"Lu Bochuan, Jiajia adalah putri kandungmu sendiri. Bagaimana bisa kamu…."
"Karena dia adalah keturunan dari keluarga Lu. Maka dari itu, aku sebagai tetua di keluarga Lu harus memberinya pelajaran hari ini sehingga dia tidak akan melakukan hal yang lebih memalukan lagi nanti."
Sebelum Du Xiangjun menyelesaikan ucapannya, Tuan Besar Lu sudah lebih dulu menginterupsinya dengan tajam. Suaranya terdengar tidak senang.
"Jika dia bukan bagian dari keluarga Lu, apa menurutmu kami mau repot-repot mendidik putrimu ini?"
"Xiangjun, jangan salahkan aku karena telah mengatakan sesuatu yang buruk. Putrimu semakin tidak bisa diatur karena kamu terlalu memanjakannya!"
Ucapan Tuan Besar Lu jelas bermaksud menyalahkan Du Xiangjun karena tidak bisa mendidik putrinya dengan baik.
"Ayah!"
Du Xiangjun tahu bahwa Tuan Besar Lu tidak menyukai mereka. Akan tetapi, setelah mendengar ucapannya, dia semakin tidak bisa menahan amarahnya. Matanya tampak memerah.
Dia tidak mampu mendidik putrinya? Akan tetapi, sebagai seorang ayah, apa pernah Lu bochuan terlihat mendidik putrinya?
Selama bertahun-tahun, jangankan menghabiskan waktu bersama, bahkan dia tidak pernah sekalipun makan bersama putrinya.
Tuan Besar Lu ini juga mengetahui semuanya.
Biarpun Tuan Besar Lu tahu betul jika putranya bersalah, tapi dia tidak pernah menyalahkannya. Kini, pria tua itu justru menasehatinya?
Kalau saja orang tuanya tidak mendidiknya dengan baik sejak kecil, dia pasti akan langsung mencabik-cabik wajah pria tua ini.
"Cukup. Sebagai seorang ibu, jika kamu tidak mau kembali ke kamar, maka cukup berdiri dan dengarkan saja."
"Hari ini, Jiajia harus menjelaskan apa yang terjadi. Katakan, ke mana kamu pergi sampai tidak pulang semalam!"
Kalimat pertama yang diucapkan Tuan Besar Lu adalah untuk Du Xiangjun. Sementara kalimat di bawahnya ditujukan pada Lu Zijia.
Jika yang menginterogasi putrinya adalah Lu Bochuan, Du Xiangjun pasti akan melawannya.
Sayangnya, Tuan Besar Lu yang menanyakannya. Dia adalah wanita yang berpendidikan. Jadi, tidak mungkin baginya untuk membuat masalah dengan orang yang lebih tua.
"Ayah…." Ekspresi Du Xiangjun tampak sedih. Dia ingin membantu putrinya.
Namun, sebelum dia mulai bicara, Tuan Besar Lu sudah kembali memperingatkannya, "Kalau kamu bicara lagi, aku akan menyuruh pelayan untuk menyeretmu masuk ke dalam kamar."
Wajah Du Xiangjun memucat seketika. Dia tidak berani untuk bicara lagi.
"Kakek, jangan marah. Adik mungkin terlalu bersenang-senang semalam sehingga dia lupa untuk pulang."
Di titik ini, Lu Wanyue berjalan ke sisi Tuan Besar Lu dan mencoba menenangkan pria itu layaknya gadis yang baik.
Bukannya menenangkannya, kata-kata Lu Wanyue justru membuat Tuan Besar Lu semakin meradang. Dia memelototi Lu Zijia. Kemudian, dia menggebrak meja di hadapannya sambil berteriak marah, "Katakan! Kemana kamu semalam!"
Jika itu adalah pemilik aslinya, dia pasti akan sangat ketakutan melihat kemarahan Tuan Besar Lu.
Akan tetapi saat ini, bahkan Lu Zijia sama sekali tidak menganggap serius kemarahan pria tua itu.
"Kalian semua tahu betul ke mana aku pergi semalam."
"Jika kalian ingin mendapatkan keuntungan dari keluarga Mu, sebaiknya kalian doakan aku saja agar tetap aman dan sehat."
"Kalau sampai sesuatu terjadi pada diriku, maka apa yang kalian rencanakan tidak akan ada gunanya lagi."
Lu Zijia tidak berniat untuk bermain sandiwara dengan mereka, Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya.
Selain Du Xiangjun, ekspresi semua orang berubah drastis.
Tiba-tiba, tatapan Lu Zijia jatuh ke arah Lu Bochuan. Dia menyunggingkan senyuman seraya berkata dengan penuh arti, "Selamat atas 'rumput hijau-mu'--perselingkuhan."
Lu Zijia menekankan kata 'rumput hijau' dengan samar. Namun, jika tidak didengarkan secara seksama, maka tidak akan ada yang bisa mendengarnya.
Adapun alasan kenapa dia mengatakan itu pada Lu Bochuan….
Tentu saja, karena Lu Bochuan telah terlibat skandal perselingkuhan yang serius.