Nita benar-benar tega meninggalkanku dalam kesusahan. Kiara mendadak panas, karena mungkin kelelahan ikut denganku seharian ini. Mas Denis, jangan ditanya lagi sikapnya yang tenang dan cuek pada Kiara. Sejak sore, tangannya tidak pernah melepaskan ponsel dan terus tersenyum seperti anak muda dimabuk cinta.
"Mas! Bantu Kiara sebentar! Aku badan udah capek banget ini," kataku pada Mas Denis.
"Apa sih, orang nangis doang kok, kamu panik banget kaya gitu," sahutnya.
"Ya gimana nggak panik, Mas. Dia nangis karena demam," jawabku.
"Ya latihan aja, nanti juga kamu punya anak beneran. Belum lagi anak dari Aisha."
"Apa maksud kamu? Kamu mau jadikan aku baby sitter dari maduku?" tanyaku.
"Ya mending kamu resign, bantuin istriku rawat anaknya. Bisa jadi ibadah juga, bantuin suami kamu, kan," jawab Mas Denis.
"Astaghfirullah, Mas, udah ya tolong bantuin aku sekarang," kataku.
"Bantuin apa? Kamu udah kasih dia obat? Ya udah, jangan lagi kamu kasih. Tunggu empat jam," jawabnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com