webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Nayla #8

Nayla membuka paperbag dari Reyza, wajahnya berseri ketika melihat warna kesukaannya. Tumben kakak sepupunya baik banget. Biar mulutnya pedas kadang tingkahnya baik. Nayla mengambil ponselnya dan mengirim pesan.

Nayla

Makasih Mas Rey. Nay suka warnanya.

Mas Rey ❤️

Mulai besok berangkat sama Mas aja ke kampusnya.

Nayla bingung mau jawab apa. Dia mencari alasan yang tepat agar tidak berangkat bersama Reyza. Nayla tidak membalas pesannya. Hanya melanjutkan istirahat siangnya. Masalah besok bisa dipikir lagi.

.....

Malam ini Budhe mengajak seluruh orang rumah untuk makan malam di luar. Nayla pun sudah siap dengan jilbab barunya yang berwarna ungu muda. Mungkin Reyza ingin Nayla memakai jilbab terus. Nayla hanya sedang berusaha istiqomah. Selama ini Nayla memakai jilbab jika sedang berada di kampus saja.

"Wah Nay cantik sekali pakai jilbab. Semoga bisa terus pakainya Nay" Budhe tersenyum menyapa saat Nayla turun.

"Tumben Nay pakai jilbab di luar kampus?" tanya Gina.

"Ndak papa Gina. Nayla biar pelan-pelan aja. Ini Eja belum keluar dari kamar?" Budhe yang menjawab dan mencari Reyza.

Nayla hanya senyum dengan komentar Gina. Nayla tidak mau ambil pusing dengan komentarnya. Sekarang hanya menunggu Reyza keluar. Tumben cowok lama banget. Kaya anak cewek aja.

"Aku kemarin lihat jilbab itu di Mall. Kamu beli kapan Nay?" tanya Gina lagi.

"Ini dikasih Mas Rey" jawab Nayla jujur.

"Jadi kemarin Mas Eja beli jilbab buat kamu. Aku pikir beli buat la...." Gina  tidak sempat menyelesaikan ucapannya, Reyza sudah turun.

"Maaf lama. Ayok berangkat" Seru Reyza.

...

Keluarga Budhe selalu meluangkan waktu makan malam diluar beberapa kali dalam sebulan. Itu sudah jadi tradisi. Di restoran ini pun semua pelayan sudah kenal dengan keluarga Budhe. Sampai ada seorang pelayan yang mengira Nayla adalah menantu dari keluarga ini. Nayla hanya senyum malu dan menunduk.

Setelah selesai makan. Budhe tidak langsung pulang. Ada jamuan malam lagi bersama teman-teman kerja Pakdhe. Budhe meminta Nayla, Gina, dan Reyza untuk pulang lebih dulu. Nanti Pakdhe dan Budhe dijemput Pak Didin. Sekarang mereka di dalam mobil.

"Mas Eja beneran beliin Nayla jilbab?"tanya Gina

"Bener lah. Dia kan ndak punya banyak jilbab kaya kamu Gin" jawab Reyza

"Kenapa kemarin ndak nitip aku aja, Mas Eja langsung pulang tapi disempetin beli jilbab buat Nayla" Gina masih belum terima.

"Kamu kenapa sih? Cuma beliin jilbab doang kok" Reyza mempercepat laju mobil.

Nayla hanya diam selama perjalanan. Ketika sampai rumah, Reyza turun lebih dulu dan langsung masuk kamar.

"Jangan harap kamu dapat perhatian lebih dari Mas Eja. Mas Eja hanya kasihan aja sama kamu!" seru Gina saat berlalu melewati Nayla.

"Ndak kok Mbak. Nayla ndak berharap begitu" jawab Nayla

"Papah Mamah dan semua orang rumah cuma kasihan sama kamu, jadi jangan terlalu percaya diri disini!" Gina makin memperjelas statusnya.

Nayla hanya tersenyum mendengar semua ucapan Gina. Wajah Nayla memang tersenyum, tapi hatinya perih. Apa salah jika Nayla hanya seorang anak angkat?

Nayla selalu merasa beruntung dirinya menjadi anak Ayah dan Bunda. Selalu bahagia dengan teman-teman yang menerima keadaannya. Tapi semua itu sirna saat kepercayaannya dihianati. Saat statusnya dalam keluarga ini selalu dibatasi. Nayla harus bersikap seperti apa lagi agar orang lain menghargai keberadaannya.

***

Nayla memutuskan untuk mencari kegiatan favoritnya di sanggar tari Ferlita Dance. Sanggar tari modern yang sudah terkenal di Surabaya. Tari adalah hobi Nayla yang tidak pernah ditinggalkan. Di jogja pun Nayla sudah bergabung dengan sanggar tari tradisional maupun modern. Nayla sangat menyukai seni tari.

Nayla ditemani Rosita mendaftarkan diri ke sanggar tersebut. Nayla memilih jadwal yang sesuai dengan kegiatannya. Agar tidak mengganggu aktivitas kuliahnya. Nayla sudah ijin sama Bunda dan diijinkan asal tidak mengganggu waktu kuliah. Karena menurut Bunda pendidikan tetap yang utama.

Nayla memilih hari Selasa, Rabu, Sabtu, dan Minggu untuk jadwalnya. Karena hari lain selalu dihabiskan Nayla di perpustakaan. Setelah semua kontrak disetujui Nayla dan Rosita pergi makan. Di sana tidak sengaja ketemu Dimas. Karena tempat makannya dekat dengan kampus jadi tidak heran mereka bertemu di tempat yang sama.

"Assalamu'alaikum Nayla" salam dari Dimas yang sengaja mendekat ke meja makan Nayla.

"Wa'alaikumsalam Kak" jawab Nayla dan Rosita serentak.

"Boleh gabung nggak?" tanya Dimas penuh harapan.

"Boleh banget kak" Rosita antusias menjawabnya. Dan tentu saja mendapat lirikan tajam dari Nayla.

"Terimakasih" ucap Dimas sambil duduk.  "Kalian dari mana? Tumben jam segini udah keluar kampus? Biasanya sampai sore".

"Nayla habis gabung ke sanggar Ferlita dance. Nayla jago ngedance loh kak" jawab Rosita tanpa menoleh ke wajah merah Nayla.

"Wow hebat. Kapan-kapan boleh nonton show nya dong"

"Tentu aja boleh kak. Iya kan Nay?" Rosita masih belum paham situasi.

"Nay cuma gabung sanggar aja kak. Buat kegiatan aja. Itu cuma hobi. Nay ndak ikut kalau ada event apapun dari sanggar" akhirnya Nayla bersuara.

"Loh kenapa?" tanya Dimas dan Rosita serentak.

"Kalau ada show, dancernya ndak boleh pakai jilbab jadi udah pilihan Nay ndak ikut event apapun. Nay cuma pengin nari aja. Ndak pengin ikut eventnya. Yang penting Nay punya kegiatan. Dan paling penting Nay ndak perlu lepas jilbab. Kak Ferlita udah setuju kok" jawab Nayla tegas.

"Owalah, aku nemenin kamu kok ndak tahu masalah itu Nay?" Rosita bingung dengan jawaban Nayla.

"Emang apa yang kamu ngerti dari Nay?" Nayla mendelik tajam ke arah Rosita.

Dimas hanya tersenyum mendengar jawaban Nayla. Mereka makan dan ngobrol sampai sore. Nayla pulang mengendarai motor sendiri. Hari ini Nayla menolak diantar jemput oleh Reyza.

....

Sampai di rumah Budhe, Nayla langsung masuk kamar. Istirahat sebentar melihat jadwal tari dari sanggarnya. Nayla memilih untuk mencari banyak kegiatan agar bisa menghindari Gina dan Reyza.

Sebelum makan malam, Nayla turun ke bawah. Nayla ingin bicara sama budhe tentang kegiatan barunya. Tapi sepertinya ada suara ramai di bawah. Dan ternyata ada Laura yang sedang bercanda bersama semua keluarga Budhe. Nayla pun enggan untuk turun. Ada sedikit perih di hati. Kenapa orang lain bisa sebegitu dekatnya dengan mereka. Sedangkan Nayla selalu dibatasi dalam keluarga ini. Nayla merasa jadi orang asing di rumah ini. Nayla ingin meminta Bunda agar dirinya kost saja. Tapi Nayla ingat janjinya dulu.

Saat Nayla berbalik dan akan masuk kamar. Tiba-tiba tangan Nayla digandeng seseorang. Orang itu ternyata Reyza. Dia menuntun Nayla untuk pergi ke balkon. Disana mereka duduk berdua dan memandangi taman belakang rumah.

"Jangan mendekat kalau kami sedang ngobrol. Mas tahu kamu ndak nyaman. Lain kali tunggu di kamar sampai makan malam" Reyza berbicara dengan nada yang dingin. Membuat Nayla berkaca-kaca.

Nayla benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Air matanya akan jatuh sebentar lagi. Nayla ingin kabur saja saat ini. Nayla mengiyakan ucapan Reyza kemudian berdiri. Namun Reyza menghentikannya, menarik lengan kirinya dan menghapus air mata yang jatuh di pipi Nayla.

"Ndak usah cengeng. Mawar selalu kuat dimanapun dia berdiri. Dan kamu Mawarku yang paling kuat diantara Mawar yang lain" ucap Reyza penuh perasaan yang membuat detak jantung Nayla berdegup lebih kencang.

***

T. B. C