webnovel

Bukan Pengantin Pengganti

Naya berpikir, bahwa dia hanya seorang pengantin pengganti. Namum, siapa yang menduga kalau pria yang menjadi suaminya memang sudah merencanakan pernikahan kilat mereka. Lantas, apa alasan di balik semua itu? Benarkah cinta? Atau ada cerita lain di dalamnya.

AnnisaSitepu · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
13 Chs

Merawat

"Nak, jangan seperti itu. Istri mu butuh dukungan bukan kemarahan mu."

Lucas tahu ia salah, tapi jika Nayya berhasil bunuh diri. Maka rasa bersalahnya semakin besar, bagaimana pun ia juga ikut andil dalam penyakit Nayya.

Nayya masih menundukan kepalanya, takut dengan tatapan mengerikan Lucas. Membuat Melisa menatap putranya agar tidak memberikan wajah mengerikan seperti itu.

"Nayya, kenapa kau ingin bunuh diri, Sayang? Apa ada sesuatu yang membuat mu takut?"

Kathryn yang ikut masuk melihat ketakutan adik iparnya langsung paham, tidak mudah pasti. Meskipun tidak tahu apa yang sudah terjadi sebelum menikah dengan adiknya, Kathryn yakin Nayya telah di perlakukan tidak baik oleh keluarganya.

"Apa kakak dan ibu akan membuang ku?" tanya Nayya dengan suara kecil tapi bisa di dengar oleh Lucas dan keluarganya.

Melisa akhirnya paham alasan menantunya ingin bunuh diri, terbiasa di tolak membuatnya takut jika mereka akan menolaknya karena penyakit kejiwaannya.

"Tidak, kami tidak akan membuang mu. Jadi jangan berfikir hal yang tidak-tidak."

Nayya masih belum bisa tenang, ia masih takut jika di usir. Bagaimana hidupnya nanti kalau sampai dirinya di usir. Tidak mungkin kembali ke rumahnya, dia takut diperjualbelikan seperti yang di katakan oleh Vina.

Rumah itu, bukan lagi tempat untuk kembali. Lebih seperti neraka dunia.

"Tapi.... tapi aku menderita penyakit jiwa, kalian pasti akan malu jika aku tetap di sekitar kalian."

Melisa memeluk tubuh Nayya, ingin memberikan ketenangan untuknya. Sedangkan Kathryn memilih mendekati adik laki-lakinya, ingin bertanya apa yang pernah di alami Nayya.

"Siapa nama adik ipar?" bisik Kathryn.

"Ainayya Hikari Salvina, putri sah pria bernama Javior." Sengaja menekankan identitas istrinya agar tidak ada kesalah pahaman atau bahkan rasa benci dari kakaknya untuk sang istri.

Kathryn mengangguk paham, ia akhirnya tahu siapa adik iparnya. Ia pun paham bagaimana hidup Nayya selama ini, tidak perlu bertanya seperti apa kekejaman keluarga itu pada istri pertamanya. Semua orang sudah tahu seperti apa rasa tidak tahu malu wanita simpanan Javior.

"Lalu, bagaimana sekarang? Apa kau akan mengirimnya ke psikolog agar bisa di terapi atau membawanya pulang?"

Lucas diam sejenak, masih bingung apakah ia harus membawa pulang Nayya dan mengurusnya sendiri atau memberikannya pada sang ibu untuk di obati.

"Aku akan membawanya pulang, biarkan aku yang mengurusnya. Bagaimana pun dia adalah istri ku dan tanggung jawab ku, tidak adil jika aku membiarkan ibu mengurus istri ku."

Setelah memikirkan sebab dan akibat. Lucas memilih membawa pulang sang istri, biarkan ia yang mengurusnya. Bukankah ia harus mempertanggung jawabkan semuanya.

Kathryn tersenyum, bangga dengan sikap dewasa Lucas. Sudah lama ia merindukan momen seperti ini, melihat sang adik menjadi bijksana dan bertanggung jawab.

"Maka, kakak akan mendukung mu. Sekarang kakak bisa merasa bangga karena adik laki-laki kakak sudah dewasa."

Lucas tersenyum kecil, ia juga tidak paham mengapa dirinya bisa berubah seperti ini. Sebelum Nayya datang, ia tidak pernah menjadi sangat baik hati seperti sekarang. Aneh memang, semua yang terjadi pada Lucas terasa aneh dan ajaib ketika Nayya ada di sampingnya.

Selesai berbicara dengan adiknya. Kathryn memutuskan menghampiri Nayya, ingin berkenalan dengan sang adik ipar. Kathryn juga tidak mempermasalahkan identitasnya atau bahkan penyakitnya, lagi pula. Adiknya lah yang meminta Nayya menikah, maka itu sudah menjadi urusan mereka.

"Halo, adik ipar," sapa Kathryn hangat.

Nayya mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah Kathryn. Cantik, itu kata yang langsung terlintas dalam fikiran Nayya, bahkan ia dapat melihat jika kakak iparnya sangat baik dan ramah. Sama seperti ibu mertuanya, pada akhirnya, Nayya merasa sangat beruntung menikah dengan Lucas.

"Dia kakak Lucas nomor 2, sekaligus kakak ipar mu. Namanya Kathryn Alena Dominic." Melisa menerangkan.

Nayya mengangguk paham, menatap Kathryn lama. membuat Kath merasa gugup, takut Nayya akan hiteris karenanya.

"Halo kakak ipar," Nayya mulai tenang, sehingga bisa menjawab sapaan dari Kath.

Senang karena akhirnya Nayya menjawab sapaannya. Kath memutuskan duduk di sisi ranjang, mengelus punggungnya. Bermaksud memberikan ketenangan dan rasa kekeluargaan.

"Jangan pernah putus asa, serahkan semuanya pada Tuhan. Kau juga tidak boleh berfikir yang tidak-tidak tentang suami mu. Jika memang dia ingin membuang mu, dia mungkin tidak ada di tempat ini sekarang."

Dari penjelasan Kath. Nayya akhirnya paham, jika memang Lucas ingin meninggalkannya. Mungkin saja ia sudah melakukannya beberapa menit yang lalu dan tidak repot-repot menghalanginya bunuh diri.

"Maaf."

Empat kata itu Nayya tujuakan untuk Lucas. Ia tahu bahwa sekali lagi, dirinya menganggap suaminya sama seperti keluarganya. Bahkan membuat Melisa seperti ibu dari Leonal yang sangat membencinya karena tidak memiliki pendukung kuat.

Lucas tidak berniat membalas, ia hanya menatap Nayya lalu memutuskan membawa istrinya pulang. Sengaja ia lakukan itu agar keberadaan Nayya tidak di ketahui oleh musuh bisnisnya, jika hal tersebut sampai terjadi. Maka nyawa Nayya menjadi taruhannya.

"Bu, kami akan pulang. Aku sudah memutuskan membawanya ke rumah dan merawatnya."

Melisa terkejut saat mendengar keputusan putranya. Ia bahkan sedikit tidak suka karena Lucas tidak memberikan hak untuk merawat menantu barunya.

"Kenapa tidak kau biarkan saja ibu yang merawat? Jika kau yang melakukannya. Dengan banyaknya pekerjaanya mu di kantor, kau pasti tidak bisa mengawasinya di rumah. Itu sangat berbahaya untuknya."

"Aku suaminya, Bu. Sekarang dia tanggung jawab ku, jika memang nanti ada pekerjaan yang tidak bisa ku tinggal. Maka aku akan menitipkan dia pada ibu."

"Apa kau yakin?"

"Ya, Bu. Jadi sekarang, ibu harus pulang ke rumah. Ayah pasti sedang mencari-cari ibu, biarkan Nayya aku yang mengurusnya."

Melisa berfikir sejenak, ia menimbang-nimbang apakah keputusan yang di pilih putranya baik untuk Nayya atau tidak. Tapi jika ia memaksa Nayya bersama, maka putranya pasti merasa kesal akibat gangguannya.

"Baiklah, tapi kau tidak boleh melarang ibu berkunjung untuk melihat menantu ibu."

"Tentu saja tidak, Ibu boleh berkunjung sepuasnya."

Senang dengan janji putranya, Melisa akhirnya mengikuti keputusan Lucas. Setelah berpamitan, Myra pergi meninggalkan ruang rawat. Beruntung Sara sudah tiba di rumah sakit sehingga Melisa bisa segera pulang.

"Sara. Dimana Albert?"

"Sedang menunggu di parkiran, Tuan. Apa kita akan berangkat sekarang?" Sara sudah tahu bahwa nyonya mudanya akan di bawa pulang. Dan di rawat di rumah.

"Ya, kau pergilah kesana lebih dulu. Sebentar lagi kami akan menyusul."

"Baik, Tuan."

Sara keluar dari ruang rawat, meninggalkan Lucas, Kath dan Nayya.

"Kami akan pulang, Kak. Sekarang kau bisa pergi."

"Baik, jaga istri mu baik-baik. Jika ada sesuatu yang terjadi maka langsung panggil aku."

"Pasti."

Kath berdiri dari ranjang, membelai rambut halus Nayya lalu memberikan pesan seperti seorang kakak pada adiknya.

"Jaga diri mu baik-baik, jika ada masalah dan Lucas tidak bersedia mendengarkan cerita mu. Maka jangan sungkan-sungkan memanggil kakak, nomor mu akan ku minta dari Lucas agar kita bisa saling menyapa." Mungkin karena tidak memiliki saudara perempuan, membuat Kath senang dengan Nayya dan menganggapnya adik sendiri.

"Baik, terima kasih, Kak."

"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu. Jangan pendam masalah mu sendiri, Oke."

Nayya mengngguk paham, senang karena akhirnya ia memiliki seorang kakak perempuan meskipun bukan kakak kandung.