Perbincangan dengan Pak Anton soal hati tidak berlanjut, selain aku memang malas ya mau bagaimana lagi. Aku teringat pada nasihat seseorang, yang mengatakan kalau kita tidak boleh menjadi seperti lilin. Bisa menerangi tapi dirinya sendiri terbakar habis.
Sore hari sesuai janji pada Mas Denis, aku langsung bergegas ke rumah sakit. Tapi sebelum masuk ke kamar Aisha, aku menyempatkan diri untuk melihat kondisi pacar Pak Anton. Di dalam ruangan, sekarang ada tiga perawat yang berjaga.
"Apa kalian ditugaskan oleh Pak Anton langsung?" tanyaku.
"Benar, Bu, sejak dihubungi tadi. Beliau meminta kami untuk berjaga di sini," jawab seorang perawat.
"Oh oke."
"Apa wanita ini adiknya Ibu?" Seorang perawat lain bertanya.
"Bukan, saya malah tidak kenal dengan dia," jawabku sambil menggaruk kepala.
"Tapi wajahnya mirip loh, bisa begitu ya."
"Katanya sih, kita punya tujuh kembaran di dunia ini. Ya mungkin aja, dia salah satunya kembaran saya," jawabku.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com