169
Joe menghela nafas dalam-dalam, dia kaget ternyata Mas Denis sudah tahu semuanya ketika menceritakan pembegalan itu Joe sangat marah, karena mas Denis lancang. Joe menonjok tembok melampiaskan amarahnya, aku tidak bisa berkata lagi dan hanya menangis.
"Denis sudah tidak bisa dibiarkan. Aku harus menemui dia," kata Joe.
"Jangan kamu yang samperin. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa," kataku.
"Ya terus aku harus gimana, Dinda," sahutnya.
"Kita ke sana bareng aja Joe. Aku nggak mau kamu sendirian. Ini masalahku, kita semua jadi terlibat gara-gara aku."
"Kalau itu memang yang kamu mau, silahkan aku hanya bisa ikut saja," jawab Joe.
"Baiklah, aku akan menghubungi Mas Denis untuk kita bicara."
Joe mengangguk paham, aku kemudian meminta nomor Mas Denis dari Pak Yosep. Baru selesai menekan tombol panggil dan tidak dijawab, satu panggilan masuk datang dari Kak Yuni. Wanita itu terdengar menangis histeris dan berteriak minta tolong.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com