webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · Real
Sin suficientes valoraciones
702 Chs

First day

Bara berlari terburu-buru menuju halte Trans Jakarta di dekat apartemennya. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Office Boy di perusahaan milik Pak Haryo. Pak Haryo memutuskan, untuk sementara Bara akan menempati apartemen yang berada tidak jauh dari gedung tempat Bara akan bekerja. Tidak lupa Pak Haryo juga mempekerjakan beberapa Pengawal untuk mengawasi Bara.

Tentu saja Bara tidak mengetahui jika Pak Haryo juga mempekerjakan Pengawal untuk mengawasinya, karena Pak Haryo memerintahkan mereka untuk menjaga jarak agar Bara dan orang disekitarnya tidak curiga. Mengingat bisa saja kejadian yang menimpa Bara terulang kembali. Dia tidak ingin cucunya itu kembali ke situasi yang membahayakan.

Transportasi publik di jam sibuk memang tidak ramah. Untungnya hal ini bukanlah hal baru bagi Bara. Justru kehidupannya saat ini yang merupakan hal baru baginya. Bara menolak tawaran pak haryo untuk menggunakan kendaraan pribadi beserta supir yang bisa mengantarnya pergi pulang ke kantor. Ia beralasan agar tidak ada yang mencurigainya.

Meskipun bisa saja dia menyuruh supir tersebut berhenti di tempat yang agak jauh dari gedung tempatnya bekerja, tapi Bara lebih memilih untuk menggunakan transportasi publik. Alasan sebenarnya adalah Bara masih belum terlalu terbiasa dengan kenyamanan yang diberikan Pak Haryo padanya.

"Udah lama juga ngga desak-desakan di Busway," batin Bara.

Bara ingat terakhir kali dia menggunakan Trans Jakarta adalah pada saat dia ingin mengunjungi Jakarta Fair beberapa waktu lalu. Jauh sebelum kejadian yang menimpanya dan merubah hidupnya saat ini.

Setelah melewati beberapa halte bus, Bara akhirnya tiba di gedung perkantora tempatnya akan bekerja. Dahulu Bara selalu berandai-andai untuk bisa bekerja di salah satu gedung yang ada di kawasan Sudirman-Thamrin ini. Bara mengagumi gedung tempatnya berdiri saat ini.

Lobinya yang menjulang mewah dengan gaya eropa dengan dua buah menara yang berdiri bersisian serta di hiasi dengan taman yang indah di sekitar gedung. Siapa sangka angannya kini tercapai, dia bisa bekerja di salah satu gedung di kawasan yang terkenal sebagai pusat bisnis ibukota ini. Dan tanpa diduga, gedung tempatnya berdiri saat ini adalah gedung milik keluarganya.

Bara menghampiri salah seorang petugas keamanan untuk menanyakan petunjuk arah menuju MG Group. Setelah memperoleh petunjuk dan menukar kartu identitasnya dengan kartu pengunjung, Bara menuju lantai 30 menara utara tempat kantor MG Group berada. Meskipun sedikit kebingungan, akhirnya bara tiba dilantai 30.

"Permisi, Mbak. Mau ketemu Pak Gilang," ungkap Bara pada Resepsionis.

"Siapa namanya?" tanya Resepsionis yang terlihat masih merapikan meja kerjanya tersebut.

"Ranu."

"Tunggu sebentar, ya. Silahkan di isi dulu buku tamunya." Resepsionis itu memberikan sebuah buku besar untuk Bara isi.

Bara mengisi lembar buku tamu tersebut dan menunggu di sofa yang disediakan. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia membuka pesan yang masuk ke ponselnya. Pesan tersebut dari Kimmy.

"Selamat bekerja sepupu sayang, jangan sampai lu di pecat di hari pertama, oke?"

Bara tahu pesan yang dikirimkan Kimmy tersebut untuk meledeknya. Bara tersenyum sambil mengetik balasan untuk Kimmy.

"Terima kasih Ibu Kimmy, saya akan bekerja keras supaya saya ngga dipecat dihari pertama. "

Seorang Resepsionis memanggil nama Ranu tepat setelah Bara mengirim pesan balasan untuk Kimmy. Bara kemudian mengikuti Resepsionis ke sebuah ruang pertemuan. Di sana sudah menunggu seorang pria paruh baya lengkap dengan setelan kemeja kerjanya dan sebuah map berwarna coklat di meja. Pria tersebut langsung menyuruh Bara untuk duduk didepannya.

"Ternyata gosip itu benar," ucap pria tersebut.

"Maaf, maksudnya Pak?" Bara merasa heran dengan ucapan pria tersebut.

"Perkenalkan saya Gilang, kebetulan saya juga cukup dekat dengan Pak Haryo. Bapak sendiri yang membawa saya sampai ke posisi saya sekarang ini."

"Saya masih ngga paham, Pak." Bara tidak mengerti apa maksud ucapan pria paruh baya dihadapannya itu.

"Dikantor ini cuma saya yang tahu siapa Mas Bara sebenarnya. Pak Haryo sudah cerita ke saya soal Mas Bara, jadi ndak perlu sungkan sama saya," terang Pak Gilang.

Bara kikuk mendengar ucapan Pak Gilang. Ternyata Pak Gilang tahu identitasnya.

"Ngga usah grogi gitu, santai saja, informasi ini ngga bakal tersebar kemana-mana."

"Tolong jangan sampai ada yang tahu, Pak."

"Kamu mirip sekali sama Papamu, meskipun kamu sengaja menggunakan kacamata dan tahi lalat palsu." Pak Gilang menunjuk kacamata dan tahi lalat palsu yang digunakan Bara.

Bara refleks membetulkan posisi kacamata yang sebenarnya tidak berfungsi apa-apa selain untuk berjaga-jaga agar tidak ada yang mengenalinya. Kimmy yang menyiapkan kacamata dan tahi lalat palsu yang dikenakannya. Kimmy ingin berjaga-jaga, karena bisa saja ketika dirinya sedang bersama Bara ada orang yang sengaja memfoto dan mengirimkannya ke akun berita gosip. Mengingat Kimmy juga seorang Model terkenal.

-----

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan tersebut. Pak Gilang menpersilahkan orang yang berada diluar tersebut untuk masuk.

"Perkenalkan, ini Arga, dia Koordinator Office Boy disini. Arga yang akan mengajarkan apa saja tugas office boy disini." Pak Gilang memperkenalkan Arga pada Bara.

Bara kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Ranu pada Arga. Bara menduga umurnya dan Arga tidak terlalu berbeda jauh.

"Oh iya, isi kontrak kerja kamu ada disini, silahkan dipelajari." Pak gilang menyerahkan amplop coklat dihadapannya kepada Bara.

"Terima kasih, Pak." Bara menerima amplop coklat tersebut sambil menganggukkan kepala.

"Kalau begitu kalian bisa langsung mulai kerja." Pak Gilang bangkit dari kursinya dan melangkah keluar ruangan.

***

Arga membawa Bara menuju ruang pantry. Di pantry itulah tempat para Office Boy berkumpul. Ada yang sedang sibuk membuatkan minuman untuk para Staff, ada yang sibuk memfotokopi, sisanya menunggu tugas sambil mengobrol dengan Staff yang kebetulan sedang sarapan pagi di pantry.

Arga memperkenalkan Bara pada yang lainnya. Bara menyalami mereka satu per satu. Arga kemudian menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan bara sebagai Office Boy. Tugas-tugas seperti membuatkan minuman untuk tamu dan staff, memfotokopi dokumen, membantu menjilid, terkadang ada Staff yang meminta bantuan untuk memilah dokumen.

"Yang malesin itu, Staff perempuan yang doyan ngemil tapi males gerak, pasti kita yang disuruh. Kita jadi bolak-balik beli roti lah, rujak lah, bakso lah, gorengan lah, ada aja lah pokoknya," terang arga.

"Ya syukur-syukur kalau kita juga dijajanin," lanjut arga sambil tertawa.

"Banyak Mas yang kaya gitu?" tanya Bara.

"Ya lumayan, tapi rata-rata Staff disini pada baik semua kok," jawab arga.

Menjelang pukul sepuluh para Office Boy mulai banyak yang meninggalkan ruangan pantry. Mereka mulai mendapatkan panggilan tugas untuk membantu Staff. Untuk hari pertama ini tugas Bara adalah membantu Arga. Arga juga memperkenalkannya pada para Staff yang kebetulan sedang mereka bantu.

Menurut Bara, Arga orang yang cukup supel, dia bisa bergaul dengan para Staff tanpa rasa canggung dan Arga juga cekatan dalam membantu mereka. Bisa dilihat dari para Staff yang terlihat berebutan meminta dibantu olehnya. Jika bukan karena hasil kerjanya yang bagus, tidak mungkin para Staff ini berebutan meminta pertolongannya.

Menjelang jam makan siang, ada sebagian Staff yang minta tolong dibelikan makanan di warung-warung yang berada tak jauh dari gedung perkantoran tersebut. Bara masih mengikuti Arga.

Sepanjang perjalanan Arga bercerita tentang beberapa orang Staff yang menurutnya paling baik, paling pelit, paling rewel dan paling galak.

"Tapi gue sih ngga masalah, mau mereka baik, galak, pelit, rewel. Kan karakter setiap orang beda-beda," ucap Arga mengakhiri ceritanya.

"Abang udah lama jadi OB disini?" tanya Bara.

"Gue sih baru dua tahunan lah jadi OB disini," jawab Arga.

"Wah, hebat juga abang. Baru dua tahun udah bisa jadi koordinator."

"Yang penting kalau jadi OB jangan pilih-pilih kerjaan. Apa yang bisa dikerjain, lu kerjain, kita juga sambil belajar, jangan cuma asal kerja, kalau kitanya pinter orang-orang juga senang."

Bara mengiyakan ucapan arga.

Selesai membelikan makanan dan memberikannya pada Staff yang memesan, akhirnya Bara dan Arga bisa menyantap makan siangnya di pantry. Untuk hari ini Bara mendapat traktiran dari Arga berupa nasi ayam goreng dengan sambal dabu-dabu. Menurut Arga, ayam goreng ini yang paling sering dipesan para Staff karena rasanya memang enak. Ucapan Arga tidak bohong, Bara terlihat sangat menikmati makan siangnya.

Hari sudah semakin sore, para Staff pun satu persatu pergi meninggalkan meja kerjanya. Tapi tidak dengan para Office Boy. Ketika para Staff pulang, mereka akan mulai membersihkan meja kerja, mengepel lantai, mengumpulkan sampah dari tiap meja kerja dan mencuci piring serta gelas kotor yang telah digunakan. Menjelang pukul tujuh mereka mulai berpamitan pulang.

"Lu pulang aja Ran, pasti capek hari pertama kerja." Arga menyuruh Bara untuk pulang.

"Abang ngga pulang?" tanya Bara.

"Satu lagi tugas OB, yaitu nemenin Staff yang mau lembur," jawab arga sambil terkekeh.

"Ngga apa-apa nih Bang saya pulang duluan?"

"Ngga apa-apa. Udah, lu pulang aja."

"Ya udah, saya pulang dulu ya, Bang." Bara berpamitan pada Arga dan lainnya yang belum pulang.

***

Bara merebahkan tubuhnya di kasur begitu tiba di apartmentnya. Baru hari pertama bekerja Bara sudah merasakan seluruh tulangnya seperti akan copot dari persendiannya. Mungkin itu efek karena dirinya sudah lama tidak bekerja seperti tadi. Biasanya dia merasa tubuhnya seperti kerbau yang tidak mudah lelah karena dipaksa kerja terus menerus.

"Mandi air hangat enak nih," batin Bara.

Bara pun kemudian melangkah ke kamar mandi dan menyalakan kran air hangat pada bak mandinya. Setelah bak mandinya terisi penuh, Bara mulai memasukkan tubuhnya ke dalam bak mandi tersebut. Dia membuka tirai jendela di depan bak mandinya dan berendam sambil menikmati pemandangan malam ibukota dari balik jendela kamar mandi apartmentnya.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.