webnovel

Maaf, Aku Sudah Tidak Tahan

Editor: Wave Literature

Saat dia menangis keras, bisa terlihat jika dia telah kehilangan gigi depannya!

Dan gigi depan putihnya itu kini tertahan di dalam mulutnya. Giginya enggan untuk keluar.

"Pffttt~~"

Saat Mu Ruishu menangis sesenggukan, Lu Zijia justru tidak bisa menahan tawanya.

Melihat tatapan dalam Mu Tianyan, Lu Zijia pun buru-buru meminta maaf, "Maaf, aku tidak tahan."

Meskipun bibirnya mengucapkan kata maaf, tapi senyum di wajahnya tidak pudar sama sekali.

Mu Tianyan, "..."

Kenapa dia juga ingin tertawa saat melihat wanita ini tertawa?

"Huaaa~~ wanita jahat. Kamu masih bisa tertawa huaaa~~ ini salahmu huaaa~~"

"Papa, papa tolong usir dia, hmm? Dia jahat. Suruh dia pergi."

Melihat Lu Zijia, sang 'tersangka' masih bisa menertawakannya, Mu Ruishu semakin marah. Dia mengambil kesempatan itu untuk membujuk Mu Tianyan.

"Hei, hei, Nak. Kamu mengatakannya karena sedang marah. Kamu yang salah."

"Papamu juga ikut melihatnya. Kamu yang menggigitku sampai gigi depanmu tanggal. Kenapa kamu malah menyalahkanku?"

Lu Zijia mengangkat bahu. Dia menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak bersalah.

Kemudian, dia berkata lagi dengan nada menghibur, "Jangan khawatir, kamu sangat imut. Bahkan, jika kamu tidak punya gigi depan, kamu masih sangat imut. Kakak masih menyukaimu."

"Saat kamu bicara, usahakan jangan membuka mulutmu terlalu lebar. Saat temanmu melihatnya, mereka mungkin akan tertawa. Akan tetapi, itu bukan masalah besar. Kamu akan terbiasa setelah ditertawakan selama beberapa hari."

Kata-kata Lu Zijia tidak terdengar menghibur tuan muda kecil ini. Dia justru terdengar mengejeknya.

Benar saja, Mu Ruishu kembali menangis. Suara kecilnya yang nyaring hampir bisa menembus atap.

Melihat tangisan sedih Mu Ruishu, Lu Zijia akhirnya sedikit tersadar. Apakah dia terlalu berlebihan?

Namun, pemikiran itu hanya bertahan sebentar.

Pelayan yang mendengar suara tangisan di taman belakang bergegas melihat Mu Ruishu. Dia segera berlari dan berjongkok di hadapan bocah itu.

"Tuan Muda Kecil, Anda kenapa? Kenapa menangis begitu keras? Apa Anda merasa tidak enak badan?"

Mu Tianyan memimpin Grup Mu yang begitu besar. Jadi, dia jarang merawat Mu Ruishu. Sementara, pria setengah baya itu adalah pelayan yang selalu mencurahkan hampir seluruh waktunya untuk merawat Mu Ruishu.

Paman He menyayangi Mu Ruishu. Dia sudah menganggap bocah itu seperti cucunya sendiri. Dia ikut sedih melihat anak ini menangis sesenggukan.

"Tuan Muda Kecil, berhenti menangis. Ayo, beritahu Kakek, Anda kenapa? Kakek akan memeriksa Anda."

Paman He memiliki pengetahuan mengenai pengobatan tradisional Tiongkok. Jadi, dia tahu betul kondisi fisik Mu Ruishu. Dia hanya tidak ingin terjadi apa-apa dengannya.

"Huaa~~ Kakek He, gigiku tanggal!"

Mu Ruishu semakin merasa sedih begitu melihat pelayan yang sangat menyayanginya itu. Dia terus menangis.

Sambil memegang tangan mungilnya yang gemuk, Paman He memeriksa denyut nadinya. Dia terkejut sejenak, sebelum mengusap kepala Mu Ruishu untuk menghiburnya.

"Tidak apa-apa. Anda memang berada di usia di mana gigi Anda akan tanggal satu persatu. Nanti, gigi Tuan Muda akan tumbuh lagi."

"Bukankah kemarin Anda memberitahu Kakek kalau gigi Yangyang juga tanggal?"

"Jadi, wajar jika gigi Anda tanggal. Tuan Muda tidak perlu takut."

Paman He membujuknya dengan lembut dan sabar. Kemudian, dia berkata lagi, "Tuan Muda Kecil, di mana giginya? Berikan pada Kakek."

"Kakek akan melemparkannya ke atap, agar gigi baru Tuan Muda bisa tumbuh dengan cepat."