webnovel

B6 – Difference One

*****

Malam ini Danica memutuskan untuk tidak datang keruang latihan karena ia berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya yang entah kenapa terasa begitu lelah.

"Jadi anak perempuan itu jangan malas malas, harusnya itu bersih bersih setelah pulang sekolah dan kalau pulang juga jangan malam malam."

Ucapan Saras yang terdengar dari luar kamar membuat Danica menggeram sebal, ia tahu ucapannya itu pasti untuk dirinya. Dan Danica membenci saat saat seperti ini, Danica hanya lelah dia juga akan melakukannya jika ingin nanti toh dia juga sudah besar bukan anak anak lagi. Pikir Danica.

Dengan gerakan kesal Danica bangun dari tidurnya dan memutuskan untuk keluar dari rumah masih dengan seragamnya yang melekat membuat Saras menatap dengan bingung.

"Mau kemana? Belum bersih bersih sudah mau keluar lagi."

"Mau ke rumah Kak Kiki, males di rumah." Setelah mengucapkan hal itu Danica melenggang pergi tanpa perduli gerutuan Saras, hal inilah yang membuat Danica sangat membenci pulang.

Saat Danica baru saja menampakkan kakinya dirumah Kakaknya, langkahnya pun harus terhenti saat ia merasakan getaran pada ponselnya. Danica pun menatapnya dengan senyum manis saat nama Belinda tertera disana.

Belinda : "Dimana?"

Danica : "Ada apa? Kau rindu padaku ya…?"

Belinda : "Aishh siapa yang bilang begitu, aku kan hanya bertanya."

Danica tersenyum singkat sembari terus membalas pesan dari Belinda bahkan ia terus berjalan masuk kedalam rumah tanpa memperhatikan jalan.

Belinda : "Aku akan menunggumu di kedai biasanya."

Danica : "Sekarang? Aku harus siap siap dulu bodoh, kenapa baru mengatakannya. Harusnya katakan sejak tadi sore."

Belinda : "Otakmu memang semakin bodoh, sudah jangan banyak bicara. Aku akan menunggumu, sampai bertemu di kedai Danica bodoh."

"Cih dasar Belinda bodoh, bilang saja jika kau merindukanku." Gumam Danica sembari mengoceh pada ponselnya lalu tersenyum hangat, ia pun kemudian meletakkan ponselnya pada sofa dan berjalan menuju ke kamar utama.

Setelah mengambil handuk dan pakaian yang akan ia pakai, Danica langsung menuju ke kamar mandi untuk bersiap. Tidak butuh waktu lama untuk seorang Danica dalam bersiap siap, setelah berkutat didalam kamar mandi Danica pun kembali masuk ke kamar dan mulai mengambil barang yang ia butuhkan untuk dibawa.

Danica pun melihat penampilannya sekilas dicermin lalu tatapannya tertuju pada kuncir didepannya, niat awalnya yang harusnya rambutnya digerai pun seketika berubah pikiran.

Danica pun mulai menguncir kuda rambutnya lalu berjalan keluar dengan bersenandung, keadaan rumah yang sepi membuat Danica keluar dengan leluasa.

Yah menurut Danica bersama Belinda itu lebih baik daripada berada dirumah dan harus keluar bersama teman temannya, entahlah mungkin karena mereka sudah berteman sejak kecil. Pikir Danica.

*****

Bara dan teman temannya sedang menikmai malam Jakarta dengan sedikit gaduh, mereka terus saja saling bercanda ditengah keramaian pada pada café itu.

"Danica kemana? Biasanya dia selalu ikut?"

"Aku tidak tahu, sejak tadi sore dia sulit dihubungi." Bara menjawab Haidar dengan acuh seakan tidak pernah terjadi apapun tadi sore.

"Kau benar benar tak menemukannya tadi?"

"Dia hilang sangat cepat, kau bahkan tahu bagaimana kaki itu melangkah. Aughh meski dia kecil pun langkahnya cukup lebar." Ucap Bara sembari bergidik ngeri membuat teman temannya terkekeh geli melihat tingkah Bara.

"Aku lihat lihat kalian semakin dekat, kau tak punya niatan lain bukan?"

Pertanyaan Dalton membuat Bara menatap dengan kesal sedangkan Haidar dan keempat temannya hanya menatap dengan penasaran.

"Kita sudah berteman sejak awal masuk dalam club ini bukan? Tidak ada yang berubah kawan."

"Tapi kedekatan kalian berbeda akhir akhir ini."

Bara semakin menatap teman temannya dengan kesal, bahkan Angga sudah mendapat tatapan tajam dari Bara.

"Ingat aku lebih tua darimu oke? Dan ah iya aku dan Danica hanya berteman, kami terlihat seperti berbeda mungkin karena sering keluar bersama tapi tidak ada yang spesial. Itu hanya ingin, keluar dengannya membuat semua terasa berbeda. Tak perlu mengelak kalian sendiri juga merasakan hal yang sama bukan?"

Ucapan Bara membuat kelima temannya hanya bisa mengangguk mengiyakan, tidak bisa dipungkuri memang kehadiran Danica cukup membuat suasana berbeda dari biasanya yang terlihat monoton.

"See? Jadi jangan berlebihan oke?"

"Bukankah Angga dan Alvian juga kerap beberapa kali keluar dengan Danica karena merasa bosan bukan?"

"Hmmm mungkin." Ucap Angga acuh karena merasa seakan kalah telak dengan Bara.

"Tidak bisa dipungkiri memang kehadiran Danica memang terlihat berpengaruh padahal dulu dia sangat tertutup bukan?"

"Bukan dia yang tertutup Vin, tapi karena kita tidak pernah sedekat ini sebelumnya."

"Hmmm semua berubah setelah projek tahun lalu."

"Ah aku jadi rindu mengolok olok Danica."

Ucapan Ervin mengundang gelak tawa pada semua temannya, yah kehadiran Danica memang merubah semuanya termasuk perasaan Danica sendiri.

Hubungan mereka dekat setelah projek lomba dari sekolah tahun lalu dan semua berjalan baik baik saja hingga perasaan lain hadir dalam diri Danica, dan tidak dapat dipungkiri juga Danica dan Ervin sulit untuk disatukan. Keduanya akan terlibat pertengkaran hebat.

*****

"Sudah bosankah dengan buku buku tebalmu itu?"

Pertanyaan Danica hanya dibalas decakan sebal oleh Belinda, setelah di kedai cukup lama untuk makan keduanya memutuskan untuk jalan jalan untuk menikmati malam.

"Sialan kau, kau tahu buku buku tebal itu bahkan lebih membosankan daripada hidup mu."

"Bilang saja kau memang rindu padaku bukan?"

"Sudah lebih dari sepuluh kali kau mengatakan hal itu Danica, aku bosan." Danica hanya terkekeh mendengar decakan Belinda yang sayangnya sangat disukainya saat melihat Belinda berdecak kesal.

"Ah bukankah itu teman temanmu?"

Langkah keduanya langsung terhenti bahkan senyum Danica sudah menghilang berubah menjadi tanpa ekspresi. Belinda pun menoleh menatap Danica dengan bingung pasalnya Danica hanya diam tanpa merespon.

"Danica? Ingin menghampiri mereka?"

Pertanyaan Belinda menyadarkan lamunan Denica, ia pun langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya cepat.

"Bisakah kita hanya melewatinya seakan tak mengetahui? Atau berbalik arah kalau perlu."

"Jangan bodoh oke, kita akan berjalan semakin jauh dengan halte jika berjalan berbalik arah. Oke ayo." Belinda langsung menggandengan lengah Danica dan membawanya berjalan dengan santai dan sesekali tertawa.

Meski tanpa disadari Belinda, ada getar aneh pada dada Danica yang sukses membuatnya menahan sesak. Keadaan ketiga temannya yang tertawa bahagia bersama tanpa dirinya bahkan sejak awal mereka tidak membicarakan akan pergi.

Itu artinya mereka memang sudah berniat akan pergi bertiga tanpa dirinya bahkan dalam grup chatnya sejak tadi hanya mengatakan tidak akan ada yang pergi malam tapi nyatanya Danica melihat dengan sendirinya. Senyum dan tawa bahagia ketiga temannya yang saling bercanda didepannya.

"Eoh Danica?"

Raula yang menyadari kehadiran Danica lebih awal langsung membuat kedua temannya terdiam, Danica yang sedang berjalan dengan Belinda dengan diselingi tawa pun membuat ketiganya terdiam.

Entah apa yang mereka rasakan, antara kesal, menyesal, kecewa atau marah. Tidak ada yang tahu apa yang dirasakan oleh masing masing dari mereka hingga langkah Danica pun ikut berhenti saat ketiga temannya menatap dengan berbagai macam tatapan.

"Eoh? Kalian disini?"

******