Bangun di pagi hari, Samael melihat bahwa sosok disampingnya sudah menghilang entah sejak kapan.
Memikirkan ini, Samael tidak bisa menahan diri untuk menggelengkan kepalanya.
"Sangat rajin, Freya~"
Pada akhirnya hanya itu kalimat yang keluar sebelum akhirnya dia berdiri untuk berbenah diri dengan cepat
Setelah sepuluh menit mandi dan keluar dari kamar mandi dengan celana pendek serta handuk yang menggantung di kepalanya....
Samael melihat sosok Freya yang sudah memberi salam padanya di dalam ruangan.
"Kemana kau tadi?" tanpa rasa malu Samael bertanya sambil membuang handuk basah itu ke sofa.
Freya menundukkan kepalanya sembari dia mendekat untuk membantu Samael berbenah diri.
"Saya membantu Lady Sophie, Tuan." Jawab Freya singkat.
Samael tidak bertanya lagi ataupun mengungkit masalah kemarin malam karena pada dasarnya itu tidak perlu.
Ayolah, apa gunanya mengungkit masalah seperti itu?
Bahkan Freya sendiri yang melihat bahwa Samael tidak mengungkit masalah kemarin malam tanpa sadar menghela nafas rendah.
Itu, mungkin dia terlalu impulsif kemarin...
Hey, apa maksud "Kalau begitu aku tidak akan segan" kemarin itu?
Apakah benar seperti yang Kakek katakan? Aku tidak boleh dekat dengan Samael? Tapi...
"Freya, Freya...Kau salah memasang, salah memasang."
Suara ini membangunkan Freya yang tengah sedikit melamun, dimana disana dia melihat bahwa pakaian yang dipakaian ke tubuh Samael terbalik!
Pipinya memerah tanpa sadar dan sedikit tawa bocor darinya.
Melihat ini, Samael terpesona, tapi pada dasarnya senyuman pahitnya lebih tebal!
"Maaf Tuan, saya sedang memikirkan sesuatu."
"Ohhh– Bahkan Freya memiliki pemikiran mendalam? Sangat jarang, sayang sekali aku tidak bisa mengabadikan momen itu~"
"Tuan bercanda padaku." jawab Freya tanpa sedikitpun rasa urgensi antara bawahan dan atasan.
Samael sendiri tidak mempermasalahkannya dan bahkan merasa bahwa percakapannya dengan Freya yang seperti ini lebih alami.
Setelah puluhan detik berpakaian, Samael mengetukkan sepatunya ke lantai dua kali sebelum akhirnya sedikit melonggarkan kerah di bajunya.
Yaah, pakaian disini memang lembut, tapi agak ketat di bagian leher~
Disaat seperti ini, Freya tiba-tiba berkata: "Tuanku, sebelum itu saya ingin menginfokan bahwa Pangeran Morrigan ingin mengadakan pertemuan dengan Anda beberapa saat yang lalu."
"Oh? Pangeran Morrigan?" Samael mengangkat alisnya dan senyuman naik lebar tanpa sadar.
"Panggil dia ke ruangan pertemuan."
...
Di ruangan pertemuan pribadi Samael di Istana Kerajaan.
Samael saat ini duduk tegap, dengan di depannya terlihat sosok Pangeran Morrigan yang membungkuk sedikit padanya atas salam pertemuan.
Disampingnya, perdana menteri bawahan Pangeran Morrigan juga melakukan hal yang sama.
"Selamat datang Pangeranku, saya tidak tahu mengapa Anda ingin mengadakan audensi dengan orang terluka ini pagi-pagi buta?"
Samael bertanya dengan senyuman pahit seolah dia mengkhawatirkan masalah racun di dalam tubuhnya.
Pangeran Morrigan yang melihat ini mengungkapkan wajah menyesal dan berkata, "Duke, sebetulnya saya tidak ingin mengganggu istirahat Anda...Tapi pertemuan ini, saya yakin Anda pasti tertarik!"
"Selain itu saya sangat yakin bahwa Anda pasti akan sembuh."
"Terima kasih, pangeran. Duduklah dan bicarakan tujuanmu." Samael mengatakan ini dengan senyuman dan penuh ketenangan.
Setelah mengatakan ini, keduanya duduk dan pada saat itu, kedua orang itu merasakan tekanan yang mengerikan dari Samael yang masih duduk tersenyum di depan mereka.
Apa-apaan orang ini, kenapa sangat mengerikan hanya dengan duduk di depannya?!
Apakah kau sengaja menargetkan kami hanya saat kami duduk?!
Mereka menelan ludahnya tanpa disadari, tapi Samael masih tetap bertanya: "Katakanlah Pangeran."
Pangeran Morrigan menarik nafas dalam-dalam sebelum dia mengatakan dengan serius.
"Duke, Anda harus yakin bahwa keuntungan sudah berpihak pada saya! Meskipun agak kasar mengatakan ini karena Anda..."
"Tidak masalah, lanjutkan."
Samael mengatakan ini sembari tatapannya tertuju pada Freya yang menuangkan teh pada mereka.
Tatapan Pangeran Morrigan juga melihat kejadian ini, dan sudut mulutnya naik tanpa dia sadari.
Meski begitu dia masih mempertahankan citra tenangnya dan berkata, "Ehem! Seperti yang saya katakan Duke, keuntungan sudah berpihak pada saya!"
"Menurut Anda, bagaimana jika kita bekerja sama? Perdana Menteri, silahkan."
Perdana Menteri disebelah segera menyerahkan data laporan yang dia bawa kepada Samael.
Samael mengambil ini dan membukanya sejenak sebelum akhirnya dia meletakkannya kembali ke atas meja.
"Siapa sangka Anda akan menyelidiki ini semua, Pangeran Morrigan, saya yakin Anda akan memenangkan pengadilan itu."
Pangeran Morrigan tertawa dan berkata, "Lihat bukan? Bagaimana Duke, bergabung dengan saya?"
"Kemenangan sudah terjamin, dan...."
"Aku menolak." Samael mengatakan ini tanpa sedikitpun rasa ragu.
Jangan bercanda, tujuannya adalah keduanya dan tidak mungkin memihak salah satu dari mereka!
Tapi kata-kata Samael ini membuat Pangeran Morrigan dan Perdana Menteri membuka mulutnya tidak percaya!
Aku belum selesai mengatakannya tapi kau sudah menolaknya?!
Rasa marah dan konyol tiba-tiba naik dari dada Pangeran Morrigan, tapi dua masih menahannya: "Kenapa Anda tidak mau?"
Samael menghela nafas dan berkata, "Pertama, baik saya bergabung dengan Anda atau tidak....itu tidak penting."
"Pangeran, kau harus sadar bahwa pada dasarnya keluarga kami memiliki suara yang sama bahkan jika Anda menjadi Raja."
"Jadi, bergabung dengan Anda atau tidak, itu tidak berpengaruh pada saya."
"Kedua..." Samael mengangkat jari kedua dan berkata dengan dalam, "Ini adalah perintah Ayah Anda!"
"Ayah Raja?!" Pangeran Morrigan mengerutkan keningnya dan akhirnya mengangguk pahit.
Orang tua yang akan mati ini, benar-benar orang yang merepotkan!
Cepatlah mati dan tahta itu akan menjadi milikku!
Melihat wajah kesal samar Pangeran Morrigan, Samael tertawa kecil: "Anda sudah tahu alasannya."
"Tapi...Bukan berarti saya tidak akan bekerja sama dengan Anda dalam persidangan nanti."
"Duke, maksudmu?!"
Pangeran Morrigan tiba-tiba bersemangat, tapi saat dia melihat tatapan penuh dengki dari Samael...
Dia langsung duduk tegak dan tidak berani melakukan apapun.
Tapi dalam hati dia berteriak...
"Hebat! Meski bukan bergabung bersama dalam arti permanen, tapi selama dia bekerja sama denganku....Hah! Waktunya untuk rencana kedua!"
Samael sendiri mencoba menahan tawanya atas akting yang dia lakukan.
Jujur, Oscar harus menjadi miliknya tahun ini~
Meski tanpa pembaca pikiran May, dia bisa tahu apa yang dipikirkan oleh Pangeran didepannya ini.
Karena itu dia berkata, "Karena itu jadinya, saya harap Anda bisa membantu saya nantinya."
"Tentu saja Duke! Selain itu..." Pangeran Morrigan menunjuk ke data di atas meja dan berbisik, "Data yang lebih kuat masih ada di kamar saya."
"Oh? Kalau begitu bagaimana kalau kita bicarakan nanti?"
"Hahaha! Bagus! Duke, saya menunggu Anda nanti di ruangan kerja saya! Kalau begitu, perpisahan Duke."
Melihat keduanya berdiri, Samael mengangkat cangkir tehnya dan mengangguk ringan, "Ahhh, sampai jumpa nanti dan hati-hati di jalan Pangeranku."
Melihat keperguan keduanya, sampai akhirnya pintu tertutup...
Samael tidak bisa menahan diri untuk memandang pantulan bayangan dari dirinya di atas permukaan teh...
"Betapa bodohnya..."