webnovel

BELLA VEDOVA

Perjuangan seorang ibu dalam mengandung hingga melahirkan tidaklah mudah. Hal ini yang dirasakan oleh Bella ketika berjuang sendirian, dari semenjak mengandung hingga proses melahirkan. Bella berjuang mempertaruhkan nyawa demi sang buah hati, dan menahan rasa sakit yang sangat luar biasa, tanpa adanya sang suami tercinta, baik dari keluarga ataupun kerabat lainnya. Meskipun begitu, Bella mampu melahirkan dengan begitu sempurna. Dengan melihat bayi yang sudah terlahir ke dunia, ini merupakan sebuah keberhasilan bagi Bella sebagai seorang ibu. "Kita akan hidup bahagia, meski tanpa adanya ayah kamu ya, Sayang. Ibu janji, Ibu akan berusaha menjadi yang terbaik Buat kamu." Begitulah kata - kata yang dilontarkan oleh wanita cantik itu seraya mendekap tubuh bayi yang mungil dan imut, dengan buliran bening membasahi kedua pipinya yang tiada henti. Mampukah Bella menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi sang buah hatinya? Lantas kemana suaminya, sehingga Bella bersikukuh ingin mengurus anak yang baru lahir dengan sendirian saja? Penasaran kan? ^^ Budayakan vote terlebih dahulu eheh ^,^

Kim_Miso_21 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
8 Chs

Hampa

Meera mengantarkan Bella tepat sampai di depan rumahnya. Ia memilih untuk pulang saja, karena Meera sadar, suasananya sudah tidak memungkinkan lagi untuk berlama-lama di rumah Bella. Ditambah lagi dengan hati Bella yang sedang tidak bagus, dan hal itu menjadi alasan kuat untuk Meera pulang ke rumahnya.

"Kamu yakin tidak mampir dulu ke rumah?" tanya Bella yang sudah turun dari mobilnya.

"Tidak, Bel. Aku mau pulang saja. Kalau ada apa-apa, telepon saja ya, kalau buat kamu, aku pasti standby 24 jam," kata Meera tersenyum manis.

"Siap nanti aku kabari!" kata Bella dengan senyuman manisnya.

Meski Bella melontarkan senyuman kepada Meera, Tapi tetap saja hatinya masih terasa sakit setelah melihat suami kesayangannya bersama dengan perempuan lain.

"Ya sudah kalau begitu, aku pamit dulu ya," kata Meera sembari menyalakan lagi mesin mobilnya.

"Ya, hati-hati, Ra."

"Loh, ini makanannya gak dibawa sih?" kata Meera sembari nongol di jendela mobil.

"Buat kamu saja lah, nafsu makan ku sudah hilang," kata Bella.

"Oke lah kalau begitu makasih, Bel."

"Ya."

Setelah mobil Meera berlalu, Bella pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Selangkah demi selangkah ia berjalan menuju pintu, dengan deraian air mata, dan pikirannya masih tertuju pada suaminya.

"Begini kah rasanya kalau dikhianati!" Lagi-lagi, wanita yang sedang hamil itu bergumam tanpa ekspresi.

Perasaannya benar-benar hampa, rasa kecewa, sedih dan marah bercampur menjadi satu, karena kepercayaan yang ia berikan untuk suaminya, kini sudah sirna dan tidak ada lagi kata percaya ataupun belas kasihan.

"Benar apa kata orang, ketika seorang suami sudah mulai tak betah diam di rumah, pasti ada seseorang di luar sana yang telah menarik hatinya. Harusnya aku sebagai istri peka, aku terlalu bodoh untuk hal ini. Araghh, ini benar-benar menyakitkan," kata Bella dalam hatinya lagi.

*****

Malam itu, Bella tidak menyiapkan makanan apapun untuk suaminya. Juga tidak menunggu suaminya pulang seperti biasanya. Bella membiarkan pintu rumahnya untuk tidak dikunci. Biar saat suaminya datang, bisa masuk tanpa Bella yang membukakannya.

Setelah membersihkan diri, Bella langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia ingin segera melupakan kejadian tadi agar tidak berefek pada kehamilannya. Karena kalau memikirkan hal itu terus-menerus, pasti tidak baik untuk kesehatan diri dan janinnya.

Namun, apalah daya, tiap kali Bella memejamkan matanya, tetap saja pikirannya masih teringat pada saat kejadian di restoran. Apalagi jika hamil tua, pasti posisi tidurnya serba salah. Dan hal itu membuat Bella semakin tidak nyaman.

"Ya ampun! Kenapa harus tersiksa seperti ini. Aku harus tidur bagaimana coba? Masa tidur sambil duduk?" gumam Bella.

"Sayang, jangan rewel yah, tidur yang nyenyak, kalau kamu begini terus, ibu tidak bisa tidur," kata Bella sembari mengelus perutnya dengan lembut. Memang saat itu, bayi yang masih dalam kandungan Bella, masih aktif nendang-nendang perutnya, padahal Bella sudah benar-benar mengantuk berat.

Waktu hampir pukul sebelas malam, Bella terbangun lagi dari tidurnya. Bukan karena salah posisi tidur, tetapi karena ia mendadak haus. Pada saat Bella mengambil air minum di dapur, tiba-tiba saja Bella mendengar suara mobil suaminya yang hendak masuk ke dalam garasi. "Jam segini baru pulang? Keterlaluan sekali kamu, Bang!"

Bella langsung kembali ke tempat tidurnya. Perasaannya sudah hampa, sudah tidak ada lagi kata semangat untuk menyambut suaminya pulang. Bella juga berniat untuk berpura-pura tidur saja, agar selamat dari sapaannya Martin. Saat Martin masuk ke dalam rumah, ia pun merasa keheranan. Karena pintu yang biasanya Bella kunci, sekarang tidak dikunci lagi. Jadi, Martin bisa masuk tanpa harus Bella yang membukakannya.

"Syukurlah tidak dikunci," gumam Martin. Ia pun langsung masuk dan mengunci pintunya kembali.

Martin langsung masuk ke kamar tanpa membangunkan Bella, karena ia berpikir, Bella pasti sedang kelelahan. Ia segera membersihkan diri dan langsung tidur disampingnya Bella. Sebelum tidur, seperti biasa Martin mengirimkan pesan kepada sekertarisnya. Pesan yang manis yang membuat sekertaris itu semakin nyaman kepadanya. Apalagi sekertarisnya itu pintar menggoda, dan Martin sangat menyukai godaan yang diberikan oleh gadis itu. Senyuman lebar sudah jelas tersungging di bibirnya Martin, hal ini semakin membuat keduanya dimabuk cinta.

Dulu, saat mengenal Bella, Martin belum pernah merasakan jatuh cinta yang luar biasa seperti itu. Bella juga tidak pernah menggoda Martin, karena Martinlah yang selalu menggoda Bella, dan pada akhirnya Bella pun bisa luluh dalam genggamannya.

Mendengar bunyi chat-an mereka, lama-kelamaan Bella pun merasa risih juga. Ingin rasanya menegur Martin, untuk tidak memainkan ponselnya saat akan tertidur. Namun, Bella merasa sulit untuk mengatakannya, karena ia sadar, pasti Martin akan marah walaupun salah ada pada dirinya.

*****

Pagi-pagi sekali, Bella sudah terbangun dari tidurnya. Kegiatan yang selalu Bella lakukan dipagi hari adalah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suaminya. Sebelum pergi ke dapur, Bella mendengar lagi bunyi pesan dari ponselnya Martin. Bella yakin bunyi pesan dalam aplikasi warna hijau itu adalah dari wanita yang bersama Martin saat di restoran kemarin. Berhubung Martin masih dalam keadaan tertidur, Bella pun memberanikan diri untuk melihat isi pesan tersebut. Dan ternyata, apa yang dilihat Bella, benar-benar membuat dirinya syok. Sebuah kata sayang, membuat Bella semakin sakit hati. Ternyata suaminya benar-benar menikungnya dari belakang.

Tanpa basa-basi lagi, Bella menyimpan ponselnya Martin di atas laci. Ia langsung pergi ke dapur, karena hari sudah semakin siang, saatnya Bella menyiapkan makanan untuk sarapan paginya.

Setelah semua makanan yang telah disiapkan Bella tersusun rapi di atas meja makan, Bella langsung duduk dan menyantap makanannya sendiri, tanpa mempedulikan suaminya. Rasanya enggan untuk membangunkan Martin, apalagi menawarkan sarapan kepadanya. Yang ada, malahan Bella menginginkan sebuah tamparan mendarat di pipinya Martin. Namun, Bella masih dalam keadaan sadar, bahwa tindakan yang seperti itu, tidak baik untuk dirinya. Yang ada nanti malahan Bella yang akan disalahkan, baik oleh Martin ataupun keluarganya Martin.

"Selamat pagi, Sayang!" kata Martin yang tiba-tiba saja mengagetkan lamunan Bella.

"Wah, sarapannya sudah habis? Sarapan dari jam berapa?" tanya Martin sembari mengambil beberapa makanan ke dalam piringnya.

"Lapar," kata Bella singkat.

"Ya aku maklumi, yang makan kan bukan kamu saja, tapi seseorang yang ada dibalik perutmu itu juga ikutan makan kan," kata Martin tersenyum manis.

"Oia, bagaimana hasil pemeriksaan kandungan kamu kemarin? Semua baik-baik saja kan?" kata Martin lagi dengan seriusnya.

"Tumben kamu menanyakan soal kandungan aku? Biasanya kamu tidak peduli!" ucap Bella sembari beranjak dari tempat duduknya. Dan Martin hanya terdiam mendengar jawaban dari Bella, ia benar-benar tidak enak hati kepada istrinya itu.

*

*

*

Bersambung ...