Lu Zijia beralasan pada ibunya jika dia akan merawat seorang teman yang sakit dan akan kembali dalam dua hari sehingga sang ibu tidak perlu khawatir.
"Jiajia."
Melihat putrinya yang akan pergi, Du Xiangjun dengan cemas menghentikannya. Kemudian dia menanyakan apa yang sudah ingin dia tanyakan sejak tadi.
"Jiajia … bisakah kamu memberitahu Ibu. Apa yang terjadi padamu semalam?"
"Apakah ada hubungannya dengan gundik itu? Apa dia telah melakukan sesuatu padamu di belakangku?"
"Jijia, beritahu Ibu. Jika dia benar-benar melakukan sesuatu padamu, Ibu akan mempertaruhkan nyawa Ibu untuk membalas perbuatannya!"
Tanpa Du Xiangjun sadari, suaranya terdengar gemetar dan ketakutan.
Dia mencengkram erat tangan sang putri.
Lu Zijia tahu dia harus memberitahu Du Xiangjun tentang masalah ini agar wanita itu tidak berpikiran yang aneh-aneh.
Awalnya, Lu Zijia ingin mengatakannya saat makan malam, tapi tiba-tiba Mu Yunhao datang.
Lu Zijia pun dengan cepat menceritakan pada ibunya apa yang terjadi semalam. Dia menekankan bahwa Mu Tianyan tidak melakukan apapun padanya. Pria itu justru menyelamatkannya.
Tentu saja dia melewatkan bagian yang memang tidak boleh dikatakan, seperti … dia bukan Lu Zijia yang asli.
"Lu Bochuan si*lan. Bagaimana bisa dia begitu kejam? Bagaimana bisa keluarga Lu sekejam itu?!"
"Kamu adalah putri dan cucu kandung mereka! Bagaimana mereka bisa memperlakukanmu seperti ini."
"Mereka seperti monster. Bahkan lebih kejam daripada monster! …."
Setelah mengetahui kebenarannya, Du Xiangjun meraung sedih. Seolah dia adalah induk serigala yang terluka dan ingin mencabik-cabik mereka yang telah menyakiti anaknya.
Setelah itu, Du Xiangjun keluar sambil menangis. Dia berniat mencari keadilan untuk putrinya.
"Bu, tenanglah. Aku sudah baik-baik saja, tenanglah…."
Lu Zijia memeluk Du Xiangjun dan memintanya untuk duduk di sofa. Kemudian, Lu Zijia menepuk punggungnya dan menenangkannya dengan sabar.
"Jiajia, Jiajia, semua salah Ibu yang tidak berguna. Ibu tidak berguna. Jika sejak awal Ibu membawamu pergi dari kediaman Lu. Ibu pasti tidak akan hampir kehilanganmu."
"Jiajia, maafkan Ibu. Maafkan Ibu…."
Du Xiangjun memeluk putrinya dengan erat. Tubuhnya gemetar hebat. Dia sangat ketakutan karena hampir kehilangan putrinya.
Lu Zijia dengan sabar menenangkan. Ada kilatan kerumitan terpancar di matanya.
Jika Du Xiangjun tahu bahwa putri kandungnya benar-benar meninggal tadi malam, entah apa yang akan terjadi.
Tidak lama kemudian, Du Xiangjun sudah lebih tenang. Dia dengan cepat menghapus air mata di wajahnya dan berlagak baik-baik saja.
"Ibu baik-baik saja. Jijia tidak perlu khawatir. Pergilah dan rawat temanmu. Tapi jangan lupa untuk menjaga dirimu sendiri."
"Hubungi ibu jika terjadi sesuatu, oke?"
Du Xiangjun memaksakan senyum dengan mata merahnya. Dia memberitahu putrinya dengan cemas.
Lu Zijia berjanji. Akhirnya, dia pergi dari vila di bawah tatapan keberatan sang ibu.
Setelah sang putri pergi, senyum Du Xiangjun langsung lenyap. Ekspresinya perlahan berubah penuh kemarahan dan kebencian.
Keluarga Lu sudah begitu berani melakukan ini pada putrinya yang berharga. Apa mereka benar-benar berpikir bahwa setelah dia meninggalkan keluarganya sendiri, dia tidak akan bisa melakukan apapun pada keluarga Lu?
'Kalian tunggu saja! Aku akan membuat hidup kalian menderita. Bahkan meskipun nyawaku taruhannya!'
Dada Du Xiangjun kembang kempis. Sorot matanya penuh dengan kebencian.
Namun, tatapannya melunak saat tak sengaja melihat ke arah meja yang di atasnya sudah terdapat dua hidangan sederhana dan semangkuk sup.