webnovel

Tidak Peduli

Aileen terduduk ditengah Afra dan Arsenio, Aileen masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya itu.

Aileen terdiam, berusaha mencerna apa yang tadi didengarnya dan memastikan dengan kesadarannya.

Aileen memang sadar .... tidak sedang bermimpi, tapi kenapa kabar seperti ini yang harus didengarnya.

"Aileen"

"Enggak .... diam, aku tidak mau dengar apa pun lagi"

"Kita minta maaf ya, kita juga gak tahu kalau prosesnya hari ini"

"Iya padahal Ibu aku bilang masih satu bulan lagi, jadi aku fikir kita masih bisa liburan bareng"

"Sejak kapan rencana pindahan ini ?"

"Jauh sebelum ujian sekolah"

Aileen mengernyit dan menatap dua sahabatnya itu bergantian, sudah selama itu dan mereka menutupinya dari Aileen, jahat sekali Aileen punya sahabat.

"Awalnya gak begitu serius, tapi ternyata jadi juga pindahnya"

"Kenapa bisa samaan sih ?"

"Katanya ada urusan disana dan memang mengharuskan untuk tinggal disana"

"Ya ini juga rumah kalian, biar saja mereka pergi tapi kalian tetap disini"

"Ya gak bisa, orang tua kita juga khawatir kalau kita ditinggal sendiri disini"

"Apaan sih lebay, bukan itu pasti alasannya"

Afra dan Nio terdiam, mereka tidak lagi menjawab ucapan Aileen.

Dan hal itu membuat Aileen semakin yakin kalau memang ada alasan lain yang masih mereka sembunyikan, khususnya tentang kepindahan mereka ke Medan nanti.

"Aileen"

"Aku gak mau, kenapa sih harus pergi, kalau kalian pergi nanti aku sama siapa disini, kan cuma kalian yang selalu sama aku"

Aileen menutup wajahnya, Aileen menangis sekarang .... sedih karena kabar yang mendadak didengarnya itu.

Aileen tidak pernah ingin berpisah dengan mereka, bahkan sampai nanti mereka menikah pun, Aileen ingin mereka akan tetap sama-sama.

Afra melirik Arsenio, kasihan sekali melihat sahabatnya ini .... tapi mau bagaimana lagi, keputusan itu sudah pasti akan terjadi.

"Sebenarnya apa alasan kalian pindah, pasti bukan karena urusan keluarga kalian kan, ada yang lain pasti"

"Gak ada, memang cuma itu"

"Bohong"

"Kita gak bohong, Leen"

Aileen diam tak percaya dengan apa yang dikatakan Afra, Aileen yakin ada alasan lain lagi dibalik kepindahan mereka berdua.

Tapi apa .... kenapa mereka merahasiakannya dari Aileen, apa sekarang mereka tidak peduli lagi dengan Aileen.

"Leen"

"Pergi saja kalian, aku bisa cari sahabat baru disini"

Ucap Aileen yang lantas pergi meninggalkan dua sahabatnya itu, mereka juga tak berniat mengejar Aileen.

Biar saja Aileen dengan kekesalannya sekarang, bicara pun tak akan mampu merubah keadaan, Afra dan Arsenio memang harus menginggalkan kota ini.

"Kasihan gak sih ?"

"Gak apa-apa habis mau bagaimana lagi, kita juga terpaksa kan"

Afra terdiam, andai Aileen tahu alasan sebenarnya .... Aileen pasti akan tambah kecewa pada mereka berdua.

Tapi tidak, Aileen tidak perlu tahu sekarang.

Suatu hari Aileen akan tahu juga, dan mungkin suatu hari nanti baik Afra mau pun Arsenio bisa lebih siap menjelaskan semuanya.

"Udah, kamu juga jangan ikutan nangis"

"Tapi sedih"

"Gak apa-apa"

Arsenio menarik Afra ke dalam dekapannya.

"Aileen akan terbiasa tanpa kita, hanya butuh waktu saja"

"Kenapa harus seperti ini"

Arsenio tak menjawab, kalimat apa yang bisa dilontarkannya jika Arsenio sendiri tidak tahu jawabannya.

"Aku gak mau Nio, aku kan sudah bilang"

"Ya terus aku harus gimana Ra, kamu fikir aku menerima semua ini karena aku senang, aku juga keberatan tapi harus bagaimana lagi"

"Ya kenapa harus kita, kenapa gak cari orang lain saja"

"Ya siapa .... siapa yang bisa kamu percaya"

Afra terdiam tak bisa menjawabnya, Arsenio menghembuskan nafasnya pasrah.

Keadaan memang sangat memaksa mereka untuk menerima semuanya, dan mereka juga harus rela meninggalkan Aileen disini tanpa kejelasan yang pasti.

----

Aileen membanting pintu kamarnya, kesal sekali Aileen pada kedua sahabatnya itu.

Aileen menjatuhkan tubuhnya di kasur, memeluk guling yang setia menemaninya setiap malam.

Aileen masih saja menangis, tak percaya dan tidak bisa percaya dengan apa yang di dengarnya tadi.

Bagaimana bisa mereka meninggalkan Aileen begitu saja, kenapa tidak bicara sejak awal kalau mereka akan pindah, mungkin Aileen juga bisa bicara dengan keluarganya untuk ikut pindah dengan mereka.

Tidak seperti ini .... mereka berdua sedangkan Aileen sendiri disini, kenapa rasanya sangat tidak adil.

"Ail"

Mayang tampak memasuki kamar Aileen, Aileen tak meliriknya, Aileen hanya fokus dengan tangisnya.

Mayang mengusap kepalanya, Mayang adalah nenek Aileen yang tinggal bersama mereka.

Aileen kerap dibuat kesal oleh Mayang, salah satunya adalah tentang jam dundung yang dikatakan Arsenio.

Nenek dan cucu itu kerap terlibat percekcokan, Mayang suka sekali membuat Aileen kesal dan marah.

"kamu kenapa, ada masalah ?"

"Peduli apa nenek sama aku, nenek mau tertawakan aku ?"

Mayang tersenyum mendengar ucapan Aileen, Aileen memang selalu saja berfikir buruk tentang Mayang.

"Ini serius, kamu kenapa nangis"

Aileen lantas bangun dan memeluk Mayang dengan eratnya.

"Kenapa, nenek kan tidak membuat masalah"

"Rara sama Nio .... mereka akan pergi dari kota ini"

"Pergi kemana ?"

"Ke Medan, merakan tinggal dan bersekolah disana"

"Kenapa seperti itu ?"

"Tidak tahu, mereka tidak mau menjelaskan alasannya pada Ail, kenapa mereka jahat sekali, kalau mereka pergi lalu Ail sama siapa nanti sekolah"

"Mungkin mereka hanya sedang mengerjai kamu saja"

"Tidak nenek"

Aileen melepaskan pelukannya, kenapa Mayang tidak bisa percaya dengan Aileen.

"Mereka memang akan pergi, orang tuanya telah mengurus perpindahan mereka ke sekolah baru"

"Ya sudah tidak apa-apa, kan kalian bisa tetap berhubungan"

"Jauh mana asyik"

"Yang penting tetap sahabatan kan"

Aileen berdecak, Mayang memang tidak bisa mengerti cucunya.

Aileen jadi tambah kesal karena berbicara dengan Mayang.

"Ail mau ke kamar mamah saja, nenek gak asyik"

Aileen lantas turun dan berlalu meninggalkan Mayang, Mayang menggeleng .... Aileen memang sangat dekat dengan dua orang itu, dan Mayang sangat tahu tentang itu.

Mayang juga berfikir apa alasannya mereka pindah, bukankah mereka disini juga betah.

Mayang kembali menggeleng, apa harus Mayang memikirkannya.

Mereka punya pilihan hidup masing-masing, jadi untuk apa Mayang pusing memikirkan semuanya.

Tentang kesedihan dan kemarahan Aileen, semakin lama juga akan menghilang.

Aileen hanya kaget saja dengan semuanya, tapi Mayang yakin .... sekolah Aileen tidak hanya beranggotakan 3 orang, Aileen akan bisa mendapatkan teman baru atau mungkin juga sahabat baru.

Meski pun bukan Afra dan Arsenio lagi nantinya, tapi Aileen pasti akan bisa mendapatkan teman baru.

Mereka sudah dewasa, harusnya mereka bisa melewati permasalahan mereka dengan dewasa.

Mayang tersenyum mengingat Aileen yang memang masih seperti anak kecil, meski pun Aileen sudah masuk SMA tapi sifat dan sikap SMPnya masih saja ada.

Tapi Mayang tetap menyayangi cucunya itu.