webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
33 Chs

BAB 10

Zhiwei masuk ke dalam rumah keluarga Shen. Dia melihat ayahnya duduk di kursi roda sedang bersama Pak Chen. Tuan Shen tidak melihat kedatangan Zhiwei. Pak Chen menoleh, tapi Zhiwei memberi kode agar Pak Chen jangan bersuara. Pak Chen tersenyum lalu tetap diam berdiri di belakang Tuan Shen.

"Selamat pagi Tuan yang tampan!" kejut Zhiwei yang langsung muncul di hadapan ayahnya.

"Ya Tuhan," ucap Tuan Shen terkejut sambil memegang dadanya.

Zhiwei tiba-tiba khawatir dengan reaksi Tuan Shen, kalau saja ayahnya terkena serangan jantung karena terkejut. Zhiwei mendekat lalu berlutut di depan ayahnya dengan wajah khawatir melihat ayahnya begitu kesakitan.

"Ayah, kau tak apa-apa?" tanya Zhiwei gugup dan khawatir.

Tiba-tiba Tuan Shen menjentikkan jarinya ke dahi Zhiwei. Gadis itu terkesiap, lalu tertawa.

"Anak nakal," gumam Tuan Shen sambil tersenyum lebar.

Mereka tertawa bersama.

***

Zhiwei mendorong kursi roda Tuan Shen menuju ke ruang keluarga. Rumah itu terkesan sepi. Entah kemana para penghuni rumah yang lain. Zhiwei duduk di samping ayahnya.

"Mau jeruk?" tanya Zhiwei pada Tuan Shen.

Lelaki itu mengangguk.

"Kukupaskan untukmu," ucap Zhiwei lalu mulai mengupas kulit jeruk.

Tuan Shen menatap Zhiwei.

"Kau mirip ibumu. Ayah bahagia bisa bertemu dirimu," terang Tuan Shen.

Zhiwei menatap ayahnya sekilas sambil tersenyum lalu meneruskan mengupaskan jeruk untuk ayahnya.

"Ayah, ceritakan padaku, bagaimana ayah bisa bertemu dan jatuh cinta pada ibu?" tanya Zhiwei.

Tuan Shen diam menerawang kenangan masa lalu.

"Tak ada seorang perempuan yang secantik ibumu. Saat bertemu dengan Ying Yue, aku pikir dia seorang dewi bulan yang turun ke bumi. Saat itu aku melakukan perjalan ke Nanjing untuk mengisi sebuah seminar di kampus ibumu. Ibumu seorang botani dan juga seorang dosen. Dia langsung menerimaku saat aku melamarnya. Sungguh perempuan yatim piatu yang sederhana. Namun, setahun kemudian, saat aku mengajaknya ke kota ini, dia minta pulang ke Nanjing. Salahku waktu itu mengizinkannya kembali ke sana. Jika waktu itu aku menahannya, mungkin dia takkan hilang di gunung dan ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan," terang Tuan Shen lalu menghela napas penuh sesal.

Zhiwei hanya melirik Tuan Shen sambil memperhatikan raut wajah lelaki itu.

"Ini sudah selesai," ucap Zhiwei memecah keheningan lalu memberikan jeruk yang sudah dikupas ke dalam tangan Tuan Shen.

Zhiwei mengambil sebuah lalu mengupasnya lagi.

"Tentang kalung itu, apakah ada bukti kuat bahwa memang milik keluarga Shen?" tanya Zhiwei.

Tuan Shen berhenti memakan jeruk.

"Ayo kita ke ruang kerjaku, aku baru ingat ingin menunjukkan sesuatu padamu," ucap Tuan Shen.

Zhiwei meletakkan jeruknya lalu berdiri untuk mendorongkan kursi roda ayahnya menuju ruang kerja. Pak Chen membukakan pintu ruang kerja.Zhiwei mendorong masuk kursi roda ayahnya.

Lelaki tua itu menggelindingkan sendiri kursi rodanya lalu menuju sebuah patung yang ada di dekat meja kerjanya. Salah satu bagian rak buku terbuka, ada sebuah brankas tertanam di dinding. Tuan Shen memutar kunci brankas. Pintunya terbuka, di dalamnya terdapat banyak tumpukan uang dan batangan emas, tak hanya itu, ada juga dokumen penting serta dua gulungan dalam kain sutera berwarna merah dan biru. Tuan Shen mengambil dua gulungan kain lalu memberikannya pada Zhiwei.

"Bukalah!" pinta Tuan Shen.

Zhiwei menerima dua gulungan itu lalu membukanya satu persatu. Di dalam kantungan kain sutera itu terdapat dua surat gulung dari kain. Zhiwei membentangkan keduanya di atas meja kerja ayahnya lalu memperhatikan keduanya. Wajah Zhiwei berubah serius.

"Itu lembaran surat pengesahan pewarisan dari nenek moyang keluarga Shen dan Wei tentang kepemilikan cincin yang kau pakai dan kalung yang diambil oleh keluarga Zhu. Gulungan kain biru itu milik ibumu, tapi Ying Yue tak pernah memberitahuku dimana dia menyimpan cincin itu, sampai akhirnya Nyonya Liang yang memberikannya padamu. Mereka keluarga yang sangat baik. Aku berhutang budi pada mereka," terang Tuan Shen.

"Ayah memiliki bukti yang sangat kuat, mengapa tak menuntut keluarga Zhu?" tanya Zhiwei.

"Tak semudah itu, karena mereka juga memiliki gulungan yang serupa," ucap Tuan Shen.

Zhiwei mengangguk paham.

"Berarti bisa jadi salah satu dari gulungan surat itu palsu," gumam Zhiwei.

"Kalung itu hilang sejak lama, bahkan saat aku belum lahir. Namun kakek nenekmu tetap mewariskan gulungan surat itu dan memintaku mencari keberadaan kalung itu. Setelah sekian lama mencari, baru aku tahu kalung itu berada di tangan keluarga Zhu dan akan dipamerkan dalam waktu dekat. Untuk itulah aku ingin kau bernegosiasi dengan Tuan Zhu untuk membicarakan hal ini, jika bisa dibeli, kita beli saja," terang Tuan Shen.

Zhiwei mengangguk paham. Dia akan mencoba menemui Yin Feng untuk bernegosiasi.

***

Zhiwei keluar dari rumah. Sebuah mobil berhenti di halaman. Seorang lelaki berperawakan tinggi mirip Tuan Shen keluar dari mobil lalu berjalan menuju ke arahnya. Zhiwei menghentikan langkahnya lalu membungkukkan sedikit tubuhnya untuk memberi hormat. Lelaki itu Shen Wangting, kakak tiri Zhiwei. Lelaki itu berhenti di hadapan Zhiwei dengan tatapan dingin.

"Sepertinya Nona Zhiwei tak punya rasa takut terus mengganggu keluarga Shen. Kau sama saja dengan ibumu," ucap Wangting.

Zhiwei mendongak, menatap defensif pada kakak tirinya.

"Mengganggu? Maafkan aku. Selamanya aku akan jadi duri dalam hati kalian. Namun, kau harus tetap ingat, aku juga Nona di keluarga ini. Harta ayah kelak juga akan diwariskan padaku. Paham?" terang Zhiwei dengan sengaja berani menunjukkan posisinya dalam keluarga Shen agar Wang Ting kesal.

Wangting tak bisa berkata apa-apa menghadapi Zhiwei. Gadis itu membuatnya kesal. Zhiwei tak ingin dirudung oleh saudara maupun ibu tirinya. Gadis itu pergi meninggalkan Wangting.

"Hiiisy, emangnya aku menginginkan harta kalian," gumam Zhiwei dengan wajah kesal sambil berjalan menjauh keluar dari halaman rumah keluarga Shen.