webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
14 Chs

Nayla #2

Di tempat futsal biasa anak-anak kelas XII IPA bertanding. Ada Tama, Putra, dan teman lainnya.

"Aku putus sama Nayla"Putra memulai obrolan dengan Tama.

"Aku tau" jawab Tama datar

"Kamu masih sayang sama Nayla?"

"Ya masih lah, Nayla kesayanganku selalu bro" ucap Tama dengan senyum miring

"Kamu ndak marah aku putus sama dia?" pertanyaan Putra tiba-tiba membuat tatapan Tama jadi serius.

"Jujur aja ya bro. Aku yang sayang Nayla lebih dulu tapi kamu yang maju. Aku pikir cuma sakit pas tau kalian jadian dulu. Ternyata lebih sakit pas tau Nayla merasa tersakiti" aku Tama dengan wajah serius.

"Cihhh, ini kesempatan buat kamu deketin dia kan?" Ejek Putra.

"Kesempatan itu ada setiap hari, kamu tau sendiri kan aku sama Nayla sedekat apa? Aku ndak pernah absen bilang sayang. Karena dia selalu bisa nolak aku dengan halus. Dan hebatnya ndak pernah bikin aku sakit hati dan menjauh" senyum Tama mengembang. "Cuma dia temen cewek yang bisa deket sama aku. Kamu tau aku susah punya temen cewek. Ndak kaya kamu".

"Sialan, aku yang temenan sama kamu dari SD tapi kok kamu lebih sayang sama Nayla bro"

"Yaelah, aku bukan jeruk makan jeruk. Sorry bro"

Mereka tertawa berdua. Entah di dalam hati masing-masing bergejolak atau tidak.

"Semua medsosku di blok sama Nayla, nomer whatsapp ku juga. Kamu tau dia ganti nomer ndak?" tanya Putra penuh harapan.

"Dia ndak ganti nomer. Kalo medsos kayaknya dia emang nonaktif semua. Grup chat SMA aja dia left. Oyaa satu lagi. Dia mau kuliah di Surabaya" jelas Tama dengan tatapan sendu.

"Bukannya Nayla udah lolos di PTN sini? Kenapa tiba-tiba pindah Surabaya?"

"Kamu harusnya tau jawabannya bro" jawab Tama santai.

Putra tidak menyangka dengan kabar tentang Nayla barusan. Dia langsung nyari hape dan mengirim pesan untuk Nayla. Dia ingin bertemu dengan Nayla meski hanya sebentar saja.

......

Nayla sudah selesai beberes. Semua sudah siap. Tinggal berangkat.

"Bunda bakalan kangen Nay terus. Anak Bunda jauh banget kuliahnya" kata Bunda sambil mengelus rambut Nayla.

"Bunda kan tau Nayla ntar di rumah Budhe. Nay bakalan video call terus. Lagian anak Bunda bukan cuma Nay, ada ratusan anaknya Bunda di sekolah. Di komplek sini juga anaknya bunda semua" senyum Nayla yang menenangkan Bundanya.

"Iya Nay, kamu paling pinter bahagiain Bunda" mata Bunda berkaca-kaca.

"Nay bakalan pulang kalo libur Bun. Tapi kalo Nay sibuk, Bunda aja yang ke Surabaya"

"Dasar kamu Nay"

Mereka berpelukan yang erat. Seperti enggan untuk berpisah. Tak lama Ayah datang dan bilang untuk bersiap-siap ke terminal Bus. Nayla tidak mau naik pesawat, alasannya ingin menikmati perjalanan yang lama. Entahlah apa yang dipikirkan Nayla.

Di terminal sudah ada Tama dan Keila yang ikut mengantar Nayla.

"Kamu ndak niat kabur di tengah jalan kan Nay?" tanya Tama dengan suara lirih.

"Itu rahasia. Hahahahaa"

"Nay, aku bakalan kangen sama kamu" ucap Keila penuh perasaan.

"Kita masih bisa komunikasi kok"

Nayla, Tama, dan Keila berpelukan. Pelukan yang sangat erat. Sampai ditegur Bunda karena Bus siap berangkat.

"Hati-hati di jalan Nay" semua berucap sama.

Nayla melambaikan tangan dari dalam Bus. "Sampai jumpa semua, selamat tinggal Jogja" gumam Nayla.

Bus jalan dengan nyaman. Nayla sudah duduk santai dan mendengarkan musik pakai earphone. Nayla masih mengabaikan puluhan pesan dari Putra. Telponnya selalu dimatikan. Nayla sudah berjanji tidak mau berhubungan lagi dengan Putra melalui apapun. Kalau bisa tidak mau untuk bertemu lagi dalam keadaan apapun.

Tiba-tiba ada pesan whatsapp dari nomer baru.

0857xxxxxxx

Pagi Mawar 🌹

Nayla

Mas Rey?

***

Perjalanan Jogja-Surabaya kini bisa ditempuh 6 jam. Semenjak adanya jalan tol trans Jawa. Nayla lebih suka menggunakan transportasi bus daripada pesawat ataupun kereta. Entah apa yang ada dibenaknya. Nayla menikmati setiap pemandangan di luar kaca bus yang ditumpanginya.

Pikirannya tiba-tiba mengingat kejadian malam Jum'at lalu saat menerima sebuah pesan gambar. Yang isinya foto Putra dan Mika. Nayla masih ingat isi chattingan saat itu. Saat mengonfirmasi foto itu ke Putra.

Nayla

Kamu jalan sama Mika?

Putra

Kata siapa Nay?

Nayla

Putra jujur aja sama Nay. Nay gak bakal marah kok.

Putra

Iya Nay, tapi bareng-bareng kok. Sama anak osis lainnya.

Nayla

-sent picture-

Putra

Nay, percaya sama Putra kan?

Nayla

Nay minta Putra jujur.

Putra

Putra sayang Nayla

Nayla

Mika?

Putra

Putra juga sayang sama dia

Nayla

Sejak kapan?

Putra

Sejak kita kelas XI. Dia selalu bantu Putra saat kesusahan di osis dulu. Tapi Putra lebih sayang Nayla kok. Sungguh.

Nayla

🤮

Chatting paling menjijikan menurut Nayla. Heran sendiri kenapa Nayla bertahan tiga tahun pacaran sama Putra. Cowok malaikat berhati iblis. Mirip kedondong, halus di luar dan berduri di dalam. Putra memang senaif itu.

Semakin sesak dada Nayla mengingat hal itu. Namun pikirannya buyar ketika ada telpon dari nomer yang tadi memanggilnya Mawar. Nayla langsung mengangkatnya.

"Halo, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam Mawar. Nomer mas ndak disimpen ya? Dasar adik durhaka"

"Hehehe maaf mas Rey. Soalnya jarang komunikasi jadi lupa. Sorry mas"

"Kamu yang ndak pernah mau komunikasi. Ntar sampe jam berapa di Surabaya? Mas yang ditugasin jemput kamu"

"Sekitar jam 3 mas. Sorean. Maaf ngrepotin mas Rey"

"Harusnya sih ada oleh-oleh ini. Yaudah ntar mas dari rumah jam 2. Soalnya ke terminal 1 jam perjalanan"

"Ada kok mas dari Bunda. Oke mas Rey nanti tak kabari kalo udah sampe"

"Oke, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam mas"

Mas Reyza, Reyza Putra Barata. Anak sulungnya Budhe Rintang. Nayla bakal tinggal di rumah Budhe Rintang selama kuliah di Surabaya. Sesuai janjinya dengan Bunda.

Namun Nayla sedikit khawatir dengan Reyza. Dia kakak sepupu yang paling tidak menganggap Nayla sebagai saudara. Nayla juga tidak tau mengapa.

Dulu saat Mbah Munawar masih hidup, keluarga Budhe Rintang selalu mudik ke Jogja tiap lebaran. Namun setelah Mbah meninggal sudah sangat jarang. Terutama Reyza. Kira-kira sudah tiga tahunan Reyza tidak pernah ikut mudik. Mereka cuma komunikasi melalui chatting whatsapp group keluarga.

Keluarga Nayla tidak banyak. Di grup itu cuma ada keluarga Budhe sama Bunda. Mereka kakak beradik hanya dua bersaudara. Nayla jarang ikut ngobrol di grup itu. Makanya Nayla tidak terlalu dekat dengan keluarga Budhe Rintang. Tinggal di sana untuk empat tahun kedepan adalah keputusan yang sangat berat baginya. Namun itu lebih baik, daripada harus tinggal di Jogja saat ini. Nayla menguatkan hati sendiri. Nayla pasti bisa melewatinya.

Nayla selalu dipanggil Mawar oleh Reyza. Nayla tidak tau alasannya kenapa. Tapi dari kecil sampai sekarang cuma Reyza yang memanggilnya Mawar. Begitupun Nayla, selalu memanggilnya Rey bukan Eja. Reyza selalu dipanggil Eja oleh keluarganya. Mereka berdua memang aneh.

Tanpa sadar, bus sudah masuk terminal. Saat Nayla turun sudah ada cowok tampan tersenyum padanya. Nayla terpesona dengan paras tampannya. Terlihat begitu adem dimatanya. Apa dia Mas Rey?

***

T. B. C