Nafasnya berat dan tak teratur. Elia melihat sekeliling ruangan sekali lagi. Dia ingin ada sesuatu yang dapat digunakannya untuk melindungi diri. Setidaknya, dia tak mau hanya duduk diam dan menunggu akhir hidupnya datang. Dia ingin melawan. Dengan begitu, akan merasa lebih baik sekalipun pada akhirnya mati.
Untuk beberapa saat, Elia tidak mendengar suara langkah kaki maupun ketukan bola memantul di lantai atau ke dinding. Merasa curiga, Elia semakin tegang dan tetap waspada. Dia meletakkan telinganya menempel ke pintu, memastikan tidak ada langkah kaki maupun suara bola memantul. Jantung Elia belum tenang. Tidak mungkin mereka menyerah begitu saja.
Batin Elia berkecamuk, "Aku tadi merasakan hawa membunuh, jadi tak mungkin mereka pergi begitu saja setelah yang baru saja terjadi. Mereka mungkin sedang bermain-main denganku sekarang."
Walaupun begitu, jeda itu membuat Elia bisa sedikit bernafas. Dia sudah bisa mengatur kembali detak jantungnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com