webnovel

Ujian Susulan

Aileen berlari dari gerbang sekolah menuju ruang kelasnya, hari ini Aileen terlambat datang, padahal hari ini Aileen harus mengikuti ujian susulan.

Aileen sakit ketika ujian sedang berlangsung minggu lalu, dan hari ini Aileen harus menyusul ujian itu demi bisa mendapatkan nilai.

"Semangaaaat"

Teriak dua orang yang ternyata ada di dalam kelas, teriakan mereka membuat Aileen terlonjak kembali keluar.

"Semangat bestie"

Ucap Afra, Aileen memukul keduanya dengan gemas.

Dua orang itu adalah Afra dan Arsenio, akrab disapa Rara dan Nio, mereka bertiga sahabat baik.

"Kalian apa-apaan sih, kaget tahu gak"

"Makanya fokus, untuk apa lari-lari"

"Aku kan terlambat"

Afra dan Arsenio saling lirik, 1 detik kemudian keduanya tertawa, membuat Aileen heran dengan itu.

"Apa sih, kok ketawa ?"

"Ya ampun nona manis, masih saja tertipu dengan jam dundung kesayangan nenek mu itu"

"Jam dinding Nio"

"Jam dinding itu benar, ini kan jamnya salah, jadi jam dundung"

"Oh iya .... benar benar itu benar"

"Apaan sih gak jelas ?"

Aileen mengerti maksud sahabatnya itu, tapi Aileen malu mengakuinya sehingga Aileen berpura-pura tidak mengerti dengan itu.

"Makanya punya jam tangan dong, biar gak kena tipu terus"

"Jam berapa sekarang ?"

"Masih jam 7 kurang 10 menit, dundung"

Ucap Nio kesal, Aileen tersenyum polos.

"Dasar bodoh"

"Bodoh memang"

"Kalah sama nenek-nenek"

"Iya"

Keduanya mendorong Aileen bolak-balik, Aileen menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, dengan tubuh yang dihempas ke kiri dan ke kanan, Aileen masih saja belagak oon.

"Eh udah udah kasian, nanti materi yang udah semalaman dihafal, berantakan lagi"

Ucap Afra, Arsenio menjentikan dua jarinya hingga mengeluarkan suara.

"Benar itu, dia kan rada-rada lemot"

"Makanya"

Aileen terdiam melihat dua sahabatnya itu, mereka memang sering kali mengejek Aileen seperti itu.

Diantara mereka bertiga, Aileen adalah satu yang sering menjadi bahan bullying.

Tapi Aileen tidak mempermasalahkan itu, Aileen tetap menerima dan menyayangi mereka.

Karena dari candaan itu, mereka jadi bisa tertawa bersama.

"Jadi aku masih ada waktu ?"

"Ada dong, masih setengah jam lagi"

"Ke kantin yuk, lapar nih"

"Enggak, aku puasa"

"Diiih .... puasa apa hari rabu ?"

Aileen nyengir tanpa menjawab, Rara mencubitnya dengan kesal.

"Aaahh .... iya iya ayo ke kantin"

"Gitu dong, ayo"

"Iya"

Mereka berjalan menuju kantin dengan terus bercandaan, seperti tak pernah habis topik candaan mereka setiap harinya.

Setiap bersama mereka selalu terlihat bahagia, sekali pun salah satu dari mereka sedang bersedih, tapi dua lainnya selalu mampu membuatnya tersenyum kembali.

Mereka adalah sahabat sejak SD, dan sampai sekarang SMA mereka masih tetap bersama.

Masuk di sekolah yang sama dan rumah pun masih bertetangga.

"Bu, minta nasi goreng"

"Aku juga"

Ucap Arsenio dan Afra, Aileen menggeleng, setiap pagi menunya itu terus, apa gak bosan.

"Kamu apa Leen ?"

"Aku minum aja deh, teh manis hangat ya bu, aku mau beli cemilan disana"

"Oh .... ok"

"Bu, meja pojok ya, biasa"

"Siap"

Ketiganya berlalu tapi Aileen berpisah untuk membeli cemilan yang dimaksudnya tadi, Arsenio dan Afra lebih dulu duduk di tempatnya.

"Pulang sekolah, ke rumah kamu ya"

"Ngapain ?"

"Ngapain sih Nio, ya kumpul ajalah"

"Kenapa gak di rumah kamu ?"

"Aku maunya di rumah kamu, Aileen juga pasti mau kok"

"Iya .... tanya Aileen dulu aja"

"Tapi mau ya ?"

"Iya"

"Ok"

Mereka akhirnya duduk bersama dan menikmati makan paginya di kantin sekolah, itu kebiasaan mereka, menolak sarapan di rumah demi bisa makan bersama di sekolah.

"Jangan lama-lama makannya, aku harus ke kelas"

"Gak apa-apa, kamu duluan aja"

"Serius ?"

"Iya, kita kan beda, kamu ujian sendiri, kita kan udah selesai"

Aileen mengangguk, itu memang benar.

Baiklah, Aileen benar-benar harus bekerja sendiri tanpa Afra dan Aresnio nantinya, biasa mereka selalu tukeran contekan kalau ada ulangan bahkan ujian sekali pun.

"Aku masuk duluan ya, udah tinggal 5 menit nih"

"Ya udah sana, semangat Aileen"

"Iya harus semangat, doa jangan lupa"

"Ok, bye"

Aileen berlalu meninggalkan dua sahabatnya, Aileen harus mengerjakan ulangannya,sedangkan mereka berdua hanya menunggu saja siapa tahu ada nilai yang harus diperbaiki nantinya.

Ujian kali ini adalah ujian kenaikan kelas, mereka akan berpindah ke kelas XI SMA.

"Gak kerasa ya udah kenaikan lagi"

"Iya perasaan baru kemarin kita daftar kesini"

"Tapi seru loh, sekolah ini bagus"

"Tentu saja"

"Oh iya .... kamu kapan tanding basket lagi ?"

"Belum tahu, baru juga ujian"

"Tapi kelas 11 nanti kamu masih gabung team basket kan ?"

"Masih dong"

Afra tersenyum dan mengangguk, Afra selalu mengagumi Arsenio ketika bermain basket.

Bagi Afra, Arsenio terlihat begitu tampan ketika berkeringat.

Afra sering kali terpesona dengan setiap penampilan dan permainan basket Arsenio, karena Arsenio juga termasuk anggota yang memang terbaik bagi teamnya.

"Liburan mau kemana kita ?"

"Gak tahu, kira-kira kemana ya ?"

"Malah balik tanya"

Afra kembali tersenyum dan terdiam, fikirannya terlalu fokus membayangkan pesona Arsenio ketika di lapangan.

"Ke kelas yuk ah, udah gak ada orang"

"Ayo, nih kamu yang kasih ibunya"

Arsenio mengambil uang dari Afra dan berlalu untuk membayar nasi goreng yang telah menjadi menu sarapan mereka berdua.

Keduanya lantas meninggalkan kantin dan memasuki ruang kelasnya, mereka sekelas hanya saja Aileen sedang ada ujian susulan sehingga Aileen harus ada di ruangan yang berbeda.

Ditengah kehebohan temannya di kelas sana, Aileen sedang berusaha keras mengisi setiap pertanyaan di lembar ulangannya itu.

Aileen sudah menghafalnya semalaman, tapi ketika berhadapan dengan soal-soal itu, Aileen nyaris melupakan semuanya.

Aileen merasa kesulitan mengerjakan semuanya.

"Aileen, kamu baik-baik saja ?"

"Baik bu, aku baik-baik saja"

"Bagus, kerjakan dengan benarnya"

"Iya bu"

Aileen kembali mengulang membaca soal itu dan kembali berusaha untuk menjawabnya dengan benar, Aileen memang selalu kalah dengan pelajaran matematika dan bahasa inggris.

Malangnya, Aileen harus sakit disaat jadwal ulangan dua mata pelajara itu, Alhasil sekarang Aileen harus berjuang sendiri tanpa Afra dan Arsenio.

Aileen tersentak saat sebuah kertas dilepar dan mengenai pipinya.

"Aileen, kamu kenapa ?"

"Hah .... eng .... enggak bu, enggak, ini kaget ada semut lewat"

Gurunya menggeleng mendengar jawaban Aileen, ia kembali fokus pada buku-buku dihadapannya.

Aileen membuka lembar kertas yang tampak kusut kitu "aku tempel dibawa meja" .

Aileen menoleh arah kaca, ada seseorang disana, memakai jaket biru dan masker yang menutupi setengah wajahnya.

Ia mengangguk pada Aileen, dan berlalu begitu saja.

Aileen merogoh bawah meja, ia perlahan membawanya dan membukanya.

"Hah .... jawaban lengkap"

Ucap Aileen tanpa suara, senyumnya mengembang, bantuan datang tepat waktu, tanpa Aileen peduli asal-muasalnya