webnovel

Back To The Marriage

Sandra merasakan pukulan bertubi-tubi saat Bara meletakan map berisi surat perceraian mereka. Tidak disangka secepat ini kenangan manis mereka harus berakhir. Kendati sudah menyiapkan jauh-jauh hari, Sandra masih saja belum rela. Cukup ia akui, jika bersama Bara-lah kebahagiaan itu ia kecap. Apalagi saat mengetahui ada sesosok mungil yang sedang tumbuh dalam rahimnya. Bara tak pernah menyangka, jika perceraian yang ia ajukan adalah awal dari penyesalan terdalamnya. Sandra lepas dari genggamannya. Saat menyadari kehadiran Sandra segalanya, ia malah melakukan hal konyol yang tak termaafkan. Sandra pergi dari hidupnya. Memilih mengakhiri penderitaan selama di sisi Bara. Sandranya telah lari. Tujuh tahun berselang. Dalam satu pesta yang cukup besar telah mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka memilih mengikat pernikahan kembali? Atau justru telah bahagia dengan pasangan masing-masing? *** Baca karya yang lain : My Ex Billionaire Please, Back To Marriage With Me Persuit of My Ex-Lover IG : @ayakalibrary

Hayuayaka · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
296 Chs

Pandangan Terkutuk

"Ada apa kau meneleponku Kak?"

["Seperti ini adabmu pada Kakakmu sendiri Bara?"]

Bara mendesah kesal. Beberapa tahun belakangan hubungan dengan Brisia memang tidak bagus. Tidak tahu sampai kapan akan seperti ini.

"Ayolah Kak, aku sedang menyetir menuju kantor sekarang. Ada yang kau perlukan, bicaralah."

Tak mau basa-basi lagi, Bara langsung saja to the point. Sayangnya Brisia tidak menyahut sama sekali. Perempuan itu lebih memilih mematikan panggilan.

"Sudah tua bukannya semakin dewasa, malah seperti anak-anak saja. Ck. Menyusahkan," gumam Bara yang tidak mau ambil pusing.

Mesin mobil menyala dan melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Hari ini akan terasa penting karena sebentar lagi bertemu dengan Lukman. Yang merupakan Paman dari Sandra. Adik dari Lukito mertuanya.

Entah apa yang hendak dibicarakan pria itu. Kemarin siang dia membuat janji dengan sekretarisnya. Diliputi penasaran, Bara menyetujui pertemuan ini.

***

"Maaf menunggu lama Mr. Lukman," sapa Bara terdengar ramah. Dia sebenarnya tidak ingin berbasa-basi. Hanya saja tidak ada salahnya memulai sesuatu pertemuan dengan hal manis terlebih dahulu.

"Tidak. Aku baru lima menit yang lalu duduk," sahut Lukman.

Tidak ada jabat tangan di antara mereka. Apa lagi sambutan dari Lukman yang berdiri untuk menghargai Bara. Dia asyik saja duduk menyilangkan kakinya di atas meja. Seolah kantor ini memang miliknya.

"Langsung saja Mr. Lukman. Apa yang ingin Anda sampaikan padaku?" tembak langsung Bara yang merasa cukup basa-basinya.

"Ah tentu saja. Aku pun tak memiliki waktu untuk berhaha-hihi dengan Anda."

Bara tetap menjaga air wajahnya setenang mungkin. Tidak terpengaruh dengan sindiran Lukman padanya.

"Jadi bagaimana?" ujar Bara tidak sabar.

"Tenang menantu. Aku ke sini akan membawa kabar baik untukmu." Lukman menurunkan kakinya. Tubuhnya dia condongkan menuju Bara yang duduk tepat di depannya. Mereka hanya dipisahkan meja kecil. "Aku ingin menawarkan kerja sama denganmu mengenai Lookotell."

Bara masih bersikap tenang. Membiarkan Lukman melanjutkan perkataannya.

"Begini Bara, untuk saat ini Lookotell memiliki dana yang cukup sedikit. Kami sedang mengembangkan robot yang nanti akan dijual di kancah internasional. Saya rasa Hernandez Grup, belum memiliki kerja sama dengan perusahaan robot manapun. Jadi, Paman rasa kita bisa bekerja sama."

Lukman mengakhiri kata dengan senyum yang sangat manis. Membiarkan Bara mencerna apa yang ia katakan terlebih dahulu. Dia sangat yakin Bara tidak akan menolak ajakannya.

"Keuntungan apa yang Anda tawarkan Mr?" sahut Bara.

"Ya tentu saja. Kau akan memiliki 1% sahat Lookotell. Anggap kita kerja sama sebagai keluarga. Bukan begitu Bara Hernandez? Paman tahu Sandra kembali padamu. Tidak ada perceraian di antara kalian?" ujar Lukman enteng.

"Maaf Mr. sepertinya Anda belum memahami saya. Tidak ada istilah dalam diri saya bisnis keluarga. Bisnis ya bisnis, keluarga itu hal yang lain. Jadi jika Anda menawarkan kerja sama dengan perusahaan kami. Ada baiknya, Anda menyiapkan proposal dengan benar." Bara menatap santai ke arah Lukman yang wajahnya memerah.

"Kami juga harus merapatkan ini dengan jajaran direksi yang sah. Perusahaan ini bekerja dengan sistem hukum yang jelas. Jadi tidak ada sistem KKN yang terjadi. Kalau pun ada, itu akan kecil kemungkinannya bertahan lama."

Lukman bergegas bangkit saat itu juga. Ekspresinya seperti menahan malu dan kesal terhadap Bara yang tak lebih dari bocah di matanya.

"Cih, untuk apa Sandra menikah denganmu, jika perusahaan almarhum Ayahnya saja tidak bisa diselamatkan suaminya sendiri. Akan aku bilang rahasiamu kepadanya saja."

"Tolong jangan main-main dengan fakta Mr. Lukman. Atau Anda akan tahu akibatnya."

Bara melemparkan pandangan terkutuknya kepada Lukman. Feeling-nya mengatakan pesan yang masuk ke nomor Sandra semalam adalah ulah dirinya. Tapi dia tak ingin berspekulasi terlalu jauh. Biarkan dia menunggu laporan dari detektif yang ia sewa.

"Cih, anak kemarin sore sepertimu bisa apa. Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menangis, siapa yang akan menangisi siapa."

Kalimat terakhir Lukman mengakhiri pertemuan keduanya dengan tidak nyaman. Saling ancam tentu bukan hal yang diinginkan oleh Lukman.

Dia pikir, Bara akan memberikan apa pun setelah Sandra bersamanya. Nyatanya, selama ini Lukman tidak mendapatkan apa pun selain perusahaan peninggalan kakaknya. Itu pun dia kesulitan mengelola selama ini. Jika bukan karena pekerja kompeten dan royal yang masih setia kepada almarhum Lukito, tentu Lookotell hanya tinggal nama saja.

***

Sepeninggal Lukman, Bara kembali kedatangan tamu. Kali ini Andre–detektif yang ia sewa telah datang dengan laporan di tangannya.

"Katakan hasil penyelidikanmu Andre," ujar Bara tidak sabar.

"Di sini telah saya rangkum Tuan. Dari nomor ponsel yang Tuan berikan semalam, ternyata nomor tersebut merupakan nomor virtual yang dimiliki situs nonomor dot com."

Bara mengangkat wajahnya menghadap ke arah Andre. Setelah sebelumnya dia membuka map yang lelaki itu sodorkan. Tapi dirinya lebih tertarik dengan laporan Andre secara lisan.

"Situs tersebut bisa diakses siapa saja yang ingin berkirim pesan, namun tidak memiliki nomor. Hanya membayar beberapa dolar, pengguna sudah bisa mengirimkan pesan online."

Andre merogoh kantong celananya. Membuka ponsel tepat di hadapan Bara. Dia membuka situs yang dimaksud dengan browser dari ponselnya.

"Begini Tuan. Jadi nomor itu sengaja disewa oleh seseorang selama satu pekan. Ada kemungkinan teror terhadap Nyonya Sandra akan berlangsung selama itu."

"Jadi kau telah mengetahui siapa orang yang memesan nomor ini?" tanya Bara. Sungguh dirinya sudah jengah jika harus menghadapi orang tidak tahu diuntung ini untuk satu pekan. Semalam saja, dia harus mengalami yang namanya dibohongi Sandra. Apa lagi selama itu.

"Ya tentu saja. Profil orangnya ada dalam halaman ke dua. Bisa Tuan lihat dahulu. Barangkali Tuan mengenalinya," sahut Andre dengan menunjukkan map yang terbuka. Karena dia yakin Bara pasti mengenali siapa orang yang dengan mudah dia dapatkan gambar diri.

"Ini ...."

Bara membisu saat melihat siapa orang yang ada dalam foto tersebut. Firasatnya mengatakan ada hal yang tidak enak mengenai sosok tersebut.

"Apa Tuan mengenalnya?" tanya Andre yang mengatakan feeling-nya benar.

"Ya dia ... sepupu dari istri saya."

Andre mengangguk. "Tapi Tuan harus tahu. Jika sepupu dari Nyonya Sandra ini, bukanlah anak kandung dari orang tuanya. Menurut sumber yang saya dapatkan, Zachary Lukman memendam rasa pada kakak sepupunya. Jadi saya simpulkan motif dia, agar Nyonya Sandra mempertimbangkan kembali hubungan pernikahan dengan Tuan Bara. Dia ingin menyiramkan gejolak api di hati Nyonya agar dia bisa masuk dan memilikinya."

Bara meremas foto di tangannya. Tidak mungkin jika Sandra akan mengkhianati dirinya. Tapi lagi-lagi satu kenyataan di masa lalunya berputar kembali.

***

Ting ....

Langkah Sandra santai keluar dari dalam lift. Di tangannya menenteng beberapa buah yang ia beli di bawah. Beruntung sekali dia mendapatkan buah segar yang rasanya manis-manis.

Baru akan menekan pin unitnya, seseorang menepuk dari belakang. Sandra menoleh dan seketika wajahnya memutih.

"Kau ...."

***