"Dika, hentikan! Kau sudah terlalu banyak minum."
Aku mengabaikan peringatan Gara. Aku kembali menuang cairan beraroma menyengat itu ke gelas, kemudian minum dalam sekali tenggak. Aku benar-benar butuh pengalihan dari semua kegilaan ini. Segalanya terasa begitu memuakkan. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Gara mencengkeram bahuku, kemudian mengguncangnya. "Berengsek! Sebenarnya kau ini kenapa? Kau ada masalah, huh? Aku mungkin bukan orang yang baik, tapi kau sahabatku. Kau bisa menceritakan masalah sialanmu padaku! Bukan melampiaskannya dengan mabuk-mabukan seperti ini!"
Memang, setelah menikah, aku tak pernah lagi mabuk-mabukan. Terkadang masih minum, sekadar untuk menghilangkan penat. Namun, minum-minum sampai mabuk? Itu tak pernah lagi kulakukan. Jika aku mabuk, siapa yang nanti akan menjaga Siena dan anak-anak?
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com