Mendengar suara dari luar yang semakin mendekat, Lu Zijia terburu-buru memasukkan buah roh yang ada di tangannya ke dalam mulut.
Meskipun buah roh tidak dapat menghilangkan efek samping obat di tubuhnya, tapi setidaknya bisa menenangkannya. Dia hanya ingin ada secercah harapan yang bisa menyelamatkannya.
Lagi pula, jangankan pergi ke rumah sakit, bahkan sekarang dia tidak bisa meninggalkan ruangan ini.
Klik~~
Sebelum Lu Zijia memakan buah roh yang kedua, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
Saat pintu terbuka, Lu Zijia langsung memasukkan kembali buah roh yang tersisa ke Ruangan Kuno.
Mu Tianyan mengendalikan kursi rodanya memasuki kamar mandi. Sekilas dia bisa melihat kulit Lu Zijia yang memerah. Seolah-olah dia bisa meledak dan mati kapan saja.
Sepasang mata Lu Zijia sudah sangat merah. Hal tersebut membuatnya terlihat cukup menakutkan.
"Keluar."
Setelah menatapnya sekilas, Mu Tianyan mengucapkan satu kata sebelum keluar lagi meninggalkan kamar mandi.
Lu Zijia mengerutkan kening. Berkat buah roh, dia sudah sadar kembali. Dia segera berusaha menebak apa yang ingin dilakukan oleh Mu Tianyan.
Namun setelah berpikir lama, Lu Zijia masih belum menemukan jawabannya.
Akan tetapi yang pasti, Mu Tianyan tidak berniat membunuhnya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Lu Zijia bangkit dengan lemah seraya memegang tepian bak mandi.
Dengan susah payah, dia akhirnya berhasil keluar dari bak mandi. Ketika dia melewati cermin di kamar mandi, Lu Zijia tercengang melihat pakaiannya yang menjadi tembus pandang setelah basah kuyup!
Adegan Mu Tianyan saat melemparkan selimut padanya tiba-tiba muncul dalam benaknya. Lu Zijia merasa wajahnya semakin panas. Dia nyaris meledak marah.
Dia, dilihat oleh seorang pria?
Er … sebenarnya tidak juga.
Pasalnya, tiga bagian penting dari tubuhnya tertutupi oleh pakaian dalam….
Raut wajah Lu Zijia berubah. Akhirnya, dia kembali tenang.
Karena pria itu sudah berinisiatif memberikannya selimut untuk menutupi tubuhnya, maka dia akan berbaik hati memaafkan pria itu!
Setelah mengenakan selimut milik Mu Tianyan, Lu Zijia melangkah keluar dengan lemah seraya berpegangan di dinding.
Setiap langkah membuatnya merasa semakin buruk. Rasa panas di dalam tubuhnya pun semakin meningkat.
Mu Tianyan tampak tidak senang melihat Lu Zijia yang terlalu lambat berjalan keluar.
Namun, dia tidak banyak bicara. Dia hanya melemparkan sebuah botol kecil pada Lu Zijia.
Lu Zijia sontak mengangkat tangannya. Akan tetapi karena tenaganya sudah habis, tangannya hanya bisa menyentuh botol itu tanpa bisa menangkapnya.
Untungnya, ada karpet tebal yang melapisi lantai sehingga botol itu tidak pecah saat jatuh.
"Apa ini?"
Lu Zijia duduk di atas lantai. Dia mengambil botol kecil tersebut dan melihatnya. Ternyata di dalamnya berisi semacam cairan putih.
Mu Tianyan meliriknya dengan dingin, "Minum itu jika kamu tidak ingin meledak dan mati."
Mendengar ucapan Mu Tianyan, Lu Zijia langsung paham jika cairan putih yang ada di dalam botol adalah penawar dari obat yang ada dalam tubuhnya.
Tatapan Lu Zijia melirik ke arah pintu kamar dan berkedip cepat, 'Apakah ada orang yang mengantar obat penawar ini? Atau pria ini memang menyiapkannya sejak awal?'
Namun tetap saja, dia berhutang budi pada pria ini karena dia memberinya obat penawar. Selain itu, dia telah menyelamatkan hidupnya.
Tentu saja, dengan syarat obat penawar ini benar-benar bekerja.
Lu Zijia membuka tutup botol dan diam-diam mencium aromanya. Selang dua detik kemudian, dia tahu bahwa cairan itu tidak mengandung racun sama sekali.