Kondisi rumah tampak murung. Setelah acara pemakaman, Arsoni memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Tempat di mana dia dibesarkan dengan sentuhan kasih sayang Brisia. Semua itu hanya menyisakan kenangan yang tidak dapat dia lupakan seumur hidupnya.
"Bi, apa Papa sudah pulang?" tanyanya pada satu pelayan yang melintas.
"Belum Tuan muda. Tuan besar belum kembali," sahut si pelayan dengan tubuh menunduk.
Arsoni membuang napasnya. Entah pergi ke mana Papanya saat ini. Dia merasa lelah sekali. Kepalanya juga terasa berat. Tidak mau memikirkan Papanya yang entah ke mana. Arsoni memutuskan ke kamar untuk beristirahat.
Pandangannya menerawang entah ke mana. Dia masih bisa merasakan kehadiran Brisia yang baru saja pergi berbeda alam. Dia selalu bertanya, mengapa secepat ini.
"Ma, cepat sekali," ucapnya lirih. Tidak terasa air matanya kembali mengetes. Setiap detik bayangan wajah Brisia seolah hadir menyapanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com