Seo Ju menarik lenganku dan menjatuhkan tubuhku di sofa. Ditariknya mantel yang masih melekat di tubuhku dengan cepat. Seo Ju menindihku, napasnya yang memburu mengembus di depan wajahku. Tiap detiknya kian memanas.
"Hyung, kau yang meminta ini. Jangan menariknya lagi atau menyesalinya, oke?"
Aku mengangguk perlahan.
Mendapat sinyal persetujuan dariku mata buas Seo Ju semakin liar. Kecupan demi kecupan dia berikan di wajahku. Belum puas dengan apa yang baru diperbuatnya Seo Ju lantas menggigit lembut dan membenamkan beberapa bekas di leherku.
Aku terbuai dalam hasrat. Tiap sentuhan dari Seo Ju yang menyentuh kulitku meresap hingga ke dalam lubuk hatiku.
Seo Ju melepaskan pakaian dan celana yang kukenakan. Gerakannya semakin liar. Dengan begitu cepat dia memasukkan jarinya yang telah terlumuri cairan dingin. Entah diambilnya dari mana.
"S-Seo Ju..., perlahan- ehm- lakukan perlahan."
"Hyung, bukankah kau yang meminta ini?"
"Yaa... Ta-tapi lakukan perlahan. Ouh... sungguh aku.. Ah!"
Seo Ju mendengarku tapi seolah telinganya sudah tuli. Dia terus saja menggerakan jarinya dengan ritme cepat. Bukan hanya itu kini dia memasukan jari ketiganya.
Bibirnya yang sedari tadi tak berhenti tersenyum kembali menyentuh permukaan kulitku. Menelusuri dadaku. Memberikan gelenyar hangat di sana. Membasahi setiap jengkal dengan salivanya.
Aku tidak dapat menahan lagi. Gejolak dalam diriku mau pecah.
"Se-seo Ju tu-tunggu dulu.. Ah..,"
"Hmm.., hyung?"
"Seo Ju! A-aku akan.. Ah.. Ahn Seo Ju!!!"
"Hyung, kau sudah keluar?"
"Berhentilah menggodaku Seo Ju." Aku memukul dadanya dengan kesal, kemudian menutupi wajahku dengan kedua tangan. Aku benar-benar merasa malu. Aku kan bukan remaja lagi, tapi bagaimana bisa aku menatap Seo Ju setelah klimaks yang baru saja aku rasakan?
"Hyung, tataplah aku." Seo Ju menarik telapak tanganku.
Aku menurunkan tanganku perlahan. Beberapa saat kedua mata kami pun bertemu. Wajah Seo Ju tampak memerah. Aku tidak menyangka Seo Ju juga merasakan sesuatu yang sama seperti diriku.
"Kau tahu, hyung. Setiap kali kita melakukan ini hatiku selalu berdebar-debar. Dan aku selalu merasa sangat bahagia hingga tak mampu menutupi rona merah di wajahku. Aku sangat mencintaimu, hyung."
Aku tidak dapat menahan air mata yang menggantung di pelupuk mataku. Cintanya yang begitu tulus, mana mungkin cinta itu salah. Seo Ju sangat mencintaiku. Dan aku mencintainya. Ini sudah cukup.
Tanganku bergerak ke leher Seo Ju dan menariknya agar wajah kami mendekat satu sama lain. Aku mencium bibirnya yang lembut, memberikan sentuhan dan pagutan yang dalam hingga hatiku seakan mau meledak.
"Ehm..., Hyung bisa kita melanjutkan yang ini dulu," Seo Ju melirik ke bagian bawah dan aku tahu apa yang dia maksud.
Aku terkikik. "Tentu, tentu saja. Ah!!"
***
Keesokan paginya setelah malam panjang yang kita lalui aku terlelap pulas. Sampai-sampai aku tak sadar kalau Seo Ju sudah tidak berbaring di ranjang. Setelah membersihkan wajah dan memakai pakaian aku segera keluar kamar.
Dari arah dapur aku mendengar suara kompor menyala. Seo Ju dengan celemek beruang kesukaanya sedang bergelut dengan daging bakar dan sayuran.
"Selamat pagi."
Dia menatapku yang baru datang. Senyumnya mengembang.
"Pagi, Hyung. Tunggulah sebentar lagi daging dan sayurannya akan matang. Kau mau minum air?"
Aku mengangguk. Seo Ju dengan sigap langsung mengambilkan sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin.
"Punggungmu sudah membaik, hyung?"
Nyaris saja aku menyemburkan air ke depan wajahnya.
Seo Ju terkikik karena itu.
"Kau benar-benar senang menggodaku Ahn Seo Ju!"
"Haha..., aku senang melihat wajah merah kekasihku. Ngomong-ngomong Hyung kita belum membicarakannya semalam. Bagaimana makan malam dengan ibu dan kakakmu? Berjalan lancar?"
"Jinhyun memberikan salam padamu."
"Ah, ya aku sudah lama tidak bertemu dengannya, lalu ibumu?"
Aku terdiam. Entah bagaimana reaksi Seo Ju jika tahu ibu berencana untuk memintaku menikah. Akankah Seo Ju marah? Atau dia justru akan merelakanku? Ah, tidak-aku tidak bisa membayangkan kenyataan itu terjadi.
Aku mengangkat kedua bahuku. "Seperti biasa."
"Hyung, bukankah kita tidak pernah menemuinya lagi sejak beberapa tahun yang lalu? Apa menurutmu aku perlu menemuinya lagi?"
"Seo Ju kau tahu apa yang akan terjadi jika kau menemuinya. Dia tidak pernah menyukaimu. Aku tahu dia ibuku tapi aku tidak peduli apakah dia merestui hubungan kita atau tidak."
"Tidak, Hyung. Aku tahu kau tidak peduli dan aku pun sama. Tapi, sebagai kekasihmu bukankah lebih baik jika aku berusaha menemuinya lagi. Aku hanya ingin dia tahu aku mencintaimu hingga saat ini, Hyung."
Aku menatap kedua mata Seo Ju. Lihat! Bagaimana bisa seorang pria setulus dan sebaik ini masih dipandang buruk? Tidak, bukan Seo Ju yang salah. Bagi mereka cinta kami yang salah. Dan aku tidak bisa mengubah pendapat itu meski harus melewati beberapa kehidupan.
"Ibu memintaku untuk menikah."
"Menikah?" Seo Ju menaikan kedua alisnya.
Aku mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Dia tiba-tiba ingin mengatur hidupku dan Jinhyun. Aku tidak ingin melakukan apa yang tidak dikehendaki oleh hatiku. Aku yakin Jinhyun juga berpikiran hal yang sama."
Mendengar perkataanku wajah Seo Ju sedikit berubah. Ada keresahan tergambar jelas pada kedua matanya. Ini yang tidak ingin aku lihat. Seo Ju pasti berpikir aku akan meninggalkannya.
"Hyung.. "
"Jika kau berpikir aku akan meninggalkanmu dan menuruti perintah ibuku, maka kukatakan dari sekarang kau salah. Aku tidak akan menikahi wanita mana pun atau siapapun."
Seo Ju menarik kepalaku dan membenamkan di dadanya. "Aku tahu itu. Terima kasih, hyung karena selalu ada di sampingku."
Dia memberikan kecupan di pucuk kepalaku.
Baru saja aku ingin membalas ciumannya. Nada di ponselnya berdering. Seo Ju lantas mengambil posel dari saku celananya dan mengecek panggilan tersebut. Untuk sesaat dia hanya terdiam, lalu beralih menatapku.
"Hyung, bisakah kau menjaga daging kita dulu. Aku akan mengangkat telepon sebentar."
Aku melirik daging yang masih termasak di atas pan dan mengangguk setuju.
Seo Ju langsung menyingkir dari dapur dan mengangkat panggilan di ponselnya.
Sejujurnya aku tidak tahu cara memasak. Aku bahkan tidak mengerti tanda-tanda daging sudah matang atau tidak. Jadi selama menunggu aku hanya memeloti daging itu tanpa berniat membalik atau mengangkatnya dari kompor.
Setelah beberapa saat Seo Ju kembali. Wajahnya bersinar-bersinar.
"Hyung, aku mendapatkan pekerjaan bagus. Aku akan menjalani syuting untuk music video."
"Benarkah?"
"Ya, tapi karena itu aku harus ke luar kota selama beberapa minggu."
"Selamat Seo Ju. Aku pasti akan merindukanmu."
"Hyung, kau mendukungku bukan untuk ini? Aku tidak ingin meninggalkanmu jika kau tidak mau."
Aku mendekati Seo Ju dan memeluknya. "Aku mendukungmu. Lakukan apa yang kau mau."
"Terima kasih, Hyung."
Sebelumnya, Seo Ju tidak pernah bekerja di luar kota lebih dari tiga hari. Aku tidak tahu sebesar apa nanti aku akan merindukannya. Tapi, aku ingin Seo Ju mencapai apa yang dia inginkan. Aku tidak ingin jadi penghalang baginya. Aku ingin jadi kekuatannya. Dan aku ingin percaya padanya.
To be continue...