webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Erfly mengerti sekarang

Erfly dan Alfa sampai ketempat tujuan pukul 08.45 Wib. Alfa memutuskan langsung ke tempat acara diselenggarakan, Hotel Keluarga Bangko. Selain cepat ke tempat acara, Erfly juga bisa istirahat dengan nyaman selama menunggu.

Cakya sudah minta di pesankan 2 kamar, untuknya dan Erfly. Jadi mereka tinggal masuk saja setelah Alfa menunjukkan kartu identitas.

"Dek, kamu istirahat. Koko nanti seminarnya siang", Alfa menjelaskan jadwalnya kepada Erfly.

Erfly hanya memberi isyarat Oke ditangannya, kemudian masuk kedalam kamarnya. Erfly memilih untuk mandi agar lebih segar, kemudian merebahkan badannya ketempat tidur sembari menonton TV.

***

Gama menghampiri Cakya yang dari pagi uring-uringan.

"Kenapa...? Erfly lagi...? Kata Walikelas dia keluar kota, ada keperluan", Gama mencoba menebak apa yang ada dipikiran Cakya saat ini.

Cakya hanya mengangguk pelan.

"Baru juga semalam ketemu, udah kangen aja", Gama bicara santai, kemudian mengambil alih gitar Cakya, memetik senar gitarnya perlahan.

"Cakya nembak Erfly semalam", Cakya bicara pelan.

"Apa...?", Gama menghentikan permainan gitarnya, menatap ke wajah Cakya meminta penjelasan.

Cakya malah memukul pipi Gama pelan, agar mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Kemajuan pesat ini. Seorang Cakya bisa nembak cewek", Gama tertawa terbahak-bahak. "Terus dia jawab apa...?", Gama kembali bertanya.

Cakya hanya mengangkat kedua bahunya pelan.

Gama kembali tertawa terbahak-bahak, "O... Jadi karena itu Cakya sewot seharian. Ditolak sama Erfly...?", Gama berusaha menebak arah omongan Cakya.

"Bukan"

"Terus...?"

"Dia belum jawab", Cakya bicara pelan.

"Telfonlah"

"G'ak aktif"

"Sabarlah. Tunggu dia pulang, toh selasa juga ketemu lagi disekolah. Mungkin Erfly butuh waktu untuk berpikir. Jangan dipaksa", Gama memberi saran.

***

Seminar berjalan dengan lancar tanpa kendala, tepat pukul 5 sore Alfa mengetuk pintu kamar Erfly. Alfa masuk saat pintu dibuka, Alfa meletakkan semua bawaannya keatas meja kecil.

"Dek, kita nginep disini malam ini. Kalau dipaksa berangkat, malem sampenya. Besok habis subuh kita jalan lagi. Gimana...?", Alfa meminta pendapat Erfly.

"G'ak apa-apa sih Ko, Erfly mana baiknya Koko saja", Erfly tidak menolak.

"Makan dulu nih", Alfa menunjuk kebawaannya.

"Banyak amat Ko...? Habis ngerampok atau apa itu...?", Erfly tertawa terbahak-bahak.

"Kegantengan Koko berlebihan, itu dari fans Koko peserta seminar, hahahaha", Alfa tertawa renyah.

***

Sesuai perjanjian, ba'da subuh keesokan harinya Alfa dan Erfly melanjutkan perjalanannya ke Muara Bulian. Kali ini Erfly tidak bisa tidur sepanjang perjalanan, dia malah asik menemani Alfa menyetir.

Mereka bercerita panjang lebar, tidak jarang terdengar tawa Erfly dan Alfa mengisi ruang hampa dimobil.

Agak meleset dari perkiraan, mereka sampai ketempat tujuan pukul 10.00 Wib. Alfa turun untuk menemui penjaga makam, setelah tahu tujuannya Alfa kembali masuk kedalam mobil sembari membawa bunga pesanan Erfly.

Alfa memarkirkan mobilnya tidak jauh dari makam yang ingin mereka ziarahi. "Kamu mau sendiri, atau mau Koko temani...? Menurut penjaga makam, itu yang ada orang ziarah makamnya", Alfa menjelaskan.

"Itu siapa Ko...?", Erfly bertanya ragu.

"Dia kakaknya. Apa kamu mau Koko temani...?", Alfa kembali bertanya.

"Erfly sendiri saja Ko", Erfly bicara yakin. Ini masalahnya, dia tidak mau menyeret Alfa kedalam masalahnya.

Erfly melangkah perlahan mendekati makam. "Assalamualaikum", Erfly bicara pelan menyapa orang yang duduk jongkok membelakanginya.

"Wa'alaikumsalam", lelaki yang jongkok itu menoleh kebelakang.

"Gama...?"

"Erfly...?", Erfly dan Gama bicara hampir bersamaan.

"Kok kamu bisa disini...?", Gama bertanya bingung.

"Erfly... Mau ziarah ke makam pendonor jantung Erfly", Erfly bicara polos.

Air mata Gama langsung menyerbu keluar. "Jadi... Kamu salah satu penerima donor Asri", Gama bertanya disela tangisnya.

"As... Asri...?", Erfly bertanya bingung, Erfly langsung membaca nama yang tertera dibatu nisan.

"Erfly mengerti sekarang", Erfly tertawa kecil mengejek dirinya sendiri. Erfly berjalan mendekati makam, duduk tepat disamping Gama. Erfly menyirami bunga yang dia bawa ke makam Asri.

"Terima kasih atas hidup kedua yang kamu berikan kepada Erfly. Terima kasih atas jantung ini", Erfly bicara lirih.

"Asri sedih saat ibu meninggal sebelum menemukan pendonor. Makanya Asri menemui dokter, mendaftarkan diri menjadi pendonor organ. Saat kecelakaan terjadi, Asri di fonis dokter mati otak. Kita menjalankan amanah Asri. Mendonorkan Hati, paru, ginjal, jantung dan matanya. Dari kabar yang Gama terima, penerima donor jantung Asri langsung menerima donor mata juga", Gama bercerita panjang lebar. Tatapannya langsung menatap mata Erfly, air matanya mengalir tidak mampu dibendungnya lagi kali ini.

"Pantas saja, semua karena kamu Asri. Erfly merasa mengenal rute gunung tujuh dengan baik, padahal pertama kali Erfly menginjakkan kaki disana. Erfly merasa dekat dengan keluarga Cakya, padahal kita belum pernah ketemu sebelumnya. Dan... Erfly merasa sakit setiap kali melihat Cakya dengan gadis lain", Erfly bicara lirih. Airmata menetes tidak mampu dibendungnya lagi.

"Semua karena mata dan jantung ini. Pantas saja, jantung ini selalu bereaksi setiap kali Cakya menatap tepat kebola mata ini. Jadi... Jadi semua... Semua ini karena... ", Erfly tidak melanjutkan ucapannya karena jatuh pingsan.

Beruntung Gama sigap menangkap tubuh Erfly, sehingga tidak membentur porslen makam. Gama mengangkat tubuh Erfly menjauh dari makam, Alfa yang melihat kejadian langsung berlari menghampiri Gama.

"Erfly kenapa...?", Alfa bertanya cemas.

"Tidak tahu, tiba-tiba dia pingsan", Gama menjawab apa adanya.

"Bawa kemobil saja", Alfa memberi perintah, kemudian membuka pintu mobil bagian belakang.

Dengan hati-hati Gama membaringkan Erfly dikursi penumpang. Alfa menarik kotak p3k dari bawah kursi penumpang depan. Alfa mengecek keadaan Erfly dengan teliti.

"Bagaimana dokter...?", Gama bertanya cemas.

"Dia tidak apa-apa. Hanya sedikit syok saja", Alfa bicara tenang.

"Alhamdulillah", Gama bicara lega.

Gama menutup pintu mobil, menuju warung kopi yang ada didekat makam. Gama memesan minuman dingin, menenggak habis minumannya tak bersisa.

"Jadi... Karena jantung dan mata itu, Gama merasa akrab dengan kamu Erfly. Karena jantung dan mata itu milik Asri. Dek... Kamu luar biasa dek, mampu memberi kehidupan buat orang lain", Gama bergumam lirih.

Alfa menghampiri Gama, setelah yakin Erfly tidak apa-apa dan menutup pintu mobil.

"Kok Gama ada di makam Asri...?", Alfa bertanya pelan, sembari meminum air pesanannya.

"Hari ini ulang tahunnya Asri dok", Gama menjawab lirih.

"Dokter sendiri kok bisa sama Erfly...?", Gama bertanya bingung.

"Erfly sudah seperti adik saya sendiri, dari kecil kita sudah bareng. Dia selalu ditinggal orang tuanya, jadi kami besar bersama", Alfa menjelaskan.

"Erfly gadis yang kuat"

"Konyol lebih tepatnya"

"Maksudnya...?"

"Gimana g'ak konyol. Dia selalu sok tegar dihadapan orang. Bahkan dia menerima pengasuh untuk menjaganya diwaktu kecil, bukan karena kerjanya baik"

"Lalu...?"

"Karena namanya sama dengan nama ibunya, Kinasih. Kan konyol itu namanya", Alfa dan Gama spontan tertawa.

"Tapi... Aku akui, dia gadis yang kuat. Sangat jarang aku lihat dia menangis", Alfa melanjutkan omongannya.