webnovel

Bagaikan Rama & Sinta

Versi 01 : Cinta yang Hilang dan Ditemukan Novel ini menceritakan kisah cinta abadi antara Titah dan Kamil, dua sahabat masa kecil yang dipisahkan oleh waktu dan nasib selama 17 tahun. Mereka bertemu kembali dan jatuh cinta, namun sebelum mereka dapat menikah, masa lalu Titah yang kelam muncul kembali dalam bentuk Kevin, mantan kekasih yang jahat dan posesif. Kevin, meski sudah menikah, masih menginginkan Titah dan merencanakan untuk menculiknya. Dia berhasil menculik Titah dan memintanya untuk menjadi istrinya, tetapi Titah menolak dan memilih untuk setia pada Kamil. Kamil, yang mengetahui tentang penculikan ini, berusaha menyelamatkan Titah dan berhasil membunuh Kevin. Versi 02 : Perjuangan dan Pengorbanan Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Titah dituduh oleh warga desa telah berselingkuh dan diusir. Titah memilih untuk pergi dan meninggalkan Kamil, tanpa memberi tahu bahwa dia sedang mengandung anak mereka. Titah melahirkan dua anak kembar, Dzaka dan Dzaki. Sepuluh tahun kemudian, mereka mengetahui tentang ayah mereka dan berniat untuk mempersatukan kembali orang tua mereka. Namun, mereka harus menghadapi tantangan dari warga desa dan adik Kevin yang ingin membalas dendam. Dengan bantuan paman mereka, Fitra, dan sahabat ayah mereka, Rivan, Dzaka dan Dzaki berhasil meyakinkan warga desa dan menemui Kamil. Mereka menceritakan kisah mereka kepada Kamil, yang kemudian meminta mereka untuk membawanya kepada Titah. Akhirnya, Titah dan Kamil bertemu kembali dan Kamil membawa Titah pulang bersama anak-anak mereka. Mereka hidup bahagia bersama, menunjukkan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala rintangan. Novel ini adalah kisah cinta yang penuh dengan drama, konflik, dan emosi, yang akan membuat pembaca terpaku dari awal hingga akhir.

Titah_Kw · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

Bab 13

Di Meja Makan Lagi..

"Kok anak-anak lama sekali sih, Ayu juga belum telepon juga ya?" ibu Salma bertanya-tanya.

"Sabar istriku." kata pak Adam.

"Iya suamiku." sambung ibu Salma.

Di Samping Ruang Makan Lagi..

**

[Kamil : Iya deh Kamil yang salah.]

[Mama : Kamil kenapa tah, ngambek?]

[Titah : ngambek, manyun, cemberut, pokoknya jelek bu.]

[Hemm, calon mantu dan calon mertua kompak bener ngebully nya.]

[Mama : Haha..] ibu Prameswari mentertawakan Kamil.

[Titah : Haha..] Titah juga mentertawakan Kamil.

[Mam : sudah dulu ya mil, tah, besok di lanjutkan lagi di rumah.]

[Titah : iya bu..]

[Kamil : iya mah..]

[Mama : Assalamu'alaikum.]

[Titah dan Kamil : Wa'alaikumussalam.]

Masih Di Samping Ruang Makan..

"Ya sudah ayo Bibu, kita masuk ke dalam lagi." Titah mengajak Kamil ke ruang makan.

"Ayo Bubu." sambung Kamil.

Di Meja Makan Lagi..

"Assalamu'alaikum" Kamil dan Titah memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam" om Bonifacius menjawab salam dari Kamil dan Titah mewakili semua yang ada di meja makan.

"Tuh putri kita dan calon menantu kita istriku." kata pak Adam.

"Ya suamiku, kalian kok lama sekali angkat telepon nya, dari siapa?" tanya ibu Salma.

"Maaf bu, dari mamanya Kamil, oh ya bu besok pulang kuliah aku mau ke rumah Kamil dulu ya baru pulang ke rumah." jawab Titah.

"Oh ya sudah, kalau gitu besok bareng saja sekalian ibu mau ke rumah kamu, mil.." kata ibu Salma memberi izin Titah untuk ke rumah Kamil.

"Oh gitu, ya sudah gak apa tante besok kita bareng saja." sambung Kamil.

"Kalau begitu om juga ikut ya." kata pak Adam.

"Boleh.." seru Kamil.

Di Ruang Keluarga..

"Sopo sing nelpon, Jumiati, Juminten kok ora ono nggih, ngendi nggih?" Purnomo bertanya-tanya.

"Purnom.." Darmi memanggil Purnomo.

"Asma kula Purnomo dudu Purnom, Darmi." keluh Purnomo menjelaskannya pada Darmi.

"Haha.., lagi ngapain kamu disini Purnom.." pembicaraan Darmi dipotong oleh Purnomo.

"Purnom meneh, asma kula Purnomo, Darmi dudu Purnom.." keluh Purnomo lagi.

"Krunguke disik maksute kulo tuh Purnomo ngono." Darmi ngeles saat mendapatkan keluhannya dari Purnomo.

Di Bandara..

"Duh kok gak diangkat juga sih sama orang rumah." keluh Ayu.

"Gimana sudah telepon rumah belum?" tanya Rahmat.

"Belum mat.." jawab Ayu.

DI RUMAH TITAH

Masih Di Ruang Keluarga..

"Berisik banget ta, eh.. kok malah berisik ta, ono telepon iku loh, kok ora diangkat ta." kata Juminten.

"Kula isih duwe urusan nih Jum karo Purnom, yen gelem panjenengan wae sing angkat telepon." sambung Darmi.

"Nggih sampun yen ngono kula angkat wae nggih." kata Juminten mengangkat telepon.

"Nggih sampun angkat wae."

"Oh nggih sampun."

Di bandara lagi..

"Coba lagi kalau belum di angkat." kata Rahmat.

"Iya mat.."

**

[Juminten : Assalamu'alaikum.]

Di Bandara Lagi..

"Nyambung mat." kata Ayu memberitahu suaminya.

"Ya ngomong, kenapa ngomong ke saya." sambung Rahmat.

"Aku cuma kasih tahu doang Rahmat.."

"Em ya sudah buruan ngomong kita minta di jemput."

"Iya mat, ini baru mau ngomong."

"Em.." seru Rahmat.

**

[Juminten : Halo.., assalamu'alaikum, Kok boten enten suarane, nggih sampun tak tutup teleponne wae lah]

[Ayu : ojo bi Jum, assalamu'alaikum.]

[Juminten : oh enten sing jawab ta, tak kira boten, wa'alaikumussalam.. Nggih tenan neng merene Juminten, amit nggih sadurung'e niki sinten lan arep ngomong karo sinten?]

[Ayu : niki kulo bi Jum.]

[Juminten : sinten nggih?, Ngapura sadurunge.]

[Ayu : niki kulo, Ayu.]

[Juminten : Ayu..]

[Ayu : nggih bi..]

[Juminten : oh den Ayu..]

[Ayu : nggih bi..] 

[Juminten : nggih ono opo den?]

[Ayu : kulo nyuwun pitulung nggih, pitulung omong ke biyung lan bopo yen kulo sampun ono neng bandara lan menunggu neng jemput.]

[Juminten : oh nggih den Ayu, mengko kulo sampaikan wekas saka den ayu, ono meneh wekase den, biar sekalian kulo sampaikan?]

[Ayu : sampun ngono ae bi Jum, maturnuwun, assalamu'alaikum.]

[Juminten : inggih den, wa'alaikumussalam.]

DI RUMAH TITAH

Di Ruang Makan Lagi..

"Sayang.." Kamil mencolek Titah.

"Iya sayang.." jawab Titah.

"Besok kamu ada kelas jam berapa?" tanya Kamil.

"Tunggu ya Bibu biar aku lihat jadwalnya dulu." jawab Titah.

"Iya Bubu" kata Kamil.

"Assalamu'alaikum." Juminten memberikan salam pada semua yang ada di ruang makan.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di ruang makan menjawab salam dari Juminten.

"Hoe gaat het Juminten?" tanya pak Adam.

Em maksudnya apa kanjeng romo saya tidak mengerti." kata Juminten yang tidak mengerti bahasa yang di pakai oleh pak Adam, karena bahasa yang di pakai oleh pak Adam adalah bahasa Belanda.

"Kenopo Jum?" tanya ibu Salma.

"Amit kanjeng ibu." kata Juminten.

"Em.." seru ibu Salma.

"Kulo boten mangertos kanjeng ibu opo sing dimaksud kanjeng romo." Juminten menjelaskannya pada ibu Salma karena tidak mengerti bahasa apa yang di pakai oleh pak Adam.

"Oh tidak mengerti ya, baik kamu tanyakan pada adik ipar saya." pinta ibu Salma.

"Nggih kanjeng ibu, amit." kata Juminten patuh.

"Saya sudah paham apa yang ingin kamu katakan soal kakak saya kan?" tanya om Bonifacius.

"Inggih tuan Bonifacius." jawab Juminten.

Juminten pun dibuat bingung oleh ayah Titah, pamannya, dan Titah, lalu datanglah Aldi kakak tiri Titah bersama anaknya Firman menjelaskan apa yang di maksud oleh ayah Titah, pamannya, aku, dan juga Titah.

"Dat betekent dat mijn broer je vroeg, wat is er aan de hand?" om Bonifacius menjelaskannya pada Juminten yang masih tidak mengerti.

"Kenopo Jum, isih boten mangertos juga?" tanya ibu Salma.

"Nggih kanjeng ibu." jawab Juminten.

"Nggih sampun lak ngono, tako wae karo anak perawanne kulo wae Jum." pinta ibu Salma.

"Cah ayu.."

"Ich verstehe, was du meinst, Juminten, und das bedeutet, was ist das?" tanya Titah. 

"Duh isih boten mangertos kulo, kanjeng ibu ngapura." keluh Juminten yang masih tidak mengerti.

"Amit kanjeng ibu." kata Darmi yang datang membawakan teh hangat untuk mama Titah.

"Inggih mi, oh nggih mi panjenengan mangertos boten artine sing niki, mil." kata ibu Salma.

"Iya bu." sambung Kamil.

"Tolong jelaskan kepada Darmi ya." pinta ibu Salma.

"Iya bu." kata Kamil patuh.

"Pakai bahasa yang kamu bisa ya." pinta ibu Salma lagi.

"نعم يا عمة والد زوجتي المستقبلية سأل صديقك ما الخطب؟"

kata Kamil menjelaskannya pada Darmi.

"Ngapura kanjeng ibu kulo juga boten mangertos bahasa sing neng ngae oleh den mas Kamil." kata Darmi juga.

"Artinya ada apa Darmi." sambung Aldi.

"Den mas Aldi.." Darmi kaget mendengar suara Aldi.

"Ya, assalamu'alaikum." Aldi memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Aldi.

"Nah saiki sampun mangertos ta artine opo, nah saiki neng jawab pertanyaan soko semah kulo Jum, ono opo Jum?" tanya ibu Salma.

"Nganu kanjeng ibu, nganu." kata Juminten yang bingung menjelaskannya pada ibu Salma.

" Kira-kira mau ngapain ya mama nyuruh aku ajak ke rumah? " Kamil bertanya-tanya yang sedang melamun di meja makan didalam hati.

"Nganu opo Jum?" tanya ibu Salma.

"Bibu.." Titah memanggil Kamil yang sedang melamun di meja makan.

"Oh nggih kulo eling kanjeng ibu, deh Ayu nyuwun dijemput, sampun nganti neng bandara." jawab Juminten.

"Bibu..", Titah memanggil Kamil yang sedang melamun di meja makan lagi.

"Kenopo boten ngomong saka mau ta Jum." kata mama Titah yang terlihat marah.

"Ngapura kanjeng ibu, kulo setitik kelalen amerga neng ngarep kuwi loh kanjeng ibu." Juminten menjelaskannya pada ibu Salma.

"Neng ngarep, emange ono opo neng ngarep Jum?" 

"Niku loh kanjeng ibu, mbak Darmi lan mas Purnom bertengkar."

"Opo!!, Darmi langsung Purnomo bertengkar Jum?" 

"Inggih kanjeng ibu."

"Kok panjenengan boten ngomong soko mau Jum, nggih sampun masalah Darmi lan Purnomo dibahas mengko wae, saiki jemput Ayu lan garwane neng bandara." kata ibu Salma.

"Sebentar ya bu, Titah ganti baju dan ambil hp dulu di kamar." kata Titah.

"Nggih sampun kono, cepet biyung, romo, lan om Bonifasius tunggu neng hobi nggih nduk." sambung ibu Salma.

"Inggih bu.." seru Titah.