Dia terlihat tidak percaya ketika mendengar dokter berkata bahwa dirinya hanya mengalami memar ringan. Bahkan, tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Tiba-tiba, sopir itu teringat akan sesuatu. Dia merogoh saku baju tempat jimat itu berada.
Namun, di dapati hanyalah sejumput abu hitam yang langsung terbang begitu tertiup angin.
Sopir itu menatap telapak tangannya sendiri. Wajahnya memerah karena sangat terharu. Rasanya, dia ingin memutar waktu dan bersujud di hadapan Lu Zijia untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Di saat yang bersamaan, dia merasa lega karena tidak membongkar jimat yang dimasukkan ke dalam lipatan uang kertas 100 yuan tadi.
Sopir itu langsung berkeringat dingin saat memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi jika dia membongkar jimat tadi.
***
Lu Zijia menyusuri sepanjang jalan menuju kediaman Lu. Hal tersebut membuat semua penduduk perumahan menatap aneh pada dirinya.
Lu Zijia tidak ambil pusing. Dia tetap berjalan dengan tenang menuju kediaman Lu. Seolah-olah tidak menyadari banyak tatapan aneh yang dilayangkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Saat seorang pelayan yang sedang menyapu di halaman depan melihat kepulangannya, pelayan itu segera berbalik dan mengeluarkan ponselnya. Sepertinya, dia tengah melaporkan sesuatu pada seseorang.
Lu Zijia hanya melirik pelayan itu dengan santai. Lalu, dia mengalihkan pandangannya dan masuk ke dalam rumah.
"Adik, akhirnya kamu pulang juga. Semua orang mengkhawatirkanmu karena semalam kamu tidak pulang."
Begitu Lu Zijia memasuki ruang tamu, dia melihat seorang wanita muda dengan rambut keriting panjang menyambutnya layaknya seorang kakak perempuan.
Lu Zijia dapat mengenalinya hanya dengan sekali lihat. Wanita muda yang terlihat peduli padanya ini adalah kakak tirinya, Lu Wanyue.
Lu Zijia diam-diam menghindar ketika Lu Wanyue akan menarik tangannya.
Berdasarkan ingatan pemilik asli tubuh ini, Lu Wanyue begitu baik terhadap dirinya. Bahkan ketika terlalu hingga semua keluarga menyayangi gadis itu. Akan tetapi sebaliknya, mereka justru semakin tidak menyukai pemilik asli tubuh ini.
Setelah berpuluh-puluh tahun, Lu Wanyue berhasil menjadi Nona Muda Lu yang begitu dicintai. Sementara, pemilik asli tubuh ini seperti ibunya yaitu menjadi orang yang paling tidak disukai dan tidak dianggap.
Adapaun alasannya, Lu Wanyue dan gundik itulah yang membuat semua ini terjadi.
Tentu saja, keluarga Lu yang lainnya juga tidak lebih baik.
"Jiajia, kamu sudah pulang. Syukurlah kalau kamu pulang dalam keadaan baik. Syukurlah, kamu baik-baik saja…"
Sebelum Lu Wanyue sempat mengatakan sesuatu, sosok lain muncul di hadapan Lu Zijia. Memeriksanya dari atas ke bawah untuk melihat apakah dia terluka.
Setelah memastikan bahwa putrinya tidak terluka, Du Xiangjun pun langsung memeluk erat putrinya dengan air mata yang berlinang. Tubuhnya gemetar karena ketakutan.
Dapat Lu Zijia lihat kalau ibu pemilik tubuh ini begitu mengkhawatirkannya. Dia terlihat sangat menyayangi putrinya.
Jadi, meskipun masih belum terbiasa, gadis itu berusaha menahan diri untuk tidak mendorongnya menjauh.
"Maaf, sudah membuat Ibu khawatir."
Lu Zijia mengangkat tangannya. Dia menepuk punggung Du Xiangjun, lalu menenangkannya dengan lembut.
"Adik, kenapa kamu pulang dengan piyama?" Lu Wanyue yang tanpa sadar telah diabaikan oleh ibu dan anak itu bertanya dengan ekspresi bingung.
Kemudian, dia langsung meminta maaf seolah-olah menyadari telah mengatakan hal yang salah, "Maafkan aku, Adik. Aku tidak bermaksud begitu."
"Adik, aku harap kamu tidak salah paham. Aku minta maaf. Kamu tidak marah, kan?"
Permintaan maaf Lu Wanyue yang seolah-olah dikatakan dengan tidak sengaja, pada dasarnya bertujuan untuk mempermalukan Lu Zijia.
Di saat yang sama, dia mengingatkan orang-orang yang ada di sana bahwa Lu Zijia tidak pulang tadi malam. Begitu pulang, gadis itu malah memakai piyama.
Karena 'ketidaksengajaan' Lu Wanyue, ditambah dengan adanya 'bukti yang kuat' membuat semua orang berpikir yang tidak-tidak terhadap Lu Zijia.