webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
251 Chs

Bagi seseorang kamu dunianya

Cakya mulai frustasi karena sampai bel istirahat pertama berbunyi, bangku disampingnya masih kosong. Pikirannya mulai merajalela menciptakan skenario hilangnya gadis yang selalu berhasil mengacak-acak hatinya.

"Udahlah, ntar kita samperin kerumahnya sepulang sekolah", Gama mencoba menghibur Cakya.

***

Sepulang sekolah Cakya memacu motornya kerumah Erfly bersama Gama yang duduk diboncengan, berkali-kali dia menekan bel tidak ada respon dari dalam. Cakya melihat sekitar, lampu teras tidak dimatikan. Ada kemungkinan, dia tidak pulang semalam.

Gama berinisiatif menanyakan tetangga sekitar rumah Erfly. Tidak ada satupun yang melihat Erfly sejak dia berangkat sekolah kemarin pagi.

Dari tetangga Erfly juga, Gama memperoleh informasi kalau Erfly tinggal sendiri. Semua saudara Erfly pernah datang sebulan yang lalu saat pemakaman neneknya.

***

Gama memutuskan menemani Cakya pulang kerumahnya, karena dia yakin jam segini tidak ada orang dirumah. Ibu Cakya sibuk di toko, ayahnya kerja dikantor, adik Cakya lebih suka di toko menemani ibunya. Tidak mau mengambil resiko Cakya berpikiran sempit, Gama memutuskan menjadi bodiguard Cakya hari ini.

Cakya melemparkan tasnya asal kesudut ruangan, kemudian merebahkan badannya keatas kasur. Gama menukar seragam sekolahnya dengan baju kaos yang sengaja ditinggalkan dikamar Cakya, sewaktu-waktu dia mau menginap tidak perlu repot, sedangkan celana Gama sengaja memilih memakai sarung Cakya agar mudah untuk sholat, karena sudah hampir masuk waktu ashar.

Gama memutuskan wudhu, kemudian duduk bersandar disudut tempat tidur. "Nanti kita cari informasi lagi", Gama mencoba membesarkan hati Cakya.

Saat masuk waktu ashar Gama langsung sholat. Tidak menunggu waktu lama sepupunyapun pulang. Gama sengaja keluar dari kamar setor muka, "Sudah dari tadi Gam...?", ibu Cakya bicara disela senyumnya. Gama hanya mengangguk ketularan gagunya Cakya.

HP Gama berbunyi, Gama segera kembali masuk kamar meraih HP-nya. Setelah diam beberapa saat Gama bergegas mengganti sarung dengan celana sekolahnya, kemudian pamit kepada Cakya dan sepupunya.

***

Dengan langkah gontai Gama menelusuri lorong rumah sakit. Gama langsung masuk kesalah satu ruangan dokter yang tertulis spesialis penyakit jantung.

"Duduk Gam...", seorang dokter yang baru menginjak umur 27 tahun memberi senyuman ramah menyambut Gama.

Gama langsung duduk tepat dihadapan dokter tersebut, didinding tertulis nama lengkap dokter tersebut yang akrab disapa Alfa.

"Ada beberapa pertanyaan yang perlu saya tanyakan tentang Asri", Alfa menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Silakan", Gama menjawab pelan.

"Apa Asri sakit sebelum kecelakaan itu terjadi...?", Alfa bertanya ragu, Gama hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Atau... Dia mengkonsumsi obat...?", Alfa kembali bertanya ragu.

"Maksud dokter...?", Gama balik bertanya karena bingung kemana arah omongan dokter muda ini.

"Bukan apa-apa, saya hanya mau memastikan penyebab kematian Asri. Apakah karena kecelakaan, atau dia meninggal karena mengkonsumsi obat tidur yang menyebabkan pembuluh darahnya susah untuk menutup luka. Sehingga dia meninggal karena kehabisan darah", Alfa mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami Gama.

Setelah berbincang dengan Dokter Alfa, Gama mohon pamit. Otaknya masih belum bisa mencerna ada apa sebenarnya. Mengapa dokter Alfa tiba-tiba mau menemuinya secara pribadi, dan bertanya riwayat penyakit Asri. Padahal sudah jelas-jelas hampir 7 bulan yang lalu dia sendiri yang menyatakan penyebab kematian Asri karena benturan benda tumpul dikepalanya.

***

Perlahan Erfly membuka matanya. "Tempat ini lagi", ucap Erfly frustrasi. Erfly terbaring diatas tempat tidur yang dikelilingi oleh nuansa putih, bau obat langsung menyerang sarafnya.

"Kamu sudah sadar...?", seorang lelaki dengan rambut potongan Detektif Canon, kacamata senada menyapa begitu masuk keruang rawat Erfly.

"Makasih ko", Erfly bicara pelan.

"Pasti ada yang membuat kamu stres akhir-akhir ini, sampai kamu jatuh pingsan"

"Erfly baik-baik saja ko"

"Kamu jangan suka meremehkan kehidupan. Beruntung kamu dikasih kesempatan kedua dengan jantung ini. Kamu harus jaga baik-baik"

"Iya ko, Erfly akan ingat"

"Lagian kenapa sih, pembantu yang koko kirim pakai kamu pecat segala...?"

"Koko tau sendiri Erfly suka risih kalau ada orang baru"

"Setidaknya dia bisa jagain kamu, kalau terjadi apa-apa kayak kemaren"

"Erfly g'ak papa ko..."

"Dasar kepala batu", lelaki itu menjitak kepala Erfly.

"Au... Sakit ko", Erfly memasang muka memelas minta dikasihani.

Seorang suster membuka pintu, "Maaf dokter Alfa, sudah ada pasien yang menunggu diruangannya".

"Iya, sebentar lagi saya kesana, terima kasih sus", Alfa menjawab ramah.

"Gih temuin, kasian pasiennya nunggu lama", Erfly mencoba mengusir Alfa secara halus.

"Jangan lupa diminum obatnya", Alfa mengingatkan sebelum pergi.

"Siap bos", Erfly melakukan posisi hormat bendera.

Alfa langsung mengacak - acak rambut Erfly, Aku tinggal dulu", Alfa bicara pelan. Dibalas anggukan kepala Erfly.

***

Erfly memilih duduk didekat kolam, melihat ikan yang asik berenang kesana-kemari. "Erfly...?" Gama tidak percaya bertemu Erfly ditempat ini. Gama memilih duduk disamping Erfly ketimbang melanjutkan perjalanannya pulang.

"Pasien kok malah keluyuran...?"

"Bosen didalam, mana bau obat"

"Namanya juga rumah sakit atuh neng"

"Apa kabar sekolah...?"

"Kabar sekolah apa Cakya...?", Gama mulai dengan candaannya, dibalas pukulan oleh Erfly.

"Aduh, sakit masih galak aja si neng mah", Gama pura-pura sakit karena pukulan Erfly.

"Cakya senewen nyariin kamu, seharian menghilang", Gama membuka kartu Cakya.

"Emang Erfly siapa, sampe dicariin segala...? Toh Erfly bukan siapa-siapanya Cakya. G'ak penting juga Cakya nyariin Erfly, Gama...", Erfly berusaha menghindar.

Gama memasang muka serius dihadapan Erfly, kemudian menatap lekat wajah Erfly. "Pinjam HP nya", Gama bicara pelan, kemudian mengeluarkan tangannya kehadapan Erfly.

Dengan patuh Erfly menyerahkan HP nya, setelah mengetik sesuatu, Gama mengembalikan HP Erfly ke yang punya.

"Bagi dunia kamu mungkin hanya seseorang, tapi... Bagi seseorang kamu dunianya"

Erfly hanya diam terpaku, tidak berani merespon ucapan Gama. "Masuk sana, angin malam g'ak bagus buat pasien", Gama mengacak-acak rambut Erfly sebelum pergi.

"Jangan lupa telfon Cakya", Gama bicara setengah berteriak tanpa menoleh kebelakang.

Erfly langsung memeriksa HP nya, ternyata Gama memasukkan no dia dan Cakya. Erfly hanya tersenyum mengingat kelakuan Om dan keponakan sama-sama ajaib.

***

Cakya masih senewen, mondar-mandir didalam kamarnya. Otaknya terasa penuh tidak mampu berfikir lagi. Cakya menarik jaket dan tas gitarnya, kemudian pergi dengan motor kesayangannya.

***

Erfly duduk gelisah diruang rawat, menatap kosong kelayar HP nya yang hitam. Dengan membulatkan tekat, Erfly memberanikan diri memencet salah satu no di HP nya.

Terdengar kalau telfon sudah diangkat, tetapi tidak ada suara sama sekali. Setelah diam beberapa detik Erfly memberanikan diri angkat suara. "Assalamualaikum, ini Erfly", dengan nada yang tidak yakin Erfly membuka topik pembicaraan.

"Wa'alaikumsalam, Erfly kemana saja?"

"Erfly minta maaf, kalau Erfly terlalu keras sama Cakya"

"Erfly dimana sekarang?"

"Erfly lagi dirawat dirumah sakit"

"Kenapa?"

"Biasa, kambuh lagi. Sekarang udah g'ak apa-apa kok. Besok pagi juga udah boleh pulang. Cakya lagi dimana?"

"Puncak"

"Jangan malam-malam pulangnya, kasian mama nungguin anak gantengnya belum pulang"

Terdengar tawa renyah Cakya dari seberang telfon. "86 komandan", Cakya menjawab tegas. "Sudah malam, pasien g'ak boleh tidur malam-malam", Cakya bicara perhatian.

"Lagi g'ak bisa tidur, obat tidurnya g'ak paten nih", Erfly mencoba menggoda Cakya.

Cakya tidak membalas candaan Erfly, melainkan malah memetik senar gitarnya, memainkan melodi sendu. Erfly bisa menebak ini lagu Repvblik yang berjudul Izinkan Aku mencintaimu.

'Sungguh benar kucintaimu, meski kau tak anggap ku ada, ku tak akan memintamu untuk mencintaiku

Ku tak berharap kau cintaiku, ku tak berharap kau balas cintaku, yang ku harap kau izinkan aku mencintaimu

Cinta ini sudah terlanjur, kumiliki dari dirimu, biarkan cintaku bersamamu, meski ragaku tak bisa bersamamu'

Cakya menghentikan nyanyiannya, bersamaan dengan petikan melodi gitarnya. "Semoga g'ak mimpi buruk setelah dinyanyiin Cakya", Cakya mulai dengan candaannya, dibalas tawa renyah dari Erfly. "Makasih untuk lagunya", Erfly bicara pelan dengan segera mematikan hubungan telfon, bahkan sebelum Cakya menyelesaikan ucapannya.

Erfly menempelkan HP nya kekening, sambil senyum - senyum sendiri mengingat kekonyolannya. Erfly kira Cakya mau menyatakan perasaannya dengan lagu itu, ternyata hanya lagu pengantar tidur dari Cakya untuk dirinya.