webnovel

Bukan Salah Ta'aruf

Pernikahan adalah impian bagi setiap insan, karena pernikahan juga sebagai penyempurna agamamu. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang telah di impikan malah menjadi petaka di kehidupan rumah tangga yang telah dibina bersama. Inilah yang dirasakan oleh Fatma Pasha perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya melalui jalan Ta'aruf dengan laki-laki bernama Hendra Firmansyah. Awalnya Fatma sempat ragu, karena ia belum mengenal sosok Hendra lebih jauh. Namun kedua orangtua Fatma bersikukuh meyakinkannya bahwa Hendra adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Sampai pada ketika usia pernikahan mereka genap satu tahun, Fatma dinyatakan positif hamil oleh dokter. Hal tersebut menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk untuk Fatma, pasalnya ketika Fatma baru saja tiba dirumah selepas pergi dari rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang wanita bernama Annisa dan mengaku sebagai istri sah Hendra, Fatma tidak percaya namun Annisa membawa semua bukti-bukti pernikahannya dengan Hendra.

julietasyakur · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
237 Chs

Antara Bahagia & Kecewa 1

Fatma baru saja selesai menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, tiba-tiba rasa mual itu muncul kembali. Ia segera bergegas menuju kamar mandi, karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa mual yang melanda dirinya. Hendra yang baru saja keluar dari dalam kamar segera menemui istrinya di ruang makan. Namun ia tak mendapati istrinya disana, tak lama kemudian Fatma keluar dari dalam kamar mandi dengan kondisi wajah yang sangat pucat.

"Astagfirullahaladzim, sayang kamu muntah-muntah lagi? Hari ini kamu harus periksa ya, nanti aku antar kamu ke rumah sakit. Tapi maaf aku hanya bisa mengantar dan gak bisa nemenin kamu, karena hari ini aku ada meeting penting dengan klien". Ujar Hendra.

"Iya nih mas, kalau rasa mualnya sudah datang gak bisa lagi di tahan. Oh yaudah gak apa-apa mas, aku bisa sendiri kok. Yaudah yuk mending sekarang kita sarapan dulu, nanti malah kamu kesiangan". Sahut Fatma.

Fatma segera menyiapkan sarapan di piring saji suaminya, setelah mereka selesai sarapan, Hendra segera mengantar Fatma menuju rumah sakit. Sesampainya Fatma di rumah sakit, Hendra segera bergegas menuju kantor tempatnya bekerja. Sementara Fatma langsung bergegas menuju bagian administrasi untuk mendapatkan nomor antrian. Beruntung ia mendapatkan antrian nomor urut ke lima, jadi ia tidak perlu menunggu lama di rumah sakit. Kini gilirannya yang masuk ke dalam ruangan dokter yang akan memeriksanya. Fatma segera menceritakan keluhannya kepada sang dokter sebelum di periksa. Setelah selesai di periksa dan melalui tahapan tes, sang dokter pun menjelaskan tentang kondisi yang di alami Fatma.

"Bagaimana dokter? Sebenarnya saya ini sakit apa?". Ujar Fatma panik.

Sang dokter tersenyum. "Ibu jangan panik, karena sebenarnya ibu sedang tidak sakit. Kondisi ibu juga baik-baik saja dan semuanya normal-normal saja".

"Lalu dok?". Tanya Fatma bingung.

"Begini bu, melihat dari serangkaian tes yang sudah ibu jalani. Ibu Fatma tidak menderita sakit apapun, melainkan Ibu Fatma sedang hamil empat minggu". Ujar sang dokter.

"Apa dok? Hamil? Alhamdulillah". Seru Fatma bahagia.

"Sekali lagi selamat ya bu, jangan lupa di minum vitaminnya. Banyakin makan makanan yang bergizi dan jangan terlalu kelelahan ya bu, karena kondisi janin ibu masih sangat muda". Jelas sang dokter.

"Iya dokter, sekali lagi terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu ya dok". Ujar Fatma dan langsung bergegas keluar dari dalam ruangan sang dokter.

Raut wajah Fatma terlihat sangat bahagia, ia sudah tidak sabar ingin memberitahukan hal ini langsung kepada suaminya.

Alhamdulillah ya Allah, engkau telah mempercayakan aku dengan memberikan aku seorang anak. Aku sangat bersyukur atas berkah yang telah engkau berikan padaku. Gumam Fatma dalam hati.

Fatma segera bergegas kembali ke rumah, namun sebelum pulang ia memutuskan untuk mampir ke supermarket untuk membeli beberapa produk susu untuk ibu hamil dan juga beberapa stok makanan dan juga buah-buahan. Setelah semua belanjaannya di rasa cukup, Fatma segera kembali ke rumah menggunakan taksi online.

Fatma terkejut ketika ia baru saja turun dari taksi online yang ditumpanginya dan melihat seorang wanita tengah duduk di teras rumahnya. Fatma segera menghampiri orang tersebut dengan hati-hati dan menanyakan tentang siapa wanita tersebut.

"Permisi, maaf mbak mau cari siapa ya?". Tanya Fatma lirih.

Wanita tersebut langsung beranjak dari duduknya, lalu melepas kacamata hitam yang dikenakannya. Kini Fatma bisa melihat dengan jelas wajah dari wanita tersebut.

"Saya Annisa, apakah benar Mas Hendra tinggal di sini? Maaf, kamu ini asisten rumah tangganya Mas Hendra ya?". Tanya Annisa.

"Iya benar mbak, Mas Hendra tinggal disini. Maaf, saya Fatma istrinya Mas Hendra, kalau boleh tau Mbak Annisa ini siapanya Mas Hendra? Teman kantor atau teman lama?". Sahut Fatma.

"Apa?! Istri? Oh jadi kamu yang selama ini sudah merebut suami saya?". Teriak Annisa.

"Apa?! Merebut? Tunggu dulu mbak, yang namanya Hendra itu banyak, barangkali Mbak Annisa ini salah orang. Sebaiknya kita selesaikan masalah ini di dalam mbak, karena gak enak kalau sampai ada orang lain yang dengar, bisa timbul fitnah nantinya. Mari mbak silahkan masuk". Ujar Fatma.

Annisa pun segera berjalan mengekori Fatma di belakangnya, sementara Fatma segera membuatkan teh hangat untuk tamunya tersebut.

Ya Allah, cobaan apalagi ini? Semoga semuanya baik-baik saja ya Allah, Aamiin. Gumam Fatma lirih sambil membawa nampan berisi segelas teh.

"Silahkan mbak di minum dulu". Ujar Fatma.

"Terimakasih". Sahut Annisa lirih dan langsung menyeruput teh hangat tersebut.

Perasaan Fatma menjadi tidak tenang, ia tidak sanggup lagi jika harus menerima kenyataan pahit yang akan diceritakan oleh Annisa.

"Jadi begini Fatma, kedatangan saya kemari adalah untuk mencari suami saya yang bernama Hendra Firmansyah dan ini fotonya". Ujar Annisa sambil menyodorkan sebuah foto lama milik Hendra.

"Gak mungkin, bagaimana bisa Mbak Annisa punya foto suami saya? Mbak jangan mengada-ada ya". Tegas Fatma.

"Saya tidak mengada-ada, pernikahan saya dengan Hendra terjadi sepuluh tahun lalu. Pada saat itu usia Hendra menginjak dua puluh tahun sedangkan saya baru berumur delapan belas tahun, karena perekonomian kami yang sangat sulit akhirnya saya memutuskan untuk menjadi buruh pabrik di luar negeri. Namun sayang, tiga tahun yang lalu saya mengalami kecelakaan kerja dan sempat koma selama dua tahun dan selama itu pula tidak ada keluarga saya yang tau termasuk suami saya, Mas Hendra. Dan setelah saya sadar dari koma, saya berusaha menghubungi Mas Hendra akan tetapi semua nomor miliknya sudah tidak aktif. Setelah kondisi saya membaik, saya pulang ke Indonesia satu tahun kemudian dan mencari Mas Hendra di rumah namun rumah yang saya bangun dengan hasil jerih payah saya bekerja sudah di jual olehnya. Kemudian saya mencari informasi tentang Mas Hendra melalui teman-temannya dan setelah saya mendapatkan nomor teleponnya, saya coba untuk mengirim pesan namun tidak pernah di respon olehnya". Ujar Annisa.

"Astagfirullahaladzim, ini tidak mungkin". Gumam Fatma.

"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa lihat semua ini. Ini semua adalah bukti-bukti pernikahan aku sama Mas Hendra dan kalau kamu masih meragukan buku nikah tersebut, kamu bisa datang ke KUA Surabaya". Sahut Annisa.

Tanpa sadar Fatma telah menitikan airmata ketika melihat album foto pernikahan Hendra dengan Annisa. Ia tidak menyangka jika suaminya tersebut bisa berbuat tega dengan cara menipu ia dan keluarganya.

"Tapi mbak, yang saya tau dulu sebelum saya menikah dengan Mas Hendra, ia pindah dari Surabaya ke Malang dari hasil penjualan warisan milik orang tuanya". Ujar Fatma.

"Fatma, Fatma, kamu gampang sekali ditipu oleh Hendra. Asal kamu tau ya, Hendra itu berasal dari keluarga miskin. Orang tuanya tidak memiliki harta apapun, warisan yang ia jual itu adalah rumah kami. Rumah yang saya bangun dari hasil keringat saya selama bekerja di luar negeri, tiap bulan saya selalu rutin kirim uang untuk Mas Hendra". Gerutu Annisa.

Fatma menghela nafas panjang, ia sama sekali tidak bisa berfikir jernih. Karena tiba-tiba saja wanita ini muncul di hadapannya berbarengan dengan kabar kehamilannya, sungguh ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa ia harus merasakan kebahagiaan dan kekecewaan di waktu yang bersamaan.