webnovel

Bukan Salah Ta'aruf

Pernikahan adalah impian bagi setiap insan, karena pernikahan juga sebagai penyempurna agamamu. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang telah di impikan malah menjadi petaka di kehidupan rumah tangga yang telah dibina bersama. Inilah yang dirasakan oleh Fatma Pasha perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya melalui jalan Ta'aruf dengan laki-laki bernama Hendra Firmansyah. Awalnya Fatma sempat ragu, karena ia belum mengenal sosok Hendra lebih jauh. Namun kedua orangtua Fatma bersikukuh meyakinkannya bahwa Hendra adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Sampai pada ketika usia pernikahan mereka genap satu tahun, Fatma dinyatakan positif hamil oleh dokter. Hal tersebut menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk untuk Fatma, pasalnya ketika Fatma baru saja tiba dirumah selepas pergi dari rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang wanita bernama Annisa dan mengaku sebagai istri sah Hendra, Fatma tidak percaya namun Annisa membawa semua bukti-bukti pernikahannya dengan Hendra.

julietasyakur · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
237 Chs

Menjemput Fatma

Annisa sedang sibuk berkutat di dapur untuk memasak makanan kesukaan Hendra. Setelah selesai memasak ia langsung membuatkan secangkir kopi untuk Hendra dan membawanya ke ruang kerja Hendra.

"Mas, aku buatin kopi nih". Ujar Annisa.

"Oh ya, terimakasih Nis. Taruh aja di meja, aku mau ke toilet dulu". Sahut Hendra.

Annisa pun menganggukkan kepalanya dan langsung meletakkan secangkir kopi di atas meja kerja Hendra. Namun sesuatu mengusik mata Annisa dan hal tersebut memaksa Annisa untuk mengeceknya.

Apa? Tiket ke Malang? Jadi Mas Hendra mau nyusul si Fatma ke Malang? Ini gak bisa dibiarin. Gumam Annisa.

Tak lama kemudian Hendra datang dan Annisa langsung berpura-pura tidak tahu soal tiket tersebut.

"Kamu masih di sini Nis". Ujar Hendra.

"Iya mas, nih kamu lihat deh masa rak buku-buku kamu banyak debunya gini sih. Aku paling gak bisa lihat rumah berantakan". Gumam Annisa.

"Udah gak apa-apa nanti aku aja yang bersihin". Sahut Hendra.

"Ya gak apa-apa kan aku istri kamu juga mas, jadi udah sewajarnya dong untuk bersih-bersih rumah". Seru Annisa. "Mas kita makan yuk, aku udah kelar masak". Sambung Annisa.

Hendra tersenyum. "Yasudah, kebetulan aku juga sudah lapar". Sahut Hendra.

Mereka berdua langsung bergegas menuju meja makan untuk makan bersama. Sementara Annisa sedang menyusun strategi nya untuk bisa ikut ke Malang tanpa Hendra mengetahuinya.

"Pokoknya aku harus pesan tiket pesawat agar bisa 1 pesawat dengan Mas Hendra tanpa ia mengetahuinya" gumam Annisa dalam hati.

Annisa melanjutkan kembali makannya, sementara Hendra sudah tidak sabar untuk menyusul Fatma ke Malang dan membujuknya untuk pulang.

***

2 Hari Kemudian

Annisa sedang asik menikmati udara sore sambil di temani secangkir teh hangat, ia sibuk membolak-balik majalah fashion yang sedang di bacanya. Tak lama kemudian Annisa terkejut ketika melihat Hendra yang sudah berada di hadapannya sambil membawa sebuah koper besar.

"Mas, kamu mau kemana?". Tanya Annisa bingung.

"Aku mau pulang ke Malang, ke rumah orang tua Fatma. Sebaiknya kamu juga pulang ke Surabaya, karena di sini bukan tempatmu". Gumam Hendra.

"Apa? Pulang ke Malang? Nggak mas, aku gak mau pulang ke Surabaya. Aku mau tunggu kamu di sini aja, aku mau tinggal sama kamu mas". Seru Annisa.

"Tapi mas, aku mau di sini sama kamu"

Hendra menghela nafas. "Di sini bukan tempatmu, Nis. Aku minta kamu pergi dari sini, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi"

"Tapi aku ini masih sah sebagai istri kamu, mas" tegas Annisa.

"Terserah kamu mau bilang apa, kalau begitu aku pamit pergi dulu" ujar Hendra yang langsung memasukkan kopernya ke dalam mobil.

"Iya mas, kamu hati-hati ya. Kabarin aku kalau sudah sampai di Malang". Sahut Annisa lirih sambil meraih tangan Hendra dan mencium punggung tangannya.

Sementara Hendra hanya menganggukkan kepalanya dan bergegas pergi sambil membawa koper miliknya. Perasaannya seakan-akan hancur ketika harus menerima kenyataan bahwa kepulangannya ke Malang untuk memulangkan sang istri kepada kedua orang tuanya.

Mas Hendra, Mas Hendra, ngapain sih masih aja ngurusin si Fatma. Apa bagusnya coba si Fatma itu. Gerutu Annisa.

Tak lama kemudian ibu-ibu kompleks yang melihat Hendra pergi membawa koper besar, langsung menghampiri Annisa. Dan menanyakan kemana Hendra akan pergi.

"Mbak Annisa, itu Mas Hendra mau ke mana? Pakai bawa koper segala?"

"Mau pulang ke Malang, bu. Mau jemput madunya"

"Emang Mbak Fatma lagi pulang ke Malang ya?"

"Lebih tepatnya kabur bu"

"Dasar laki-laki ya, kalau udah ada yang baru. Yang lama di lupain, yang sabar ya Mbak Annisa"

Annisa tersenyum. "Iya bu, terima kasih. Yaudah kalau gitu saya masuk ke dalam dulu ya" ujar Annisa.

Sementara itu di lain tempat, Hendra yang sudah berkendara kurang lebih satu jam akhirnya tiba di bandara, ia langsung bergegas untuk menuju counter check in. Pikirannya kembali terusik dengan nama Fatma, bagaimana bisa ia harus melepaskan wanita sebaik Fatma yang sudah banyak memberikan warna dalam hidupnya selama setahun belakangan.

Ya Allah, kuatkan aku. Semoga Fatma mau aku ajak kembali ke Jakarta. Gumam Hendra lirih.