webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Dasar anak zaman sekarang, lebih sedih ditinggal pengasuhnya dari pada ibunya sendiri

Alfa mengetuk pintu kamar tamu, setelah mendapat izin dari Erfly untuk masuk. Alfa duduk di kursi tepat disamping tempat tidur.

"Kenapa ko...?", Erfly bertanya pelan, Erfly duduk bersandar dikepala tempat tidur.

"Koko dapat telfon dari rumah sakit, katanya akan ada pasien yang akan datang. Dari hasil diagnosa awal dia harus segera di operasi segera", Alfa bicara ragu. Sejujurnya dia enggan meninggalkan Erfly sendiri, apalagi dalam keadaan belum stabil seperti sekarang.

"Koko pergi aja", Erfly bicara pelan.

"Kamu... Tidak apa-apa koko tinggal dek...?", Alfa bertanya memastikan keadaan Erfly.

"Erfly baik-baik saja ko", Erfly meyakinkan Alfa.

"Koko tinggal ya, semoga tidak lama. Selesai operasi koko langsung pulang", Alfa meyakinkan Erfly.

"Santai aja ko", Erfly tidak mau Alfa terlalu mencemaskan dirinya.

"Kalau begitu, koko berangkat ya. Ada apa-apa kamu langsung telfon koko", Alfa mengingatkan.

"Iya ko", Erfly bicara malas.

"Istirahat kamu", Alfa mengacak rambut Erfly sebelum meninggalkan kamar tamu.

Erfly masih menatap kosong ke layar HPnya yang hitam, setelah mematikan HPnya saat transit di bandara, Erfly tidak menghidupkan HPnya lagi.

Erfly memutuskan untuk masuk ke kamar Alfa, mengambil celana training Alfa dan jaket yang ada topinya. Erfly segera berganti pakaian, kemudian keluar dari rumah Alfa.

Sama halnya seperti Alfa, Erfly juga punya kunci duplikat rumah Alfa. Erfly menghidupkan HPnya, memasang headset dengan talinya dimasukkan kedalam jaket. Erfly memasang topi jaketnya, memakai sendal gunung yang selalu menemaninya kemana-mana. Kemudian mulai berlari menuju arah bukit sentiong.

Erfly berhenti membeli minum sebelum akhirnya duduk diatas trotoar jalan, menatap atap rumah yang kecil dengan lampu kerlap-kerlip. Erfly meneguk minumannya, mengatur kembali napasnya yang tersengal.

Setelah operasi jantung, bahu hari ini dia nekat melakukan olahraga. Kalau Alfa tau hal ini, bisa digantung oleh Alfa. Berkali-kali Alfa mengingatkan untuk Erfly tidak melakukan olahraga berat, hal itu bisa memengaruhi kinerja jantungnya.

Nafas Erfly mulai teratur, Erfly merebahkan tubuhnya ketrotoar jalan, menatap ke langit yang penuh bintang. Erfly memejamkan matanya, menikmati udara malam yang menusuk kulitnya. Karena merasa lelah, Erfly tertidur.

***

Alfa duduk mempelajari data pasien yang ada di tangannya.

"Suster...", Alfa menatap Rima yang ada di hadapannya.

"Ya dok", Rima antusias menerima perintah selanjutnya.

"Siapkan ruang operasi, minta tim untuk bersiap. 15 menit lagi, saya kesana", Alfa bicara kata perkata.

"Baik dokter", Rima berlalu, melaksanakan amanah yang diberikan oleh Alfa.

Alfa masuk kedalam ruangannya, meletakkan tas dan barang yang tidak di perlukan. Kemudian langsung masuk menuju ruang operasi.

***

Erfly membuka matanya perlahan, telinganya menangkap suara melodi gitar yang sendu.

"Tidak mungkin Cakyakan...?", Erfly bergumam pelan, dia malah menutup matanya dengan lengan kanannya.

"Mau sampai kapan Erfly tidur disini...? Ini sudah jam 10 lho", orang disamping Erfly bicara pelan.

Erfly spontan duduk dalam posisi siaga. "Cakya...? Kok bisa disini...?", Erfly bertanya bingung.

"Cakya yang harusnya tanya, ngapain Erfly disini...?", Cakya balik bertanya kemudian menatap langsung menembus mata Erfly.

Erfly langsung mengalihkan tatapannya, Erfly merangkul kedua kakinya perlahan. Tatapannya tetap menatap jauh kedepan, dia tidak sanggup menatap Cakya langsung.

"Erfly kemana saja...?", Cakya bertanya pelan, matanya tidak terlalihkan menatap ke arah Erfly.

Walaupun ditutup dengan topi jaket, Cakya masih bisa melihat sebagian wajah Erfly, wajah gadis yang sangat dirindukannya. Wajah gadis yang selama 3 hari ini membuat dia hampir gila setengah mati mencarinya.

"Sukabumi", Erfly bicara lirih.

"3 hari kamu g'ak ada kabar, dengar kamu ngomong gitu, kok Cakya kesel ya", Cakya bicara pelan, tangannya mulia memetik gitar yang ada dipelukannya sedari tadi.

"Kamu tau g'ak mama hampir menemui pak Lukman, buat melacak keberadaan kamu", Cakya memberitahukan Erfly kalau ada orang yang khawatir akan keselamatan dirinya.

"Maaf..."

"Cakya hampir gila nyariin Erfly kemana-mana. Entah berapa kali Cakya datang kerumah Erfly. E... Yang dicari malah asik-asikan liburan ke Sukabumi"

"Erfly sama sekali g'ak liburan kok"

"Sebaiknya begitu"

"Ambu Kinasih meninggal dunia. Dia orang yang merawat Erfly dari kecil, selain nenek dia sudah seperti ibu kedua buat Erfly setelah nenek"

"Dasar anak zaman sekarang, lebih sedih ditinggal pengasuhnya dari pada ibunya sendiri"

"Ya maaf, kalau Erfly membuat khawatir semua orang"

"Dan itu membuat kamu g'ak bisa ngubungin Cakya selama 3 hari...? Kirim satu tanda titik saja, sebagai tanda buat ngasih tahu kalau Erfly masih hidup. Itu udah cukup"

"Maaf..."

"Erfly sudah makan...?"

"Udah"

"Udah malam, Cakya antar pulang. Biar Erfly bisa istirahat"

Cakya memasukkan gitarnya kedalam tas gitar, kemudian menyerahkan kepada Erfly. Kemudian Cakya menaiki motornya, dengan Erfly duduk dibangku penumpang. Alfa membawa motor dengan perlahan.

Sesampainya dirumah Erfly, Erfly langsung menyerahkan gitar Cakya.

"Istirahat", Cakya bicara pelan, menatap penuh kasih kewajah Erfly.

"Iya, Cakya juga pulang. Udah malam", Erfly balik memberi perintah.

Cakya mengangguk pelan. "Assalamualaikum", Cakya mengucap salam sebelum berlalu.

"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab lirih. Kemudian masuk kedalam rumahnya.

Erfly memilih untuk mandi, kemudian naik keatas tempat tidur. Hanya dalam hitungan detik Erfly terlelap tidur.

***

Erfly sudah siap-siap untuk berangkat kesekolah. HP Erfly berteriak minta diangkat, Erfly menatap nama yang muncul di layar HPnya.

"Astagfirullah, ko Alfa", Erfly menepuk jihadnya. Dengan segera menerima telepon masuk.

"Iya ko...?"

"Dek, kamu mau dibeliin sarapan apa...?"

"Koko dimana...?"

"Ini udah mau jalan pulang dek"

"Alhamdulillah"

"Kenapa dek...?"

"G'ak papa ko. Erfly udah mau jalan kesekolah. Erfly sarapan disekolah saja nanti"

"Kamu yakin dek, g'ak mau dibeliin sarapan...?"

"G'ak ko, terima kasih. Erfly berangkat sekolah dulu ko"

"Hati-hati dek, pulang sekolah koko jemput. Kita makan malam bareng, ada mantan pasien koko yang baru buka Kafe makanan seafood"

"Iya ko"

Erfly langsung mematikan hubungan telfon. Kemudian bergegas keluar. Saat membuka pintu, Cakya sudah menunggu dengan motor dan gitar kesayangannya.

Erfly langsung memakai sepatu, kemudian naik ke atas motor Cakya. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Erfly dan Cakya, bahkan sampai mereka duduk di bangkunya masing-masing.

Kelas masih terlihat sepi. Karena jam baru menunjukkan pukul 06.30 Wib. Cakya mengeluarkan kotak bekal yang diberi ibunya. Menyerahkan satu kehadapan Erfly.

"Sarapan, titipan dari mama", Cakya bicara pelan.

Erfly tersenyum girang menerima bekal pemberian Cakya, tidak perlu aba-aba, Erfly langsung menyantap sarapan pagi gratisnya.

Nasi goreng seafood buatan ibunya Cakya.

"G'ak sekalian sama minum nih...?", Erfly memasang wajah memelas menatap Cakya dengan mata anjingnya. Cakya tersenyum geli melihat kelakuan Erfly. Cakya merogoh tasnya, kemudian menyerahkan sebotol air mineral kearah Erfly yang telah dibukanya. Dengan senyum puas, Erfly langsung menerima pemberian Cakya, meneguk sedikit minuman dari botol.

Cakya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib gadis di hadapannnya saat ini.

Baru saja semalam Erfly terlihat seperti orang yang mau bunuh diri saja. Tetapi sekarang dia malah seperti gadis yang tidak ada beban hidup saja.

HP Erfly berbunyi. Tidak sengaja Cakya menatap siapa yang menelfon, wajah lelaki yang muncul seperti pernah dilihatnya. Cakya kembali memutar ingatannya, itu lelaki yang dia temui dirumah Erfly saat mencari Erfly yang menghilang beberapa hari yang lalu. Wajah Cakya berubah rumit seketika.