webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
430 Chs

Bab 13 Bertengkar

Hari ini, Bela sudah merasa sedikit baikan kakinya. Mungkin setelah diberi obat oleh Rian kemarin. Jadi lukanya sudah sembuh sekarang, paling hanya meninggalkan bekasnya saja yang mulai mengering.

"Kak biar aku aja yang boncengin."ucap Rian yang baru keluar dari rumah sambil menenteng tas terkejut melihat Bela sudah menaiki sepeda.

"Nggak. Biar kakak aja. Kaki kakak sudah sembuh kok."ucap Bela sambil tersenyum kearah Rian.

"Beneran kak?"tanya Rian sambil memastikan lagi.

"Iya sayang. Udah ayo. Nanti kita terlambat."ucap Bela sambil mengelus rambut Rian.

Sebenarnya rasa sakit pada lututnya itu masih terasa tapi tidak separah pada hari kemarin. Tapi demi Rian, dia rela menahan rasa sakitnya itu, dia tidak mau melihat adiknya capek karena harus memboncengkannya terus cukup hari kemarin saja.

Akhirnya hari ini yang memboncengkan adalah Bela. Jujur dalam hati Rian merasa bangga dan sayang sekali sama kakaknya karena selalu sayang kepadanya. Kakaknya selalu memperhatikan keadaannya yang tidak boleh kecapekan itu.

"Sudah."ucap Bela yang tidak terasa sepeda mereka sudah sampai di depan sekolah Rian.

"Yang semangat belajarnya."Rian menjabat tangan Bela sebelum masuk ke lingkungan sekolahnya.

"Ya kak."jawab Rian.

Setelah meghantarkan Rian kesekolah, kini giliran Bela mengayuh sepedanya menuju sekolahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh itu. Dengan pelan-pelan Bela mengayuh sepedanya itu karena masih merasakan perih pada lututnya yang sedang dia tahan.

Setibanya di sekolah, Bela langsung memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda. Sedangkan parkiran disana luas sekali tapi kebanyakan dipakai untuk motor. Kadang dia juga iri melihat barisan motor didekat sepedanya yang jumlahnya sangat banyak sekali itu. Kebanyakan murid-murid sudah mengendari motor ketika bersekolah hanya dia saja yang tidak menaiki sepeda. Ingin sekali dia menaiki motor untuk berangkat sekolah sama seperti teman-temannya tapi sayang keadaannya tidak mendukungnya.

"Aku kayaknya sedikit kesiangan ke sekolahnya."Bela kaget melihat sudah banyak teman-temannya sudah tiba di sekolah. Padahal biasanya kalau dia tiba disekolah pasti masih nampak sepi.

"Lho Bel, kamu baru berangkat?"Bela kaget tahu-tahu Puteri sudah menghampirinya.

"Ngagetin aja kamu itu ya."ucap Bela yang kaget sekali.

"Biasanya kamu datang pagi sekali. Kok ini kamu baru berangkat."Bela hanya tertawa saja. Bela sendiri tidak tahu kalau dirinya agak telat berangkatnya tadi.

Disaat Bela dan Puteri sedang berjalan menuju kelas mereka, tidak sengaja melihat segerombolan anak laki-laki melintas disamping mereka. Bela sempat melihat kearah mereka sebentar. Betapa kagetnya dia ketika melihat ada Raka disana sambil mengenakan hoodie warna hitam. Bela langsung menunduk.

"Eh dia bro, yang nyuekin elo kemarin."ucap salah satu teman Raka sambil menatap Bela yang tidak sengaja dilihatnya.

"Aduh gimana ini."Bela sudah ketakutan sendiri.

Puteri dan Bela langsung berhanti karena segerombolan anak laki-laki menghadang jalan mereka. Puteri jelas tidak asing dengan apa yang diihat di depannya itu. Semua siswi perempuan di sekolahnya jelas tahu siapa Raka. Hanya Bela saja yang tidak tahu Raka itu siapa karena jarang mengikuti gosip yang beredar disekolahnya mengenai cogan(cowok ganteng) di sekolahnya. Dan Raka adalah salah satu cogan yang terkenal di sekolah Bela itu.

"Kak Raka."Puteri histeris melihat cogan yang selama ini dia kagumi tepat dihadapannya.

Bela kaget melihat reaksi teman sebangkunya itu ketika bertemu dengan Raka. Memang sudah lama, Puteri mengagumi ketampanan Raka itu. Jadi wajar saja kalau sampai histeris ketika melihat Raka sedekat itu dengannya.

"Khmmm."Raka menatap biasa Puteri.

Selama ini Raka dikenal sebagai anak tidak suka banyak bicara dan hanya berbicara pada waktu tertentu saja. Melihat Puteri histeris begitu membuat Raka biasa saja karena setiap dia bertemu dengan peremuan kebanyakan memang pada histeris. Ada yang ingin minta foto, peluk dan diajak bicara. Sayang Raka selalu mengedapankan kegengsiannya itu. Itu semata-mata biar dia bisa terlihat keren.

"Aduh ganteng banget."batin Puteri sambil melihat kearah Raka. Tapi tatapan Raka malah mengarah kearah Bela.

"Put, ayo kita ke kelas."Bela menarik tangan Puteri yang terlihat melongo kearah Raka. Beberapa teman Raka terlihat menatap Puteri yang lucu itu.

"Bentar Bel."jawan Puteri yang masih ingin menatap Raka terus.

"Hai kamu. Sombong banget."ucap Raka sambil menunjuk kearah Bela. Puteri kaget dan langsung melihat kearah Bela.

Bela jadi diam saja sekarang. Dia kini dilanda ketakutan saat jari telunjuk Raka mengarah ke dirinya. Semua mata memandang kearahnya.

"A…aku."Bela bingung.

"Ya elo."Raka mendekat kearah Bela hingga jarak keduanya sangat dekat sekali.

Mata Bela dan Raka beradu pandang sangat dekat sekali. Bahkan keduanya tidak saling mengedipkan mata. Tidak banyak yang tahu, sekarang jantung Bela berdegup dengan kencang sekali. Baru kali ini dia berdiri dan bertatapan mata sedekat itu hingga membuatnya deg degan.

"Kak Raka."disaat mereka beradu beradu pandang, tiba-tiba Raisa datang entah darimana itu hingga tatapan mereka berdua langsung terpecah.

"Kamu."Raka kaget tahu-tahu Raisa sudah mendekatinya. Padahal dia ingin memberi perhitungan pada Bela.

Itulah kesempatan buat Bela bisa lari dari terkaman Raka. Dia tidak mau berlama-lama didekat Raka. Makanya dengan kedatangan Raisa itu dimanfaatkannya untuk kabur. Tidak lupa Bela menarik tangan Puteri untuk ikut pergi.

"Eh.eh bos itu dia."tnjuk salah satu teman Raka kearah Bela yang sudah lari.

"Awas kamu."teriak Raka sambil menatap tajam kearah Bela yang sudah lari dengan Puteri itu.

Setibanya di kelas, Bela bisa bernafas lega karena bisa lepas dari Raka. Dia yang merasa tidak punya masalah menjadi was-was sekarang. Melihat raut muka marah Raka itu jelas membuatnya terngiang-ngiang.

"Kamu ada masalah apa sama Kak Raka, Bel?"tanya Puteri dengan penasaran sekali.

"A…aku. Aku juga nggak tahu."jawab Bela dengan bingung. Dia sendiri juga tidak tahu pokok permasalahannya dengan Raka itu apa dan kapan.

"Lha terus kok dia tadi nyamperin kamu dan tatapannya seperti sedang marah gitu sama kamu."Puteri menaruh tasnya ke kursi.

"Aku juga nggak tahu. Kamu sendiri juga tahu kan aku tadi nggak ngapa-ngapain dia."ucap Bela sambil duduk di kursinya.

Bela jadi bingung sendiri. Otaknya terus berputar akan kejadian tadi. Yang menjadi pertanyaan terbesar untuknya sekarang adalah apa yang membuat Raka marah kepadanya tadi.

"Apa mungkin gara-gara kemarin aku nggak nganggap dia?"batin Bela sambil mengingat kejadian terakhir dirinya bermasalah dengan Raka.

"Tapi nggak itu deh. Aku kan nggak nyakiti dia."batin Bela.

Disaat Bela berusaha menenangkan dirinya agar tidak banyak kepikiran, tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya. Tidak lain adalah Raisa yang sedang menggebrak mejanya dengan keras sekali hingga memekakkan telinganya.

"Eh."Bela dan Puteri sama-sama kaget.

"Kamu itu kenapa sih Sa?"tanya Puteri dengan sedikit marah dan kesal.

"Diam ya elo."Raisa memberi kode kepada Puteri untuk diam.

"Gue mau nanya, elo ada urusan apa sama kak Raka?"tanya Raisa sambil menatap Bela dengan tajam.

Selama ini Raisa dikenal sebagai anak yang suka memilih teman. Mengtahui keadaan Bela yang berasal dari keluarga biasa saja membuat Raisa jadi leluasa untuk menindas Bela. Meskipun Bela adalah anak pintar di kelasnya itu tidak membuat rasa canggung ataupun takut pada Raisa. Karena baginya semua orang itu takut dan sangat menghargainya. Dan Bela itu tidak ada apa-apa nya sama dirinya.

"Gue nggak ada urusan sama dia."jawab Bela dengan tenang saat berhadapan dengan Raisa.

Bela selama ini tahu gimana sikap Raisa kepadanya. Dia menganggap kalau Raisa itu senang mencari masalah dan suka menguji kesabarannya. Jadi melihat Raisa marah dengannya itu sudah biasa.

"Mana mungkin nggak ada. Tadi aja dia mrah sama kamu!."bentak Raisa.

Raisa tidak suka bila laki-laki yang dicintainya itu didekati wanita selain dirinya. Apalagi Bela sampai mau mendekatinya. Raisa siap-siap untuk memberi pelajaran dan menepisnya.

"Eh kalian ada apa."Dirga melerai mereka berdua.

"Ini dia tadi marah-marah nggak jelas sama Bela."kata Puteri sambil menunjuk kearah Raisa yang sedang berdiri itu.

"Ya Bel?"tanya Dirga tapi tidak dijawab Bela.

"Sudah duduk sana Sa."perintah Dirga.

"Awas aja kamu."Raisa menatap Bela sebelum pergi. Bela hanya menatapnya dengan biasa dan tidak meresponnya sama sekali.