webnovel

Kecurigaan Andre

Jam makan siang telah tiba, dering alarm dari ponsel Tasya telah berhasil membangunkan keduanya.

Ya .... Tasya dan Devan sama-sama tertidur setelah merasa lelah akibat persetubuhan mereka, Devan telah melupakan pertemuan penting itu, pertemuan yang telah dikatakannya pada Della.

Devan duduk dan mengusap wajahnya, begitu juga dengan Tasya, keduanya meraih ponsel masing-masing secara bersamaan.

Tasya mematikan alarmnya, sedangkan Devan membuka banyaknya panggilan dari Della, dan satu pesan masuk dari Della juga.

(Papah meninggal, kamu kenapa gak angkat telapon aku yang bahkan telah puluhan kali?)

Devan mengernyit setelah membaca isi pesan Della, dengan cepat Devan menyingkirkan selimut itu dan memakai pakaiannya dengan sempurna.

Tasya tak mengerti dengan itu, Tasya segera turun dan menghentikan Devan saat akan keluar dari kamarnya.

Tasya memeluk Devan dari belakang,  masih enggan untuk ditinggalkan Devan sekarang, Tasya yang masih tak berbusana tetap mempertahankan Devan bersamanya.

"Lepas, Sya."

"Kamu mau kemana, kamu gak bisa tinggalkan aku begitu saja."

"Sya, lepas."

"Enggak."

Devan memejamkan matanya sesaat dan mendorong Tasya dengan kasar, Tasya kaget dengan perlakuan Devan itu.

"Papahnya Della meninggal, dan kamu masih menghalangi aku disini!" bentak Devan.

Sama halnya dengan Devan tadi, Tasya juga kaget mendengarnya, Devan menggeleng dan keluar dari kamar.

Tasya tak lagi menahannya, mungkin sekarang Tasya harus mengerti karena kebersamaan Devan dan Della juga karena duka, bukan untuk bermesraan.

Devan memasuki mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi, Devan harus sampai di rumah Della secepatnya, pesan itu telah dikirimkan sejak tadi pagi dan Devan telah mengabaikannya lama.

Gelisah, itulah yang dirasakan Devan sekarang, Della pasti marah karena Devan mengabaikannya, padahal Devan mengatakan jika jam 10 pun Devan sudah santai di kantor.

"Bodoh!" bentak Devan seraya memukul stir mobilnya.

Persetubuhannya dengan Della telah membuatnya mengabaikan Della, bahkan saat Della sangat membutuhkannya.

Sepanjang perjalanan Devan tak henti mengutuk dirinya sendiri, kenapa Devan malah asyik bercinta dengan Tasya, sedangkan Della di rumah sedang terluka.

Lama waktu terlewat, Devan menghentikan laju mobilnya, kini Devan telah sampai di rumah Della dan memang sudah banyak orang di sana.

Devan terus berjalan hingga memasuki rumah, banyak mata yang melihat kedatangannya sejak dari luar sana, tapi Devan tak peduli dan terus berjalan menghampiri Della.

Della menoleh saat Devan duduk di sampingnya, seketika itu Della memeluk Devan dengan eratnya, tangisnya yang sudah sedikit lebih tenang itu berubah histeris lagi saat Devan datang.

"Sutt, tenang ya, kamu harus kuat harus sabar." Ucap Devan membalas pelukan Della.

Andre yang ada di sebelah kiri Della harus bergeser saat Devan duduk di sana, posisi Devan yang membelakangi Andre membuat Andre mampu melihat punggu Devan dengan leluasa, bahkan meski ada tangan Della yang melingkar di sebagian sana.

Andre melihat ada bekas bibir disana, warna pink tua, meski tak sempurna tapi Andre yakin jika itu jejak bibir seseorang.

Andre ingat jelas, jika Della berulang kali mengatakan tentang Devan yang sedang menemui client penting pagi tadi, bahkan panggilan Della pun sampai tak digubris.

Tapi apa yang dilihat Andre sekarang, justru membuat Andre lari dari kalimat Della tadi pagi, Devan bukan meeting dengan client penting, tapi Devan pasti berselingkuh dengan perempuan lain.

Andre menyipitkan matanya, berusaha memastikan kebenaran dari penglihatannya itu, memang benar, itu adalah jejak bibir yang pasti baru di buat.

Tapi bibir siapa, dan apa benar Devan berselingkuh, apa benar Devan mengkhianati kakaknya itu dengan perempuan lain.

Mereka baru menikah 5 bulan, bisa sekali Devan sudah mengkhianati kakaknya seperti itu, lagi pula Andre selalu melihat hubungan mereka yang kerap romantis, bagaimana bisa Devan berselingkuh.

Kedua tangan Andre mengepal kuat, sedikit pun Andre tidak akan mengampuni Devan jika sampai benar lelaki itu mengkhianati kakaknya, apa lagi saat Della tengah terluka seperti saat ini, Devan justru bermain gila dengan perempuan lain.

Andre memejamkan matanya seraya berpaling, saat ini hanya Andre yang mengetahui tentang itu, dan sebaiknya Andre menyimpan itu semua sendiri dulu.

Devan menghembuskan nafasnya perlahan, menyesal sekali dengan apa yang telah dilakukannya dengan Tasya.

Jika saja persetubuhan itu tidak terjadi, Devan pasti bisa datang lebih awal ke rumah Della, Devan bisa lebih cepat memeluk Della dan menenangkan Della disaat luka kehilangannya itu.

"Kuat ya, kasihan Papah kalau,terus ditangisi seperti ini." Ucap Devan melapaskan pelukannya.

Devan melihat sekitar tapi tak melihat ada orang tuanya disana.

"Mamih gak kesini?"

"Aku sudah kabarkan ini, katanya mereka baru bisa datang nanti sore."

Devan mengangguk, dan melihat tubuh tak bernyawa itu, apa mereka akan menunda pamakaman Galih sampai keluarga Devan datang, atau mungkin sebaliknya.

"Papah, kapan dimakamkan?"

"Di sana belum selesai, aku masih menunggu kabar untuk bisa membawa Papah kesana, dan memakamkannya."

Devan kembali mengangguk, Devan mengerti dengan itu, dan mungkin sebaiknya Devan menghubungi keluarganya siapa tahu saja mereka bisa datang lebih cepat.

"Aku coba hubungi Mamih dulu ya."

Della mengangguk dan membiarkan Devan pergi darinya, biarkan saja mungkin itu juga salah satu keharusannya.

Andre kembali bergeser mendekati Della, mengusap pundak kakaknya itu.

"Gak ada yang rela dengan kepergian Papah, tapi bagaimana pun juga kita harus rela dengan semua ini."

Della mengangguk dan mengusap tangan Andre di pundaknya, Della sedang berusaha untuk hal itu, tapi tetap saja Della tidak bisa merelakan kepergian Galih.

"Kita harus kuat Kak, agar bisa menguatkan Mamah."

Della kembali mengangguk, tentu saja Della berusaha untuk itu sejak tadi, meski pun kenyataannya Veni tidak sedikit pun bisa ditenangkan.

Saat ini saja, Veni tak sadarkan diri di kamar karena ketidak terimaannya dengan kepergian Galih, tapi Della selalu berusaha untuk menguatkan Veni ditengah kerapuhannya sendiri.

"Kita akan terus sama-sama, Kak."

Ingin sekali Andre mengatakan apa yang dilihatnya dari Devan tadi, tapi sepertinya itu hanya akan membuat keadaan semakin berantakan saja.

"Permisi," ucap Devan

Devan terlihat kembali memasuki rumah dan kembali duduk di samping Della, karena hal itu Andre harus kembali menjauh dari Della.

Andre merasa keberatan dengan Devan yang kembali mendekati Della, setelah semua yang dilihat dan difikirkannya.

"Mamih bilang mereka sedang di jalan, dan akan sampai sebentar lagi, mereka akan ikut ke pemakaman Papah."

Della sedikit tersenyum mendengarnya, itu kabar baik tapi tak sedikit pun mampu menghilangkan luka hatinya, kedatangan mertuanya tak lantas mengembalikan Galih padanya.

Kehilangan itu tetap ada meski dua keluarga itu berkumpul bersama, dan Della harus berjuang untuk menerima kenyataan pahit yang datang