webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · Real
Sin suficientes valoraciones
17 Chs

Chapter 16 : A Date?

Hari ini adalah hari kerja, semua orang disibukkan dengan berbagai tugas mereka di kantor. Begitu sampai jam makan siang hampir seluruh karyawan merapikan meja mereka sambil mencari referensi restoran di ponsel. Berbeda dengan yang lainnya, Dion masih berkutat dengan laptopnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Dion. Begitu melihat pada ambang pintu, seorang perempuan sedang tersenyum dan melangkah menghampirinya.

"Kamu tidak makan siang? Di depan sudah sepi karena semua karyawan sudah makan siang" ucap Clarissa berdiri di depan meja Dion.

"Aku masih ada beberapa email yang perlu dibalas" ucap Dion sedikit melirik pada jam yang melingkar di tangannya.

"Aku sudah lapar" ucap Clarissa. "Kamu sudah bertemu Jeffrey?" Dion menanyakan hal lain.

"Sudah, aku mengajaknya setelah meeting tadi tapi dia juga sibuk atau mungkin karena kita masih canggung karena kejadian itu, sudah kita berdua saja" ucap Clarissa. Dion pun mengikuti kemauan Clarissa, Ia menutup laptopnya dan beranjak dari sofa kemudian mengenakan jasnya.

Keduanya pergi ke salah satu mall terdekat, segera melangkahkan kaki mereka menuju restoran sushi karena hari ini Clarissa ingin makan sushi.

"Kamu ingin coba ini? Aku sangat suka tuna," ucap Clarissa menyuapi satu sushi tuna yang ia pesan pada Dion. "Gimana, Enak kan?" Clarissa bertanya menunggu respon Dion. "Hmm, enak, Kamu sangat suka tuna?"

"Untuk sushi aku lebih memilih tuna dibandingkan salmon" ucap Clarissa dan Dion menganggukan kepalanya. "Kamu bagaimana?"

"Aku suka semuanya, tapi memang tuna paling enak" jawab Dion. "Benar kan sushi tuna itu paling enak" Clarissa dengan senang memasukan satu sushi lainnya langsung ke dalam mulut. Hal itu membuat pipinya terlihat penuh. Dion terkekeh melihat Clarissa yang begitu lahap memakan sushi. Tangan Dion bergerak mengambil butir nasi yang ada di pinggir bibir Clarissa. Nasi tersebut ia masukan ke dalam mulut tanpa berpikir panjang, Clarissa yang melihatnya jelas terkejut.

"Ekhem" ia berdehem tidak ingin Dion tahu kalau Clarissa sedang gugup sekarang.

"Setelah ini temani aku belanja, aku ingin membeli pakaian karena aku masih meninggalkan beberapa pakaianku di jepang" ucap Clarissa. "Okay, gak masalah" balas Dion menganggukan kepalanya menuruti.

Sesuai rencana mereka, Dion menemani Clarissa yang berada di toko busana wanita sekarang.

"Menurutmu warna pink atau coklat lebih cocok denganku?" Clarissa bertanya menunjukan dua blouse dengan model sama dan warna berbeda. "Kamu menyukai pink sejak dulu dan pink cocok denganmu" ucap Dion.

"Benar, aku pilih yang pink kalau begitu" ucap Clarissa memberikan blouse pada seorang pegawai toko. Setelahnya Clarissa menarik Dion ikut bersamanya menuju bagian pakaian pria.

"Setelah aku pulang aku belum membelikanmu hadiah apapun, aku akan memilihkannya untukmu sekarang ya" ucap Clarissa dan Dion hanya menganggukan kepalanya. Clarissa segera berjalan memilih beberapa kemeja yang terpajang.

"Bagaimana Kamu suka ini?" Clarissa kembali di hadapan Dion dan menunjukan kemeja putih bergaris biru. "Aku rasa Kamu akan cocok mengenakan kemeja ini, pokoknya harus dipakai" ucap Clarissa mengangkat kemeja di depan tubuh Dion untuk melihat apakah cocok atau tidak.

"Aku sudah tampan pasti akan lebih tampan lagi kalau mengenakan kemeja pemberianmu" ucap Dion.

"Woah"

Dion terkekeh. Clarissa pun memberikan kemeja pada pegawai. Setelahnya ia melangkahkan kaki dan mengambil satu kemeja berwarna hitam.

"Kalau ini cocok untuk Jeffrey kan? Dia sering mengenakan pakaian warna hitam" ujar Clarissa kembali pada Dion.

"Hm, cocok untuknya" balas Dion tersenyum tipis. Ada sedikit rasa kecewanya karena berpikir Clarissa hanya akan memberikan hadiah padanya. Setelah Clarissa melakukan pembayaran, Ia menghampiri Dion dan memeluk lengannya untuk berjalan bersampingan.

"Karena sudah menemani aku, aku akan mentraktir kopi untukmu" ucap Clarissa begitu melihat cafe. "Kamu gak apa kan aku ambil waktu kerjanya?" Clarissa menoleh untuk menatap Dion.

Belum sempat Dion berkata ponselnya sudah berdering. Dion melepaskan tangan Clarissa darinya untuk mengambil ponsel di jas kemeja.

"Kenapa?" Dion langsung berkata ketika tahu yang menelponnya adalah Jeffrey.

"Lo kemana? 5 menit lagi kita ada meeting" ucap Jeffrey. Dion pun baru teringat setelah makan siang dia ada meeting dengan Jeffrey dan karyawan lainnya.

"Hah? meeting…oh iya! gue lagi di mall bersama Clarissa" ucap Dion menjawab dengan jujur.

"Oiii kalian berkencan?" Jeffrey berucap dengan nada bercandanya. Rasanya Dion ingin memukul Jeffrey sekarang juga.

"Okay, nikmati saja waktu berkencan kalian, gue akan menunda meeting 15 menit" ucap Jeffrey setelah itu memutuskan sambungan telponnya.

"Kamu harus kembali?" Clarissa bertanya setelah Dion selesai menelpon. "Iya, aku harus kembali sekarang" ucap Dion memasukan ponsel kembali ke dalam saku.

"Iya, aku masih ingin disini sebelum kembali ke kantorku, Kamu pergi lebih dulu saja" ucap Clarissa.

"Beneran Gak apa?"

"Eum, ah hadiah untukmu dan kalau tidak keberatan berikan ini untuk Jeffrey juga, aku tadi membeli sushi untuk Jeffrey, aku rasa dia tidak pergi makan siang" ucap Clarissa memberikan dua paper bag pada Dion.

"Okay, Maaf ya aku gak bisa mengantarmu" ucap Dion.

"Gak apa, kita bertemu lagi lain waktu. makasih ya sudah menemani aku" ucap Clarissa melambaikan tangannya. Jika dia tidak lebih dulu berpamitan sepertinya Dion tidak akan pergi.

"Hm, see you" Dion pun langsung berbalik dan sedikit mempercepat langkahnya pergi menjauh.

Setelah sampai di kantornya, Dion lebih dulu pergi ke ruangan Jeffrey dengan membawa paper bag dari Clarissa. Ia meletakkannya di atas meja Jeffrey.

"Clarissa membelikan hadiah ini buat lo" ucap Dion. Jeffrey melihat Dion terlebih dahulu dengan alis yang terangkat dan bertanya-tanya.

"Sejak tadi lo belum istiarahat kan? Itu ada makanan dari Clarissa" ucap Dion lagi. Jeffrey pun mengambil paper bag dari Dion dan melihat isinya. Ia mengeluarkan satu paket sushi dari Clarissa.

"Kemejanya adalah hadiah," ucap Dion memperlihatkan paper bag miliknya. Jeffrey menganggukan kepalanya.

"Lo sudah yakin untuk mendekatinya? Mau gue bilang sama Papa dan menyarankan lo aja yang dijodohkan?" ujar Jeffrey menatap pada Dion sebagai lawan bicaranya.

"Tidak mungkin papa akan setuju, dia akan tetap berusaha membuat lo menikah sama Clarissa" ucap Dion mengambil kursi beroda kecil untuk dirinya duduk di hadapan Jeffrey.

"Gue mau bertanya serius, perempuan kemarin yang lo bawa itu teman saat SMA dulu kan? Gue tahu dia sering main sama lo" ucap Dion.

"Hmm, benar Aretta teman gue sampai sekarang" ucap Jeffrey mulai menyantap sushi dari Clarissa.

"Sampai sekarang? Jadi benar lo menghamilinya dan lo akan menikahinya? Apa itu alasan lo menolak untuk dijodohkan dengan Clarissa atau Lo sengaja menghamili anak orang supaya lo gak jadi menikah dengan Clarissa?"

Jeffrey menggelengkan kepalanya. "Gue sudah memberikan alasannya"

Dion menghela napasnya kemudian terdengar suara ketukan pintu. "Ya tapi alasan lo itu gak bisa diterima sama Papa, Jeff, coba pikirin lagi" ucap Dion.

"Maaf, permisi, saya ingin memberi informasi kalau ruang rapat sudah siap" ucap seorang wanita berpakaian formal dengan blousenya datang, Ia adalah sekretaris Jeffrey.

"Okay, Thank you" ucap Jeffrey menutup kotak sushi. "Ayo" ajak Jeffrey pada Dion yang berdiri mengikuti.