"Kenapa nggak bilang, sih? Biasanya apa-apa kamu bilang dulu kan sama aku? Yang kali ini mengapa nggak bilang dulu, Sayang?"
Mengabaikan lebih dulu pertanyaan itu.
Aku rasa keputusan untuk menemuinya adalah benar. Ku peluk laki-laki itu erat menyembunyikan wajahku dalam dekapannya. Entah lah, melihat dan mendengar wajahnya mood buruk hilang seketika. Jantungku terasa mau lepas lantaran saking bahagianya.
Sungguh, tak kuat rasanya aku menahan senyum kala wajah manisnya (walau berkat skin care yang aku jejalkan ke wajahnya juga sih).
"Bilang apa sih? Aku nggak lagi kenapa-kenapa, sayangku aneh deh," kilahku yang entah bisa didengar atau tidak olehnya.
Ya masalahnya saat ini aku benar-benar menyembunyikan wajah dalam dekapannya itu. Tak tahan aku dibuat tersenyum olehnya yang katanya datang kemari setelah mendengar tunangannya murung seharian. Salahkan pihak kampusnya, aku sudah senang bukan main lalu mendadak ... aish sudahlah sudah!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com