"Kepada peserta nomor Empat, harap segera menuju panggung! Peserta nomor Empat, harap ke atas panggung!" Seruan pembawa acara terdengar nyaring melalui salon-salon yang ada.
"Ya, mari kita sambut perwakilan dari 11-IPS-2 dengan pertunjukan drama mereka. Cinderella...! Boleh bertepuk tangan, para hadirin semua!"
Prookkk. Prookkkk. Prroookkk.
Para penonton tampak riuh menyambut pentas drama dari kelas itu. Semua antusias menonton. Pertunjukan yang ditampilkan memang bervariasi dari setiap kelasnya.
Sementara itu, Keira yang ada di belakang panggung masih belum bisa tenang. Berkali-kali ia menggigit bibirnya karena tidak siap untuk tampil. Ia mondar-mandir dengan kepucatan menyelimuti sekujur wajahnya.
"Kei," Zein menarik pundak anak itu. "Ayo, kita latihan sebentar. Ada gitar anak-anak kelas 12 yang boleh kita pinjam. Setidaknya kita bisa nunggu giliran sambil sedikit latihan," ucapnya.
"Tapi gue takut, Zein. Gue malu," Keira hampir menangis saking gelisahnya.
"Suara lo bagus lagi nyanyi lagu rock. Apalagi slow rock. Suara lo lembut, tapi pas teriak bisa ada seraknya. Pas deh nyanyiin lagu-lagu... ah, Linkin Park misalnya," Zein coba menghiburnya dengan kata-kata. "Oke, sekarang lo milih sendiri mau bawain lagu apa. Gue, Alvin, sama Oki siap jadi pengiringnya. Kalau ingat band-band yang pernah lo tulis di tugas Inggris kita, kayaknya kita bertiga sering cover lagu mereka, deh."
"Band rock? Keira?" Alvin berkata tak yakin mendengarnya. Keira yang terlalu panik cuma menggelengkan kepala. Ia sangat gugup. Tidak mungkin ia bisa bernyanyi dengan keadaan terpaksa. Tidak mungkin Keira bisa lepas dan jingkrak-jingkrak seperti di rumahnya. Ini terlalu mustahil baginya.
"Ayolah, Kei, gue berharap banyak sama lo. Jangan kecewain teman-teman kita dong," Oki agaknya mulai hilang kesabaran. Ia lalu mengambil gitar di pojokan, yaitu gitar yang ia pinjam dari anak kelas 12 untuk latihan.
"Tapi... tapi gue nggak bisa," Keira menelan ludah. Ia benar-benar tidak siap. Ia tidak yakin. Keira takut semua anak akan menertawainya lagi.
"Kei, perhatiin gue!" Zein menggenggam tangan Keira yang gemetaran, lalu menyuruh anak itu untuk memandangnya. "Lihat gue baik-baik!"
Perlahan Keira menatap mata gelap Zein dan mendengarkan intruksinya.
"Lo tenang. Lo bisa. Gue tahu dan gue yakin lo pasti bisa. Jadi berhenti panik dan tentuin lagunya sekarang. Waktu kita nggak banyak, oke?" Zein menatapnya dalam-dalam seakan sedang menghipnotis Keira.
Melihat ketenangan dan kesejukan dari bola mata Zein, perasaan panik Keira sedikit demi sedikit memudar. Aliran hangat dari genggaman Zein juga mencairkan kebekuan tangannya.
"Jadi lo mau nyanyi lagu apa? Gimana kalau Playing God kayak pas tampil sama Verizone waktu itu?" tanya Zein lagi.
Keira mengangguk tapi sebentar kemudian menggeleng. "Lo yang milih lagunya aja, Zein. Lagu yang lo suka, dan yang kira-kira gue bakal tahu lagunya."
Zein merenung. Sebentar lalu ia kembali menatap Keira. "Lo tahu lagu The Only Exception, kan? Punya Paramore juga?" Keira cepat mengangguk mendengar pertanyaan Zein. "Bagus, gue suka lagu itu."
Entah kenapa Keira jadi teringat omongan Zein di telepon malam itu mendengar judul yang disebutkan. Setelah diingat-ingat lagi isi liriknya Keira pun mengerti, inti lagu itu hampir-hampir mirip dengan kisah Zein dan keluarganya.
"Oke, gue mau nyanyi lagu itu," ucap Keira segera begitu tersadar.
Zein tersenyum. Alvin dan Oki pun membuang napas lega. "Lo bisa main gitar, kan? Tahu chord lagunya nggak?" tanya Zein kemudian.
Keira menganggukkan kepala. "Mas Fadil yang ngajarin gue main gitar," jawabnya pelan.
"Bagus. Lo main gitarnya di rythem aja, biar gue yang bagian melodi," perintah Zein.
Mereka pun segera berlatih dengan peralatan seadanya. Oki dan Alvin cukup terkejut karena suara Keira lumayan juga. Memang vokalnya tidak seenerjik Hayley Williams, namun suara Keira cukup enak didengar. Tak berapa lama setelah itu, Bu Rani datang mencari mereka.
"Ibu sangat bersyukur kalian jadi murid Ibu," ucap beliau terharu. "Ibu yakin kalian bisa. Tidak apa-apa tidak sempurna, yang penting kalian tampil dan tunjukkan apa yang kalian bisa sebaik mungkin."
Empat anak itu cuma mengangguk. Mereka juga berharap bisa tampil bagus tak mengecewakan warga 11-IPS-3.
"Tapi kalian tidak mungkin kan tampil dengan seragam seperti itu?" Bu Rani menunjuk pakaian mereka. "Kalian tahu? Jika semua kelas mengirimkan wakil, maka kelas paling tidak menarik yang akan dikirim ke pembuangan akhir sampah kota," terang beliau. Tentu saja mereka kaget.
"Yah, Bu. Kita mana bawa baju ganti? Apalagi kostum. Kita kan nggak tahu kalau hari ini bakal tampil," Oki mendadak risau.
"Sebentar. Kalau kita beruntung, Bu Yuni punya perlengkapan kostum yang mungkin bisa kita pinjam. Kalian lanjutkan dulu latihannya. Ibu akan urus kostum kalian," ujar Bu Rani lantas bergegas keluar ruangan.
***
Peserta keenam dari kelas 10-9 hampir selesai mempertunjukkan grup tari gambyong mereka. Detik-detik peserta nomor 7 dipanggil pun semakin mendekati mereka.
Zein, Alvin, dan Oki sudah selesai berganti pakaian. Mereka berkostum kasual ala anak band dengan atribut senada. Bu Rani meminjamnya dari Bu Yuni. Kebetulan beliau pembimbing ekskul drama. Bu Yuni juga mempunyai sanggar sendiri di samping sekolah. Banyak sekali koleksi baju berbagai karakter cerita yang beliau punya.
Sementara itu Keira juga sudah memakai baju pilihannya. Keira beruntung bisa memilih sendiri karena persediaan kostum panggung cewek ada beberapa. Meskipun yang Keira pakai lebih tampak seperti kostum anime cewek jepang daripada seorang rocker, tapi menurut Bu Rani baju itu sangat cocok untuk Keira.
Zein dan yang lain juga dipaksa berhias supaya kesan band lebih memancar dari mereka. Keira memilih berdandan sendiri di depan kaca. Ia memanfaatkan alat-alat make up yang telah disediakan panitia dengan sebaik-baiknya.
Eyeliner. Eye shadow gelap. Bedak putih untuk memberi kesan pucat padat. Liptint warna merah ceri agar mirip seperti boneka dan yes! Ada pewarna rambut semprot yang bisa hilang dengan sekali keramas. Tak ada wig, cat rambut semprot pun jadi, pikirnya. Keira meminta seorang anak kelas 12 yang jadi panitia untuk membantu menyemprotkan cat di rambutnya. Keira sangat suka dengan hasilnya.
Keira berkaca sekali lagi setelah berdandan. Semua atributnya sudah selesai terpasang. "Waw, ini keren banget!" pekiknya. Keira benar-benar seperti cewek rocker sungguhan. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa senang berpenampilan seperti itu. Jiwa rockernya langsung bangun seketika.
"Gue udah siap!" Keira segera menghampiri tiga teman sekelasnya. "Gimana sama kalian?"
Baik Zein, Alvin, maupun Oki menoleh, dan langsung tercengang melihat cewek rocker super cantik di hadapan mereka. Oke, dia memang agak seram tapi sumpah, Alvin sampai hampir meneteskan air liur melihatnya.
"Lihatlah, Beautiful Rocker dari kelas kita." Zein tersenyum pada Keira. Tak bisa disembunyikan, Zein terpesona dengan penampilan badasnya.
"Ini lo, Keira? Beneran lo?" Alvin beranjak dari kursi rias lalu menarik-narik rambut panjangnya yang berubah kemerahan menyala. Keira tak menjawab. Ia hanya menunduk malu.
"Eh, tunggu deh. Kayaknya gue pernah lihat cewek yang mirip banget kayak lo, tapi di mana ya?" Oki menatap Keira curiga. Sebentar ia lalu berpikir. "Aah, inget gue! Yang di festival rock show! Astaga, jadi cewek itu lo, Kei?" Oki terbelalak tak percaya.
"Aah iya. Gue inget, gue inget! Lo yang manggilin Zein terus ditarik ke panggung sama Chad itu, kan?" Alvin pun tak kalah takjub. "Oh sumpah, Kei, lo bikin gue nggak nyangka banget!" serunya.
Keira agak malu sebenarnya, tapi ia langsung semangat saat tahu akan membawakan lagu yang Zein suka. Dengan kata lain, Keira ingin mempersembahkan lagu itu untuknya.
"Ya ampun, jadi ternyata..." Oki mendadak melirik Zein dengan pandangan bermakna.
"Beruntung kita tadi nggak cuma latihan satu lagu," ucap Zein, jelas menghentikan Oki dari sesuatu yang ingin dikatakannya. "Setiap perwakilan kelas diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk jatah tampilnya. Bawain satu lagu paling kita habis 5 menit doang. Jadi, Kei, lagu kedua nyayiin lagu yang lo suka tadi."
Keira mengangguk, seolah-olah ia akan patuh pada apapun perintah Zein. Cowok urakan yang awalnya sering membuatnya jengkel dan ketakutan itu justru sekarang jadi pahlawan terbesarnya. Bahkan Keira merasa bahwa Zein adalah seseorang yang sangat mengerti dirinya.
"Kayaknya, level lo suka gue udah naik beberapa persen ya?" celetuk Zein tiba-tiba, memergoki Keira sedang menatapnya tanpa kedip. Cewek itu langsung merona. Bahkan bedak putih tebal di pipinya hanya sanggup sedikit menyamarkan muka merah itu. Oki dan Alvin cekikikan melihat ekspresi Keira.
"Mana tepuk tangan buat wakil kelas 10-9? Tarian daerahnya keren, kan?" teriakan MC membuat mereka kembali sadar akan tugas mereka.
"Well, sekarang kita sambut peserta nomor 7. Ada perwakilan grup dance dari 11-IPS-3. Kita panggilkan...." sangMC mendadak berhenti bersuara karena seorang dari panitia membisikinya sesuatu. "Maaf, hadirin semua. Wakil grup dance dari 11-IPS-3 saat ini berada di rumah sakit karena kecelakaan. Mari kita doakan semoga mereka tidak sampai mengalami luka serius. Semoga mereka cepat sembuh dan sehat seperti sedia kala," ucap sang MC segera. Para hadirin dan penonton langsung kasak-kusuk mendengar kabar buruk itu.
"Oke. Sebagai pengganti, kita sambut perwakilan dari kelas 11-IPS-3. Zein And The Gank Band! Yeeeaa!"
"Lah, sejak kapan band kita punya nama kayak gitu?" protes Alvin.
"Terserahlah. Yang penting kita maju aja. Lo udah siap, Keira?" Oki memandangnya.
Keira tak menjawab pertanyaan Oki. Ia justru melirik Zein. Zein mengangguk padanya. Mereka berempat pun keluar dari ruang backstage dan segera menuju ke atas panggung aula.
Milli dan anak-anak lain menyaksikan tiga cowok dari kelasnya sudah menaiki panggung. Mereka bertepuk tangan untuk menyemangati wakil kelas mereka.
"Wah, Zein keren banget!" seru Gina. Tak cuma dia, bahkan anak-anak cewek dari kelas 10 sampai kelas 12 pun memuji tampang Zein yang cakep-cakep sangar.
"Eh, tuh cewek siapa?" Boby bertanya saat melihat seorang cewek naik ke panggung juga. Cewek rocker cantik dengan rambut semu merah menyala. Ia juga mulai memakai gitar. Bisa ditebak kalau dia adalah vokalis dari band Zein And The Gank.
"Jangan bilang kalau dia Keira. Gue nggak bakal pernah percaya!" seru Maria.
Milli pun sangsi jika cewek itu teman sebelahnya di kelas, tapi kalau dari sosok-sosoknya memang itu wujud Keira. "Guys, itu kayaknya emang Keira deh," ucapnya.
"Ta-tapi, Keira kita yang manis masa jadi rocker sangar gitu? Pakek gitar lagi. Sumpah demi apa coba?" Boby masih tidak percaya.
"Itu memang Keira, Anak-anak. Ibu sendiri tadi yang menyuruhnya berdandan." Bu Rani tiba-tiba datang mengejutkan mereka.
"APA? CEWEK ROCKER ITU KEIRA?" Anak-anak 11-IPS-3 melongo tak percaya. Dengan kostum dan dandanan seperti itu, siapa lagi yang akan menertawai Keira? Bahkan jika dia menyanyi satu panggung dengan Zein And The Gank, mereka akan kelihatan cocok-cocok saja. Cocok sekali malah.
Keira menelan ludah saat tangannya meraih mikropon. Alvin sudah siap dengan stik drumnya. Oki yang memegang bass sedang mengecek suara senarnya. Zein dengan gitarnya juga tengah melakukan hal yang sama. Tidak boleh sampai ada kesalahan nada. Apalagi cuma gara-gara peralatan musik yang belum disetel dengan benar. Keira juga ikut mengetes suara senar gitar yang ia pakai.
"Kei, anggap aja lo lagi tampil bersama Chad Verizone kayak waktu itu. Mungkin lo bakal lebih rileks. Atau bayangin aja lo kayak lagi nyanyi di rumah sendiri." Pesan Zein masih terngiang-ngiang jelas di telinga Keira.
Oke. Keira memejamkan matanya sebentar. Ia membuka mata tepat saat Alvin berseru, "Tu, wa, ga, go!"
Keira dan Zein mulai menggenjreng gitarnya secara bersamaan. Dengan tempo yang pas dan seirama, Keira menarik napas, mendekatkan mulutnya ke mikropon, dan tanpa menghentikan genjrengan gitarnya ia mulai bernyanyi.
"When I was younger I saw my Daddy cry, and curse at the wind
He broke his own hei art and I watched as he tried to reassamble it
Para penonton, tak cuma Bu Rani dan siswa dari 11-IPS-3, mereka seakan terhipnotis dengan penampilan band Zein And The Gank. Selain outfit Keira yang menarik dan kecantikannya yang berbeda, lagu yang mereka mainkan juga menyentuh sekali. Suara Keira tepat nada. Harmonis sekali dengan iringan akustik gitarnya.
But darling, you are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
You are the 8 exception....
Ryu yang duduk di salah satu bangku penonton melihat dengan tak percaya. Ia benar-benar tak menyangka seorang Keira akhirnya berani tampil di depan umum. Apalagi lengkap dengan dandanan rockernya.
Alvin lekas menggebuk drumnya lebih keras menuju reff kedua. Sementara Zein memainkan melodi lagu itu sembari ikut mengisi vokal sebagai suara dua. Dentuman bass yang dipetik Oki juga terdengar pas sekali, membuat semua penonton kian terbawa.
I know you're leaving in the morning when you wake up,
Leaving me with some kind of proof it's not a dream,
Whooaaa-ooooohh...
Suara teriakan Keira di bagian bridge yang memang jauh berbeda dari vokalis asli Paramore justru membawa warna tersendiri bagi lagunya. Semua orang dibuat kagum dan sulit percaya. Selain Ryu, Bu Rani, dan anak-anak 11-IPS-3, tentu saja tidak ada yang menyangka bahwa cewek itu Keira. Bahkan Benny dan Febri sekalipun. Mereka sedikitpun tak mengenalinya.
Tepuk tangan terdengar meriah sekali dari segala penjuru aula. Ada yang meneriak-neriakkan nama Zein. Ada yang bersuit-suit. Penonton tampak terkesan sekali dengan penampilan mereka. Keira menoleh ke arah Zein sambil tersenyum gembira. Cowok itu mengacungkan jempol padanya. Ia juga membalas senyumnya.
"Siap lagu kedua?" Tak berapa lama Alvin menanyai Keira.
"Siap!" jawab Keira mantap. Ia pun menoleh kembali ke penonton lalu tiba-tiba-tiba berteriak, "Are you ready to rock???"
"Yyeeeaaaahhh!!!" jawab Milli dan kawan-kawan paling keras.
Seiring seruan itu Alvin segera menggebuk drumnya setelah Zein memainkan gitar di awal lagu sebagai intro. Jika tadi mereka membawakan lagu slow rock akustik, kali ini mereka benar-benar akan mengguncang SMA Pahlawan.
Keira memilih lagu yang kabarnya sangat populer di jaman SMA Fadil. Judulnya Only One. Lagu hits dari band Yellow Card. Di lagu ini Zein juga akan lebih sering ikut bernyanyi karena bagian reff dinyanyikan dengan suara satu dan suara dua.
"Here I go... scream my lungs out
And try to get to you..
You are my only one
Kebanyakan penonton memang tidak begitu tahu lagu itu, namun karena dibawakan apik oleh Keira dan band, para penonton sangat menikmati penampilan mereka. Bahkan beberapa anak kelas 10 langsung membrowsing internet, juga mencari di youtube untuk melihat band aslinya.
I let go... there's just no one
That gets me like you do
You are my only, my only one...
Mereka pun merampungkan lagu itu dengan cukup sempurna. Bahkan tidak akan ada yang menyangka jika mereka cuma berlatih kurang dari satu jam. Beruntung Zein dan kawan-kawan sering latihan ngeband. Keira juga hampir setiap sore karaokean di rumah. Seluruh warga 11-IPS-3 pun selamat dari hukuman yang nyaris menghampiri mereka.