webnovel

Biarkan Hati Yang Berbicara

kata orang semesta ini luas, tapi untukku tidak. karena dimana pun aku, kamu akan selalu berhasil menemukanku -rifza- kata orang cinta pertama itu susah dilupakan, tapi bagiku tidak. nyatanya, ketika bersamamu duniaku hanya akan diisi cerita tentangmu -disa-

Diana_Chanifa · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
11 Chs

disa 3

kembali lagi pada sore itu, dimana aku dan teman-temanku baru saja selesai mengurus beberapa berkas untuk memasuki sekolah baru kami 2 bulan lagi. bahkan, kami harus menginap 3 hari 2 malam untuk mengurus segala urusan yang ada. karna kami ingin mengurus sendiri, alhasil orang tuaku hanya mengirim sopir untuk mengantarkan kami kemanapun kami ingin pergi.

"pak yanto, tolong antar kita ke hotel ya." pintaku pada sopir yang dikirim papa untukku.

"baik non.." jawab pak yanto. saat kami sudah dalam perjalanan, alvin dan beni yang duduk dibelakangku menepuk pelan pundakku.

"gak mampir ke supermarket dulu buat beli keperluan?" aku menggelengkan kepalaku.

"mandi dulu, terus baru kita keluar lagi. jalan kaki aja sekalian menikmati suasana baru." jawabku yang hanya dijawab anggukan setuju oleh ketiga sahabatku.

"baru hari pertama ngurus sana-sini capek juga ya.. tau gitu biar diurus mama deh." keluh acha yang membuatku tertawa.

"manja ah, masak segini aja capek. kita kan niat sekolah disini biar lebih mandiri lagi." beni menyahuti. kudengar helaan nafas berat dari acha.

"iya ya, udah gak ada jalan mundur sekarang. berkas pendaftaran udah masuk.." kata acha. kami hanya tertawa mendengar ia mengeluh.

"masih ada 2 hari lagi ya, besok kita ngurus masalah asramanya kan?" tanya alvin yang kujawab dengan bergumam mengiyakan.

"tapi hari terakhir kan kita pakai buat jalan-jalan.. harus seru lah buat menyegarkan pikiran." timpal beni.

tak terasa saat kami sedang asyik mengobrol, pak yanto sudah memarkirkan mobil. kami pun berpamitan dan menyuruh pak yanto untuk segera istirahat dihotel yang sama dengan kami.

aku segera mandi begitu tiba dikamarku, sedangkan acha masih menikmati rebahan karna ia terlihat lelah.

sesuai janji, kami bertemu kembali di lobi setelah sholat maghrib. kami ingin membeli beberapa keperluan sementara dan tak lupa aku ingin membeli susu pisang kesukaanku.

setelah membeli beberapa keperluan kami, aku mengajak ketiga sahabatku untuk menemaniku mencari susu pisang kesukaanku. akhirnya kami pergi ke supermarket terdekat.

"permisi mas, susu pisangnya kok gak ada ya?" tanyaku pada salah satu karyawan yang kutemui. karna ketika aku mencari-cari, tak kunjung kutemukan susu pisang favoritku.

"oh, stok nya habis mbak. mungkin nunggu 2 hari lagi baru ada." jawab karyawan itu ramah. aku pun hanya bisa berterimakasih dan mendatangi ketiga temanku dengan wajah sedih.

"kenapa? gak ada?" tanya beni saat melihatku dengan wajah tak senang. ku anggukkan kepalaku sebagai jawaban.

"yaudah, kita cari di supermarket lain, kan disekitar sini masih ada 3 lagi. ayok.." ujar acha sambil menarik tanganku. aku pun hanya bisa mengikuti ketiga sahabatku.

sayangnya, sudah 30 menit kami mencari, tak kunjung kami dapatkan susu pisangku. alasannya stok habis dan ada juga yang berkata susu pisang tak begitu diminati para pelanggan, alhasil beberapa supermarket dan toko kecil tidak membeli stok lagi. begitu mendengarnya, aku hanya bisa memasang wajah sedihku.

"yaudah sih, besok kita cari lagi susu pisangmu. disini kan bukan kota besar, jadi wajar kalau mereka cuma mau jual yang laku dipasaran." kata alvin menenangkanku.

"sekarang kita balik ke hotel dulu aja, capek juga jalan terus dari tadi." ajak beni yang kami setujui. karna memang sejak pagi kami sudah mengurus ini-itu, alhasil kaki kami sudah menyerah karna lelah.

"cha, ada toko kecil lagi itu di gang. kesana yuk, siapa tau ada.." ajakku pada acha. kulihat toko itu tidak terlalu besar tapi sepertinya lumayan lengkap. acha pun mengehela nafas lelah.

"sekali ini aja, kalau gak ada kita beneran pulang." kata acha yang langsung aku setujui. alvin dan beni pamit terlebih dahulu karna mereka lelah dan ingin segera berbaring. aku dan acha tau, mereka berdua sebenarnya tidak lelah, mereka hanya ingin segera bermain game dikamar. kami sudah terlalu lama mengenal satu sama lain, jadi kami tau kalau alvin dan beni sedang berbohong.

tapi kami tidak pernah marah, karna kami tau mereka hanya sedang tidak enak hati bila harus mengatakan yang sebenarnya, karna saat ini suasana hatiku sedang tidak bagus.

sampai ditoko, aku melihat seorang laki-laki sedang meminum kopi instan sambil duduk dikursi depan toko yang memang sudah disediakan oleh pemiliknya. kulihat ia memakai topi dan mengenakan masker. aku tak begitu bisa melihat karna ia terus menunduk. yang bisa aku lihat hanyalah pakaian hoodie berwarna biru langit yang ia kenakan. karna sudah malam, jadi pakaiannya sangat terlihat.

"dis, sini.." kata acha sambil menarikku kepada pemilik toko.

"iya, ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya pemilik toko itu ramah. aku tersenyum.

"maaf bu, apa disini masih menjual susu pisang?" aku bertanya pada ibu pemilik toko itu.

"wah, barusan aja dibeli sama mas-mas mbak, sekarang sudah habis." jawabnya yang membuatku kembali menampilkan wajah sedihku. kami pun berterima kasih dan duduk sebentar didepan toko.

"udah, besok kita cari lagi. oke?" aku hanya menjawab iya dengan nada sedih.

saat kami masih duduk dan mengistirahatkan kaki kami, lelaki ber-hoodie itu berdiri dan berjalan kearah kami. entah kenapa tiba-tiba ia berhenti dihadapan kami. aku dan acha hanya saling memandang bingung. ia memakai topi dan masker, keadaan yang sedikit gelap membuat kami tak bisa mengenalinya. hanya sebuah hoodie biru langit yang terlihat dari pria itu.

"ada apa ya?" tanyaku bingung. ia tak menjawab pertanyaanku. ia hanya mencari sesuatu disaku hoodie besarnya. dan tak kusangka, ia mengeluarkan dua kotak susu pisang kesukaanku. tanpa banyak bicara, ia meletakkan susu itu dimeja.

"untukmu." katanya hampir tak terdengar sambil berlalu pergi. aku hanya bisa terdiam sebelum acha menyadarkanku dan aku pun segera berteriak memanggil laki-laki ber-hoodie itu. namun sayangnya, ia berlari terlalu cepat. apalagi, keadaannya tidak memungkinkan untukku berteriak lebih keras lagi.

"siapa ya cha?" tanyaku yang dijawab gelengan kepala oleh acha. ia pun juga terlihat bingung dengan situasi ini.

"udah, ambil hikmahnya aja, dikasih susu pisang nih. jadi kita gak perlu cari-cari lagi. capek aku jalan terus nurutin kamu." keluhnya. aku tertawa ringan merasa bersalah.

"maaf deh maaf, aku beliin sesuatu deh. acha mau apa?" bujukku yang membuat acha langsung tersenyum.

"traktir aku itu tu." katanya sambil menunjuk penjual bakpao yang ada disekitar toko kecil itu. aku pun mengiyakan permintaannya karna aku juga merasa bersalah pada acha yang harus mengikuti ku mencari susu pisang. saat itu fikiranku masih dipenuhi tentang siapa lelaki itu. acha juga ikut berfikir bersamaku, namun sekeras apapun kita memikirkannya, tak kunjung kita temukan siapa dia.

"yaudah, anggep aja dia lagi berbaik hati dan ingin berbagi sama kamu. mungkin dia dengar waktu kita tanya ibu penjual, jadinya kasihan deh. terus dikasih.." katanya yang kufikir juga mungkin benar begitu. setelah itu, aku tak pernah memikirlan lelaki itu lagi. yang kubisa lalukan hanyalah berterima kasih karna ia telah memberikan susu pisang kesukaanku sehingga aku tak perlu pergi jauh untuk mencarinya.

tapi sebentar, sekarang apa yang terjadi? setelah sekian lama aku berfikir tentangnya, sekarang lelaki itu berdiri dihadapanku sambil membawa hoodie biru langitnya.

"disa?" panggil rifza membuyarkan lamunanku. aku pun terdiam sebentar.

"jadi laki-laki itu kamu? kenapa tadi pagi kamu tidak langsung bilang saja sih kalau itu kamu?" tanyaku sedikit kesal. ia tersenyum penuh arti.

"kita masuk ke cafe itu dulu yuk, nanti aku ceritakan semuanya. apapun yang kamu mau tau, akan aku jawab." bujuk rifza. aku pun setuju dan kami berjalan bersama menuju cafe dekat sekolah kami.

interior cafe yang terlihat trendi, membuat cafe ini ramai pengunjung. aku pun mengikuti rifza untuk duduk dilantai dua yang menampilkan suasana alami tanpa bantuan penyejuk udara.

"kamu mau pesan apa disa? biar aku yang traktir sebagai permintaan maafku karna terlambat mengenalkan diri." aku diam, memikirkan minuman apa yang harus aku pesan.

"kamu mau bingsoo pisang? disini ada. rasanya cukup enak kok." ia berkata lagi.

"kamu pernah kesini?" tanyaku. ia mengangguk.

"iya, aku kenal sama pemiliknya."

"boleh deh, aku pesan itu saja."

setelah itu, rifza pun turun untuk memesan pesanan kami. tak lama kemudian, ia datang sambil tersenyum hangat.

"masih marah?" aku menggelengkan kepalaku. karna memang aku tidak marah, aku hanya sedikit kesal karna ia tidak mengatakan sejak awal bahwa aku sudah pernah bertemu dengannya.

"tidak marah tapi wajah kamu mengatakan yang sebaliknya." aku menghela kan nafasku sejenak.

"jawab pertanyaanku ya? kan tadi kamu sudah janji.." kataku yang ia balas dengan senyuman dan anggukan kepala.

"aku mau bertanya sejak awal. rifza, malam itu kenapa kamu memberiku susu pisang mu? bukannya kamu juga ingin meminumnya?" pertanyaanku sejak malam itu akhirnya bisa aku tanyakan kepada lelaki itu.

"darimana ya, aku harus menceritakannya?" ia bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap pemandangan kota yang terlihat dari atas cafe. aku ikut diam.

setelah lama kita saling diam, rifza pun mulai menceritakan semuanya padaku. yang bisa aku lakukan hanya terkejut dan tidak percaya dengan semua apa yang ia katakan.

rifza, kamu melakukan itu semua untukku? kenapa?