webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
33 Chs

BAB 30

Shanbo dan Pak Lei tidak serta merta masuk ke kediaman Shen. Mereka tidak ingin mengganggu ular dengan menebas rumput, oleh karena itu mereka masih mengawasi kediaman Shen dari kejauhan. Kediaman Shen berduka, mereka memasang pita dan lentera putih serta bunga hitam di depan rumah. Malam ini keluarga Shen akan mengambil mayat Qin Liang palsu dan akan diadakan upacara penguburan.

Shanbo curiga bahwa dalang rencana pembunuhan pada Qing Lian adalah keluarga Shen sendiri. Namun Shanbo tidak memiliki bukti yang cukup untuk menuduh keluarga Shen. Seorang anak buah Shanbo muncul dari tikungan jalan lalu berjalan mendekat ke arah Shanbo dan Pak Lei yang menyamar sebagai tukang penjual aksesoris perempuan.

"Tuan, saya mendapat kabar bahwa pelayan Nona Qing Lian dinikahkan kepada seorang lelaki petani di luar kota. Gadis itu bernama Qixuan. Kami akan menelusuri jejak gadis itu. Tuan Shen dalam kondisi sakit selama setahun ini, semua urusan keluarga dipegang oleh Shen Wangting, kakak tiri Nona Qing Lian," bisik anak buah Shanbo.

Shanbo mengangguk paham.

"Cari jejak Nona Qixuan, ada yang ingin kutanyakan padanya," perintah Shanbo yang membangun asumsi bahwa tokoh kunci peristiwa yang menimpa Qing Lian adalah Qixuan, pelayan dekat gadis malang itu.

Shanbo masih mengawasi kediaman Shen sampai sore. Dia melihat prosesi pengantaran jenazah Qing Lian. Betapa palsunya air mata Nyonya Shen, dan kedua saudara tiri Qing Lian. Tuan Shen tak terlihat menyambut jenazah anak perempuannya. Shanbo hanya tersenyum sinis melihat akting mereka yang berpura-pura sedih.

***

Zhiwei keluar dari kamarnya. Dia melihat sosok lelaki dengan dandanan yang tak rapi berjalan menuju ke rumah utama kediaman Bibi Fang. Pelayan yang melayani Zhiwei keluar lalu menutup pintu sambil membawa baskom bekas cuci muka.

"Eh, siapa itu? Aku tak melihat lelaki itu kemarin?" tanya Zhiwei pada pelayan.

"Oh, dia suami Bibi Fang. Tuan Zhou baru saja datang dari perjalanan dagang ke Barat, baru kemarin malam datang," jelas sang pelayan.

Zhiwei yang menggunakan baju sutera merah muda mengangguk paham.

"Nona, sebaiknya segera ke rumah utama. Bibi Fang sedang menunggu Anda untuk makan malam," jelas sang pelayan lalu mengantar Zhiwei menuju ke rumah utama.

***

Zhiwei menuju ke rumah utama. Ruangan itu masih sepi, hanya pelayan yang masih sibuk keluar masuk menyiapkan makanan di atas meja. Zhiwei berjalan melihat-lihat ruangan yang terhubung dengan ruang tamu. Ruangan itu sepertinya ruang kerja Bibi Fang. Penuh dengan kaligrafi, lukisan, dan kertas-kertas yang bertumpuk di meja. Zhiwei mengamati kertas-kertas yang ada di atas meja. Desain baju pengantin dan perhiasan lengkap dengan mahkota.

"Cantiknya," gumam Zhiwei.

Zhiwei melihat ke samping ruangan ada kain bersulam emas yang indah dipajang di dekat jendela.

"Cantik kan?" sebuah suara mengejutkan Zhiwei.

Zhiwei menoleh, dia melihat Bibi Fang masuk ke ruang kerjanya. Perempuan itu tersenyum menatap Zhiwei dengan lembut.

"Iya, cantik sekali," jawab Zhiwei sambil mengelus kain yang ada di hadapannya.

"Itu bahan baju pengantin yang akan kubuatkan untukmu," ucap Bibi Fang.

Mata Zhiwei membulat.

"Apa maksud Bibi?" tanya Zhiwei tak paham maksud Bibi Fang, "untukku?" tanya Zhiwei.

"Iya, untukmu nanti saat menikah dengan Shanbo," terang Bibi Fang.

"Ah, Bibi, mungkin terjadi kesalahpahaman antara kita. Apa maksud Bibi akan menikahkan aku pada Shanbo?"

"Bukankah ibu Shanbo mengirimkan sebuah surat ketika kalian datang kemari. Ibu Shanbo ingin kalian menikah, agar orang-orang takkan membicarakan hubungan kalian," terang Bibi Fang.

"Tapi ...," ucap Zhiwei hendak menyela.

"Shanbo pulang dengan membawa perempuan asing ke rumah. Lalu, kalian berdua melakukan perjalan jarak jauh berdua. Itu tak pantas. Siapa tahu kalian sudah ..." terang Bibi Fang mengungkapkan apa yang ada di hatinya sambil memandang keluar jendela.

"Tapi, tak ada apa-apa di antara kami. Kalian salah paham. Shanbo hanya menolongku saat tenggelam di sungai, lalu mengantarku kembali ke Jiankang," terang Zhiwei yang sebenarnya kesal karena dianggap perempuan murahan.

"Apa benar demikian?" tanya Bibi Fang mencoba meyakinkan dirinya. "Tak ada hubungan apa pun di antara kalian berdua?" lanjut Bibi Fang lagi sambil mendekat lalu memegang tangan Zhiwei.

Gadis itu mengangguk untuk meyakinkan Bibi Fang. Namun Zhiwei melihat wajah Bibi Fang masih menyimpan kegalauan.

"Tapi ... bagaimana aku bisa menjelaskan pada ibu Shanbo tentang hal ini. Tengah bulan ini dia akan menyusul ke Jiankang untuk mempersiapkan pernikahan kalian. Kupikir ibu Shanbo terlalu tergesa-gesa untuk menikahkan kalian. Lagipula, kami juga tak tahu latar belakangmu," keluh Bibi Fang.

Zhiwei hanya mengerutkan dahi, tak habis pikir mengapa ibu Shanbo memiliki pemikiran demikian, bahkan terlalu jauh mencampuri urusan pernikahan dirinya.

"Menjelaskan tentang apa?" tanya sebuah suara dari arah luar ruangan.

Zhiwei dan Bibi Fang menoleh, Shanbo datang dengan wajah serius.

"Tentang ibumu," jawab Bibi Fang lalu berjalan menuju meja.

Perempuan itu mengambil sebuah kertas yang berisi surat dari ibu Shanbo.

"Ini baca sendiri isi surat ibumu yang kau bawa beberapa hari yang lalu," terang Bibi Fang sambil memberikan surat pada Shanbo.

Shanbo dengan wajah serius membaca surat itu yang berisi permohonan agar Bibinya menjaga Shanbo dan Zhiwei. Dia ingin Shanbo menikah dengan Zhiwei untuk menutupi aib keluarga. Peristiwa Shanbo membawa Zhiwei ke rumah dan melakukan perjalanan berdua merupakan aib bagi masyarakat.

"Ibu telah salah paham. Aku dan Zhiwei tak ada hubungan yang seperti dimaksudkan dalam surat ini. Aku seorang opsir polisi, menolong orang sudah menjadi kewajibanku," terang Shanbo lalu mengembalikan lagi surat ibunya kepada Bibi Fang.

Shanbo menatap Zhiwei yang menunjukkan wajah cemberut. Gadis itu menghela napas.

"Sebaiknya kau selesaikan kesalahpahaman ini, " ucap Zhiwei sambil berlalu keluar ruangan.

Dia hanya bisa menatap Zhiwei yang berjalan menjauh menuju kamarnya.

"Ayo makan. Pamanmu pasti sudah menunggu. Nanti biar aku minta pelayan mengantar makan malam untuk Zhiwei," ajak Bibi Fang pada Shanbo.

Mereka berdua merasa tak enak hati pada Zhiwei.

***

Zhiwei duduk di sebuah gazebo di depan kamarnya. Dia masih kesal dianggap perempuan murahan. Dia paham masyarakat zaman dahulu sangat menjaga hubungan antara lelaki dan perempuan. Tidak seperti di masa depan, hubungan antara lelaki dan perempuan yang tanpa batas dan setara dalam segala hal. Dia akhirnya bisa memahami kegundahan ibu Shanbo yang takut pembicaraan orang lain tentang anaknya yang membawa seorang perempuan pulang ke rumah. Zhiwei pikir ide pernikahan itu sebuah ide buruk, mengingat dia juga tak memiliki perasaan maupun hubungan yang spesial dengan Shanbo.

Zhiwei mengambil kertas yang ada di atas meja dan mulai mengaduk tinta sendiri. Pikirannya kacau dengan semua kenyataan yang dihadapinya sekarang. Dia tak habis pikir mengapa dia terlempar ke masa lalu dan mengalami berbagai macam kesulitan. Dia menambah air ke dalam bak tinta, lalu menggerus tinta lagi.

"Kau masih kesal? Bak tinta itu tak berdosa. Lihatlah bak tinta itu. kebanyakan air," ucap Shanbo mendekat ke arah Zhiwei.

Gadis itu baru menyadari tinta mulai tumpah dan mengotori meja.

"Aku tak kesal. Hanya saja, aku tak tahu harus bagaimana mengurai semua masalah yang aku hadapi," gumam Zhiwei, "Aku merasa tak berdaya," lanjut Zhiwei sambil mengelap meja dengan kertas-kertas yang kala itu dianggap sangat berharga.

Shanbo membulatkan mata melihat aksi Zhiwei.

"Hei, apa yang kau lakukan!" tegur Shanbo, "jangan menggunakan kertas sembarangan," lanjut Shanbo sambil menghentikan tangan Zhiwei yang mengambil kertas lagi untuk mengelap meja.

Gadis itu menatap Shanbo dengan penuh tanya. Dia tak tahu nilai kertas sangat berharga. Dikiranya kertas yang ada hanya selevel kertas toilet, hingga bisa dipergunakan seenaknya. Padahal kualitas kertas bunga peach yang dimiliki Bibi Fang termasuk kertas yang terbaik dan langka di Jiankang. Shanbo yang menyadari tangannya memegang pergelangan tangan Zhiwei pun spontan melepas pegangannya.

"Maaf," ucap Shanbo.

Zhiwei mengelus pergelangan tangannya.

"Nanti biar aku suruh pelayan membersihkannya," ucap Shanbo dengan nada gugup.

"Oh, baiklah," jawab Zhiwei singkat yang mulai menyadari kesalahannya menggunakan kertas sembarangan.

"Aku akan menjelaskan semuanya pada ibuku nanti. Jangan khawatir," ucap Shanbo menenangkan Zhiwei, walau di dalam hatinya merasa kecewa ternyata Zhiwei tak memiliki perasaan apa pun padanya.

"Aku percaya padamu. Apakah ada kabar baru tentang kasusku?" tanya Zhiwei.

"Apakah kau mengenal pelayan bernama Qixuan?" tanya Shanbo.

"Aku tak ingat apa pun. Siapa Qixuan?" tanya Zhiwei.

"Dia pelayanmu. Dia saksi atas dirimu, sayangnya keluarga Shen sudah mengirim dia keluar kota. Kami akan mencarinya, dengan begitu kau bisa kembali ke dalam keluarga Shen untuk mencari tahu siapa yang ingin membunuhmu?" terang Shanbo.

"Apakah tak ada cara lain agar aku bisa masuk ke kediaman Shen?" tanya Zhiwei, "mungkin sebagai Zhiwei bukan Qing Lian," ucap Zhiwei.

"Resikonya sangat besar jika kau sampai ketahuan. Lagipula, hal itu akan membuat aku tak bisa melindungimu setiap saat," terang Shanbo dengan nada khawatir,"kasus ini semakin berkembang, karena tak hanya satu kasus tentangmu. Tadi pagi aku mendapat laporan tentang penemuan mayat gadis-gadis yang lain. Mereka menggunakan baju yang sama denganmu. Untuk itu, aku harap kau bersabar menunggu dan bersembunyi di sini sementara waktu," lanjut Shanbo.

Tak lama kemudian Pak Lei datang mencari Shanbo. Anak buah Shanbo itu memberi hormat lalu berjalan mendekat untuk membisikkan sesuatu. Shanbo mengangguk paham.

"Aku pergi dulu, Jaga dirimu baik-baik di sini. Jangan pergi kemana-mana tanpa izin," terang Shanbo yang mulai berwajah serius.

Zhiwei tahu pasti ada hal serius yang sedang terjadi.

"Hati-hati di jalan. Aku menunggu kabar darimu," jawab Zhiwei sambil melambaikan tangan.

Shanbo melambaikan tangannya, lalu berjalan menjauh bersama Pak Lei. Mereka berkuda menuju pelabuhan, lalu berangkat ke gedung Shimao untuk memeriksa kasus kematian Nona Jiali. Bersamaan dengan menghilangnya garis putih di ufuk, kapal yang yang ditumpangi Shanbo mulai berlayar menyusuri danau.