bersama pengacara keluarga Wiratama. Bertemu dengan pembeli perusahaan, kemudian ke perusahaan bertemu karyawan, menyerahkan gaji terakhir mereka dan menyampaikan ucapan perpisahan dari keluarga besar Wiratama.

Hari ini merupakan hari terakhir dari perjalanan panjang Sinta. Setelah dari Kalimantan, Sinta bisa kembali ke Sungai Penuh.

Proses jual beli perusahaan berjalan lancar. Sinta kali ini berkumpul di aula pertemuan perusahaan. Setelah sedikit berbasa-basi, Sinta langsung menuju ke pokok permasalahan.

"Saya berdiri disini sebagai wakil dari almarhum pak Wiratama dan keluarganya. Kami mengucapkan ribuan terimakasih kepada seluruh pekerja yang telah bekerja keras selama ini.

Karena keadaan perusahaan yang sulit, kami terpaksa menjual perusahaan. Dan disini saya ingin menyerahkan gaji terakhir rekan pekerja bulan ini.

Saya atas nama pak Wiratama dan keluarga, minta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan, dan mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga", Sinta menundukkan tubuhnya, seperti sedang rukuk pada saat sholat.

Terdengar tangis beberapa pegawai saat mendengar ucapan Sinta.

Sinta segera mohon diri, Sinta menyerahkan tas yang berisi amplop gaji karyawan. Dan menyerahkan daftar penyerahan gaji kepada karyawan ke tangan bendahara perusahaan.

Sinta dan pengacara almarhum pak Wiratama bergegas menuju bandara, mengejar penerbangan mereka ke jakarta sebelum pulang ke Sungai Penuh nantinya.

"Pak... Anda bisa tenang sekarang diatas sana. Masalah perusahaan sudah bisa diselesaikan. Dan... Putra putri anda sudah bisa lebih dewasa saat ini", Sinta bicara lirih menatap kearah langit.