Ibu Mayang memeluk Erfly dengan erat, kemudian menghujaninya dengan air mata.
"Terima kasih nak, ibu tidak tahu lagi harus membalas kebaikan kamu seperti apa...?", ibu Mayang bicara disela tangisnya.
Suasana hening, saat perut Erfly mulai protes minta diisi. "Kamu lapar nak...?", ibu Mayang melepaskan pelukannya, kemudian menghapus air matanya.
Erfly hanya nyengir kuda, "Hehehe... Erfly belum sempat sarapan pagi tadi, karena buru-buru takut telat", Erfly bicara malu.
Semua orang spontan tertawa mendengar pengakuan Erfly.
"Sampai lupa, ayo silahkan makan nak. Seadanya...", ayah Mayang mempersilakan makan.
Erfly dan yang lainnya langsung makan, setelah makan ayah Mayang kembali menghampiri Erfly.
"Nak... Kamu terima ini ya", ayah Mayang menyerahkan sebuah map ketangan Erfly.
"Apa ini pak...?", Erfly bertanya bingung, kemudian membuka map yang ada ditangannya.
Erfly kaget bukan kepalang, ternyata itu sertifikat rumah Mayang. Erfly menutup cepat map itu kembali, kemudian mengembalikannya lagi ketangan ayah Mayang.
"Nak...", ayah Mayang bicara bingung. Tidak mengerti mengapa Erfly mengembalikan lagi sertifikat rumahnya.
"Pak, Mayang itu teman Erfly. Erfly ikhlas menolong Mayang", Erfly bicara pelan, mencoba meyakinkan ayah Mayang untuk menerima kembali sertifikat rumahnya.
"Tapi... Nak, 25 juta itu bukan jumlah uang yang kecil. Jujur saja bapak tidak bisa menerimanya. Makanya bapak memberikan sertifikat rumah bapak buat kamu pegang, bapak akan cicil hutang bapak sama kamu nak", ayah Mayang kembali berusaha memberikan sertifikat rumahnya lagi ketangan Erfly.
"Pak. Erfly ikhlas menolong Mayang. Tapi... Kalau bapak anggap ini sebagai hutang, bapak boleh cicil setiap bukannya. Berapapun, Erfly akan terima, dan jangan terbebani, Erfly tidak akan kasih batas waktu untuk bapak melunasinya.
Dan ini, surat sertifikat rumahnya bapak simpan saja baik-baik. Erfly sudah punya Mayang sebagai jaminannya.
Toh Mayang g'ak akan kemana-mana, kita satu sekolah. Lagian Erfly juga tahu rumah bapak dimana, jadi... Erfly g'ak butuh jaminan apa-apa", Erfly kembali bicara panjang lebar meyakinkan ayah Mayang.
Ayah Mayang spontan menggenggam tangan Erfly, "Terima kasih nak. Kamu bagai malaikat penolong keluarga kami", ayah Mayang tidak kuasa menahan tangisnya lagi.
"Bukan malaikat pak, melainkan Kupu-kupu tak bersayap", Mayang menyela ucapan ayahnya.
"Kupu-kupu tak bersayap...?", ayah Mayang bertanya bingung.
"Butterfly pak, biasa dipanggil Erfly... ", Erfly melemparkan senyuman terbaiknya.
HP Erfly berbunyi. Erfly langsung minta izin menjauh dari keramaian mengangkat telfon. Selang beberapa menit kemudian, Erfly kembali ke rombongan.
"Kenapa dek...?", Gama bertanya pelan.
"Kita dipanggil menghadap keruang BP", Erfly bicara pelan.
"Astagfirullah, pasti gara-gara kita bolos", Gama mencoba menebak.
"Kalau begitu bapak ikut saja kesekolah nak, biar bapak coba jelaskan kepada pihak sekolah", ayah Mayang memberi solusi.
"Ehhhee... G'ak enak pak, nanti malah ngerepotin", Erfly bicara sungkan.
"Ngerepotin apanya, malah bapak yang jadi g'ak enak kalau kalian sampai dihukum pihak sekolah. Padahal untuk menyelamatkan anak bapak Mayang", ayah Mayang langsung mengeluarkan motornya.
"Nak, kamu dirumah saja ya", ayah Mayang mengingatkan Mayang.
"Ya pak", Mayang menjawab patuh.
***
Benar saja, saat tiba diruang BP sudah ada Walikelas mereka yang menunggu beserta Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Sebelum Walikelas mereka bicara, ayah dan ibu Mayang sudah permisi masuk duluan.
Kemudian mereka menjelaskan semua kronologi cerita kejadian yang terjadi dirumah mereka. Bagaimana ayah dan ibu Mayang sangat berterima kasih kepada Erfly, Cakya dan Gama. Entah akan jadi apa putri mereka kalau tidak ada Cakya dan teman-temannya tadi.
Setelah menjelaskan duduk persoalannya, ayah dan ibu Mayang mohon diri kembali kerumahnya. Sekarang giliran Cakya, Erfly dan Gama yang mendapat giliran.
"Kalian bertiga melakukan hal yang baik, tapi... Cara kalian bertiga tetap salah. Seharusnya kalian bertiga bisa diskusi dulu sama ibu, atau pihak sekolah. Bukannya malah bolos seenaknya saja", wali kelas bicara kesal.
"Kita salah buk. Kita minta maaf", Erfly bicara pelan, tatapannya menatap lantai, tidak berani menatap wajah Walikelasnya.
"Sebagai hukumannya, kalian bertiga mengambil alih tugas piket kelas selama seminggu", wali kelas kembali berbicara.
"Baik buk", Cakya, Erfly dan Gama menjawab serentak.
"Ya sudah, kalian boleh pulang. Ingat jangan diulangi lagi", Wakasek kesiswaan mengingatkan.
"Baik pak", kembali Cakya, Erfly dan Gama menjawab serentak.
***
"Dek... Dek... Cakep amat ide kamu dek, kita jadi dihukum gini kan...?", Gama ngedumel saat mengangkat bangku keatas meja.
"Ya maaf bang", Erfly bicara pelan karena merasa bersalah.
"G'ak bisa maaf doang dek. Kamu pikir masalah akan selesai setelah kamu minta maaf...?", Gama menjawab sengit.
"Terus... Erfly harus ngapain bang...?", Erfly bertanya pasrah.
"Kamu harus masakin kita habis ini, laper tau harus olahraga gratis...", Gama menjawab disela senyumnya.
"Ya elah bang, kirain apaan...? Siap atuh mah...", Erfly nyeletuk asal.
"Dirumah Erfly bakal masak menu spesial buat abang", Erfly kembali menimpali.
"Apaan dek...?", Gama bertanya penasaran.
"Kodok bakar, tongseng kecoa, sama pepes cicak", Erfly bicara dengan memasang muka serius.
"Ih... Geli dek. Makasih dah, g'ak jadi", Gama merinding disko mendengar ucapan Erfly.
Erfly malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Gama yang merasa geli sekaligus jijik.
Cakya hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Erfly dan Gama. Senyumnya mengukir dibibirnya.
***
Sesuai janjinya, setelah melakukan tugas piket. Cakya, Gama dan Erfly langsung menuju kerumah Erfly.
"Santai aja, anggap aja rumah orang lain", Erfly bicara saat membuka pintu rumahnya dan mengucapkan salam.
"Kamu dek... Lagu-laguan", Gama bicara pelan.
Erfly ganti baju dulu", Erfly pamit masuk kedalam kamarnya.
Gama menuju kulkas dan mengambil minum, memberikan satu ketangan Cakya. Cakya malah lebih memilih untuk duduk didepan TV, ada pertandingan basket yang sedang ditayangkan.
Erfly keluar dari kamar dan langsung sibuk didapur, tepat saat azan magrib berkumandang. Erfly telah berhasil menyelesaikan masakannya.
"Kita sholat dulu, baru habis itu makan. Abang sama Cakya wudhu dulu, Erfly siapkan perlengkapan sholatnya", Erfly menyarankan.
Cakya, Erfly dan Gamapun sholat berjamaah, kali ini Gama bertindak sebagai imam. Setelah sholat mereka langsung menuju meja makan.
Kali ini Erfly memasak rendang ayam, dendeng balado, sayur bayam, dan telur dadar. Tidak sampai 30 menit, makanan yang ada dimeja hilang tak bersisa. Cakya dan Gama langsung pamit, karena sudah malam. Erfly mengantar Cakya dan Gama kedepan rumahnya.
"Hati-hati", Erfly mengingatkan sebelum Cakya dan Gama berlalu dengan motornya masing-masing.
Erfly kembali kedalam rumah setelah mengunci pintu, kemudian kembali membereskan meja makan. Saat mencuci piring, Erfly mendengar suara Alfa memanggil dari arah luar.
"Erfly didapur Ko", Erfly bicara setengah berteriak.
Alfa muncul didapur Erfly dengan membawa tentengan kantong kresek, "Kamu udah makan dek...?", Alfa bertanya saat melihat Erfly sedang mencuci piring.