webnovel

Bukan Istri Tapi Estri

Karena impian bodoh Endra, dia harus terjebak dengan perempuan sadis yang bernama Sarah dengan menjadi seorang suami. Sialnya, perempuan sadis yang awalnya Endra anggap seperti malaikat justru berubah menjadi iblis yang meneror hari-hari indahnya menjadi semakin suram. Bagaimana Endra akan menghadapi Sarah? Dan mampukah Endra melepaskan diri dari cengkeraman kesadisan Sarah yang selalu berperan sebagai istri yang baik di depan ibunya sendiri?

AdDinaKhalim · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
247 Chs

#022: Bertemu Orang Baik

"Dasar bodoh! Karena lo itu emang pantes dapet perlakuan buruk. Tapi kalau lo keberatan, lo tinggal bilang aja, dan semua kebohongan ini akan gue akhiri. Sesimpel itu kok!" kata Sarah dengan nada ketus.

Endra menggeleng. "Bukan itu maksud saya."

"Jadi apaan, hah? Lo masih terlalu dangkal buat nyadarin kesalahan lo sendiri kan? Lo pikir, gue melakukannya tanpa sebab?" Sarah tertawa dingin. Dia juga menyedekapkan tangannya dengan gestur jemawa. Lantas, kembali berucap, "Perlakuan gue ke lo itu, sesuai sama kesalahan yang bahkan lo sendiri masih belum menyadari sepenuhnya. Makanya gue panggil lo SB. Karena lo itu emang bodoh. Lo nggak bisa tau letak kesalahan lo sendiri, dan mau orang lain yang mesti koreksi kesalahan yang lo lakuin. Tuhan ngasih otak ke lo itu buat dipake, bukan buat dianggurin!"

Endra yang sedari tadi tidak berani menatap mata Sarah justru dibuatnya semakin tidak mengerti. "Maksud Bu Sarah apa?" Hati-hati Endra mengalihkan tatapannya dari kemudi ke arah Sarah yang duduk di sampingnya dengan tatapan tajam.

Sarah langsung mendecakkan lidahnya keras. Seolah berbicara dengan Endra hanya akan membuang-buang waktunya saja. "Udah ah. Lo emang bodoh sih jadi wajar aja jawabannya gitu. Buruan jalan, gue capek mau langsung istirahat."

Endra mau bersuara lagi, tapi kembali dipotong Sarah. "Kalau lo masih mau ngomong, gue turunin lo di sini, biar gue bawa mobil sendiri," ancamnya kemudian.

Endra akhirnya menutup mulutnya rapat-rapat dan kembali mengarahkan tatapannya ke depan, bersiap untuk kembali mengendarai mobil membelah jalanan untuk sampai ke kediaman Sarah.

***

Kali ini bukan hanya ucapan Asti saja, tapi juga ucapan Sarah yang berkecamuk di dalam pikirannya. Kenapa Sarah malah berkata begitu? Tentang kesalahan yang masih belum Endra sadari. Memangnya kesalahan apa?

Jika diingat baik-baik, satu-satunya kesalahan yang Endra lakukan adalah meminta tolong pada Sarah. Pertolongan yang pada akhirnya membelenggu kebebasan Endra bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya.

Tapi kalau pun memang itu adalah kesalahan Endra, lantas apa yang harus dia perbuat agar Sarah berhenti memperlakukannya dengan buruk? Bukankah selama ini Endra selalu berusaha menuruti apapun kemauan Sarah meskipun menyiksa tubuh dan pikirannya. Rasa-rasanya, perlakuan Sarah ini sudah sangat kelewat batas. Padahal Sarah bisa bersikap berbeda pada orang lain, contohnya pada Asti dan para pegawainya -yang kata Asti sebenarnya Sarah orang baik- tapi kenapa Endra sama sekali tidak bisa merasakan satu pun kebaikan yang bisa didapatkannya dari Sarah?

Sampai hari berganti pun dan Endra harus kembali ke kantor, dia masih tak kunjung menemukan jawabannya. Dia hanya bisa pasrah dan kini sudah ada di ruangan Sarah untuk membersihkan area kerja Sarah serta menyiapkan minuman untuk Sarah.

Sebenarnya, pekerjaan Endra saat di kantor tidak melulu menjadi OB seperti saat pertama datang dulu. Kali ini tugas wajibnya adalah bertanggung jawab penuh dengan kebersihan area kerja maupun rumah Sarah, memastikan berkas-berkas rapi, minuman tersedia, menyiapkan makanan, menjadi bodyguard sekaligus tukang suruh Sarah dan ikut memeriksa skedul harian Sarah dari pagi sampai menjelang tidur. Kecuali jika ada keadaan tak terduga seperti saat adanya resepsi dadakan beberapa hari yang lalu.

Sementara tugas sampingannya adalah pada saat jam bebas, Endra harus membantu karyawan lain yang kerepotan dengan tugasnya, entah tugas apa saja yang bisa dikerjakan oleh seorang amatir seperti Endra. Bisa dibilang, Endra sebenarnya mudah beradaptasi dengan semuanya. Meskipun dia sering mengeluh karena Sarah terlalu memforsir tenaganya, tapi pada kenyataannya, Endra selalu berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak pernah sekali pun Endra mengabaikan tugasnya, karena selain Sarah akan menghujani berbagai kata makian, Endra juga tipikal orang yang sangat penurut dan bersedia mengerjakan apa saja.

"Mas Endra?" sapa Yanti yang baru saja masuk kantor dan langsung menghampiri Endra saat Endra baru keluar dari ruang kerja Sarah.

Ruang kerja Sarah memang terletak di lantai satu. Yang mana saat pertama kali memasuki area kantor, maka akan langsung terlihat satu ruangan tertutup yang menjadi ruangan khusus untuk Sarah. Di sampingnya, ada lorong panjang yang berbanding lurus dengan pintu masuk kantor dan akan menghubungkannya ke tangga lantai dua di mana letak para karyawan yang lainnya berada.

Niatnya tadi, Endra mau langsung bergegas ke luar untuk dilanjutkan pergi ke rumah untuk menjemput Sarah.

"Hai," balas Endra sembari menampilkan senyumannya. "Ini hari pertama kamu kerja di sini ya?"

Yanti mengangguk. "Mas Endra sendiri juga kerja di sini ya?" Yanti balik bertanya.

"Yah ... bisa dibilang begitu sih. Tapi sebenarnya Mas Endra cuma bantu-bantu Sarah aja kok."

Yanti manggut-manggut mengerti. "Tapi Yanti nggak tau nih, Mas, harus mulai dari mana."

"Kamu udah ketemu Asti?" tanya Endra menanggapi ucapan Yanti.

Yanti menggeleng.

"Ya udah, Mas anterin ke tempatnya Asti yah. Nanti dia bakal ngasih penjelasan soal apa yang mesti kamu kerjakan di kantor ini."

Yanti mengangguk setuju. Endra lantas membawa Yanti untuk berjalan menyusuri lorong untuk naik ke lantai dua.

***

Endra tersenyum senang saat melihat Asti sudah sibuk di meja kerjanya. Endra pernah menganggap kalau Asti saudara kembarnya Sarah kan? Bukan hanya dalam juteknya saja, tapi soal kerja kerasnya juga. Meskipun Asti sudah berkeluarga dan punya anak, tapi perempuan itu selalu menganggap pekerjaan sebagai prioritas utamanya. Dia mendedikasikan penuh tenaga dan pikirannya saat sedang bekerja. Tidak heran Sarah menjadikan Asti sebagai tangan kanannya karena memang Asti pantas mendapatkan posisi itu.

"Selamat pagi, Asti," sapa Endra dengan nada riang saat sudah berada satu meter dari tempat Asti duduk.

Asti mengangkat wajahnya. Dan sudah bersiap untuk berkomentar, kalau saja matanya tidak menangkap keberadaan orang tak dikenal yang mengekor di belakang Endra.

"Ini Yanti, yang kemarin saya ceritakan," kata Endra dengan nada sok formalnya. Asti tahu maksud terselubung Endra berbicara seperti itu. Pasti untuk menjaga nama baiknya di depan perempuan yang satu kampung dengan Endra ini.

Endra kemudian menatap Yanti dan berkata, "Ini Asti, yang bakal ngebimbing kamu selama bekerja di sini."

Yanti langsung bergerak maju. Tersenyum sopan sembari mengulurkan tangannya pada Asti. "Nama saya Yanti Puspita, Mbak. Mulai hari ini saya akan bekerja di sini. Mohon bantuannya, Mbak."

Asti balas mengulurkan tangan dan tersenyum ramah pada Yanti. "Seperti yang tadi Endra bilang, nama gu--," Asti meralat. "Nama saya Asti, selamat datang di kantor ini," balas Asti ikut memperkenalkan diri.

"Kalau gitu, kamu silakan sama Asti ya, Yan. Mas ada kerjaan dan harus pergi ke sekarang," pamit Endra kemudian.

Yanti mengangguk. Saat ini, Yanti merasa benar-benar sangat beruntung bisa bertemu dengan orang-orang yang baik.

Ada yang bisa jawab pertanyaan Endra nggak? Kenapa cuma Endra yang diperlakukan buruk sama Sarah? Sekalian kasih reviewnya yaa...

- AdDina Khalim

AdDinaKhalimcreators' thoughts