Setelah selesai menyanyikan lagu, Bela kini bisa bernafas lega sekarang. Ternyata apa yang dikhawatirkannya sedari kemarin terbayarkan sudah dengan penampilannya tadi. Rasanya lega campur puas sekali sekali, dengan suara gemuruh tepuk tangan penonton kepadanya tadi. Itu berarti semua orang menikmati sajian nyanyiannya tadi.
"Syukurlah akhirnya lega sudah sekarang."Bela menata nafasnya yang masih naik turun sehabis menyanyi tadi. Bela masih ingat tadi, seusai menyanyi, semua penonton pada bertepuk tangan kepadanya.
Kini Bela kembali ke ruang rias lagi. Selama berjalan itu dia merasa senang sekali karena bisa membuat orang terhibur dengan nyanyiannya tadi. Sekarang dia hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa senang di dalam hatinya.
"Gitu aja senang."tiba-tiba Raisa melewatinya begitu saja sambil menatap sinis kearah Bela.
"Tenang Bela. Sabar."batin Bela dalam hati sambil meredam rasa kagetnya tadi.
Diam-diam Raisa tadi memperhatikan nyanyian Bela di panggung. Memang diakui Raisa kalau suara Bela memang merdu.
Karena acara wisuda itu lama, Bela yang bosan hanya duduk sendirian di ruang tunggu memutuskan untuk keluar. Dia ingin menghirup udara segar sambil melihat berjalannya acara wisuda kakak kelasnya. Dia yang awalnya takut diketahui temannya dengan dandanannya yang mirip ketika bekerja di restaurant, kini sudah tidak lagi. Dia sudah pasrah bila ada yang mengenalnya nanti.
"Mending aku lihat kesana aja."Bela berjalan mendekati aula sekolahnya. Bela melihat banyak orang disana yang terlihat cantik-cantik dan tampan di aula sekolah.
Bela berdiri sendirian mengintip disamping aula itu dari luar. Dia tidak sadar ada sepasang mata, yang diam-diam melihatnya dari dalam aula itu. ternyata orang tersebut adalah Raka. Ditengah hiruk pikuk asyiknya acara wisuda tersebut, penglihatan Raka tersita untuk melihat kearah luar.
Mata Raka seolah-olah seperti magnet yang langsung mengarah ke kutubnya. Dimana kutub itu adalah Bela yang sedang berdiri diluar sendirian sambil melihat kearah panggung untuk menyaksikan penampilan Raisa yang sedang ngedance. Semua orang yang ada di dalam aula itu fokus melihat dance Raisa di panggung. Tapi tidak untuk Raka, malah fokus mata Raka sedang melihat kearah Bela berdiri diluar.
Di aula tersebut sedang menampilkan pertunjukan team chealeder. Dimana disana terdapat Raisa dan Diana. Bela terlihat antusias melihat dance dari teman sekelasnya itu. Meski ada Raisa, Bela tidak mempermasalahkannya. Kebetulan dia juga senang melihat dance.
Tanpa disadari Bela, ditengah keasyikannya menonton penampilan team dance teman sekelasnya itu, ternyata Raka terus menatapnya. Semua orang termasuk Bela fokus menyaksikan persembahan dance Raisa itu.
"Itu kan gadis yang aku lihat di restaurant kemarin. Aku yakin itu dia. Tapi kenapa dia ada disini? Dan ternyata dia itu sekolah disini juga. Namanya ternyata Bela."batin Raka yang penasaran dengan Bela yang berpenampilan cantik tanpa kacamata bundar ketika bersekolah. Raka ingin menghampiri Belatapi diurungkannya lantaran dia tengah duduk dan diapit teman-temannya.
Hingga pertunjukan dance itu selesai, Bela tiba-tiba merasa lelah berdiri. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk. Tapi sayang disekitarnya tidak terdapat kursi kosong. Sehingga dia memutuskan untuk kembali lagi ke ruang rias.
Lagian kurang sebentar lagi, acara itu juga selesai. Bela rasa sudah cukup melihat sebentar acara wisuda tersebut.
Tanpa Bela ketahui ketika dia pergi meninggalkan aula tadi, Raka diam-diam mengikutinya dari belakang. Dan Bela tidak sadar akan hal itu.
Dan kini Bela sudah duduk di kursi. Bela menyandarkan punggungnya ke kursi dan tidak lupa juga meluruskan kakinya yang sempat pegal tadi karena berdiri.
"Ayo sebelum acara ini selesai, kita foto bareng dulu."teriak salah satu orang disana.
"Nggak ikut ah."batin Bela yang tidak minat untuk ikut.
Bela tidak peduli lagi dengan segala kemeriahan diluar sana. Sempat terdengar suara teriakan dan tepuk tangan yang keras dari luar. Tapi Bela memutuskan untuk menghapus make up nya saja sendirian di dalam ruangan itu. Lagian acaranya juga sudah selesai.
"Aku harus hapus make up ku ini. Ingat pesan bibi."Bela menghapus make upnya di wajah dengan tisue.
Setelah menghapus make up Bela langsung mengganti kebayanya dengan seragam lagi. Setelah itu dia mengembalikan kebaya itu kepada penata rias. Kebetulan semua peserta yang diminta untuk tampil di panggung disediakan kostum oleh pihak sekolah termasuk Bela.
"Akhirnya selesai dan aku bisa pulang."setelah mengembalikan kebaya tadi, Bela langsung memakai kacamata bundarnya.
"Ternyata dia gadis itu."batin Raka dengan mata membelalak sambil berdiri di dekat pintu ruang rias karena baru tahu ternyata orang yang sering dibantunya itu adalah Bela. Adik kelasnya yang selalu membuat masalah dengannya.
Setelah acara wisuda itu selesai, Bela langsung keluar dari ruang rias. Dia melihat kearah aula yang masih ramai dengan teman-temannya. Banyak yang sedang berfoto-foto untuk mengabadikan kenangan mereka.
Bela tidak ada minat sedikitpun untuk berfoto disana. Baginya itu tidak penting. Lebih baik dia pulang dan membantu urusan rumah.
Disaat Bela baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba dia dikejutkan dengan kemunculan Puteri. Bela kaget sekali.
"Bel, itu tadi kamu kan? Sungguh kamu cantik sekali. Aku nggak nyangka."ucap Puteri sambil menggnadeng tangan Bela.
"Masak sih Put."Bela malah jadi malu dipuji seperti itu.
"Tapi Put, aku ada pertanyaan untuk kamu. Kalau aku lihat-lihat, kamu seperti seseorang yang pernah aku jumpai di restaurant. Yang pernah aku telpon dulu ke kamu."tanya Puteri.
Bela langsung terdiam. Tentu dia tahu maksud Puteri barusan. Pasti Puteri sudah mengetahui rahasianya yang pernah bekerja di restaurant dengan dandanannya tadi. Bela tidak bisa menutupinya lagi.
"Ya Put. Itu kemarin kamu benar sekali. Maaf ya udah bohong sama kamu."Bela merasa bersalah kepada Puteri.
"Tapi kenapa kamu nggak mengakuinya?"tanya Puteri dengan bingung.
"Saat itu aku baru pulang kerja dari restaurant itu. Dan aku tahu itu kamu. Cuma aku takut, takutnya nanti kamu kecewa dengan keadaanku kemarin. Aku harus bekerja jadi pelayan."ucap Bela dengan sedih.
"Jadi kamu selama liburan kemarin itu kerja Bel?"Bela mengangguk
"Nggak papa lah Bel. Justru aku bangga punya teman sehebat kamu yang bekerja keras kayak gitu. Aku itu malah salut sama kamu."Puteri terlihat tidak mempermasalahkan masalah itu. Puteri langsung memeluk Bela.
"Kamu nggak malu dengan keadaan aku yang harus bekerja sebagai pelayan?"Bela menatap Puteri.
"Ya nggak lah. Dari dulu aku itu berteman sama kamu karena nyaman. Aku nggak mempermasalahkan status keadaan kamu. Semenjak aku tahu kamu jualan keliling juga aku sudah tidak mempermasalahkannya. Aku banyak belajar dari kamu."ucap Puteri sambil menatap mata Bela dan menggenggam tangan Bela.
Bela merasa terharu hingga akhirnya memeluk Puteri. Mereka berdua saling berpelukan. Bela kini bernafas lega mendengarnya. Ternyata Puteri menerima keadaannya kemarin.
Kini Bela pulangnya bersama Puteri. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan menuju parkiran sekolahan.
"Terus pekerjaanmu kemarin gimana? Kan sekarang kamu sudah sekolah lagi?"tanya Puteri.
"Aku sudah berhenti dari pekerjaanku sebelumnya Put."jawab Bela sambil menunduk. Dia tentu masih ingat dengan pengalaman kerjanya kemarin.
"Oh gitu."
"Aku senang banget Put, karena bos aku itu baik banget. Dia memperlakukanku sangat baik sekali."Bela curhat kepada Puteri.
"Masak?"
"Iya."jawab Bela.
"Kamu itu orang baik Bel. Aku yakin banyak orang yang juga sayang sama kamu."Puteri memeluk pundak Bela.