webnovel

Awakening Of The Fallen Soul

Violet Charlotte, hanya memiliki dua pilihan dalam hidup. menjadi seorang Ratu di negeri nya, atau di negeri pasangannya. pilihan tersebut membuat nya di tuntut untuk terus-menerus melakukan hal egois, pilihan yang selalu membawanya ke ambang penyesalan tak berakhir. sedangkan takdir tidak memperdulikan hal tersebut, suka ataupun tidak, pada akhirnya Violet memang harus tetap memilih, dan menerima apapun hasil yang akan diterima dari keputusan nya.

Ni_zza · Historia
Sin suficientes valoraciones
131 Chs

seorang pewaris

"selamat datang kembali, Violet," ucap Adam yang dramatis, membuat Violet memutar bola mata malas.

"Kevyan biar pelayan saja yang bawa, karena kau akan melakukan peluk memeluk hangat kepada keluarga yang sudah merindukan mu," lanjut Adam lagi.

Violet membenarkan dalam benak perkataan Adam, akan terasa tidak sopan baginya ketika yang lain tengah menikmati suasana kebersamaan serta penyambutan kedatangan dirinya dan Adam, tapi ia malah sibuk sendiri dengan Kevyan.

"ayo." Adam menautkan tangannya pada Violet. awalnya ditepis seperti biasa, namun ketika Violet menyadari akan ada yang memperhatikan mereka nanti, dengan hati terpaksa Violet membiarkan Adam menggenggam tangannya.

mereka berjalan santai menaiki satu persatu anak tangga menuju pintu utama istana Etherria. dari jarak yang cukup jauh, Violet dapat menangkap siluet beberapa orang yang tengah berdiri sambil melempar canda ria satu sama lain.

"kau ingat kan perkataan ku saat di kereta tadi, jika kau ada bertemu dan berbicara dengan Raja Aldridge, kau harus segera memberitahuku, harus sesegera mungkin," tekan Adam dengan nada berbisik.

"memangnya kenapa jika aku bertemu dengan Raja Aldridge, aku merasa tidak memiliki kewajiban untuk memberitahu mu," balas Violet geram, ia sudah letih mendengar kalimat yang sama terus terucap berulang kali dari mulut Adam.

"intinya kau harus memberitahuku, Violet."

"tidak akan pernah!"

"Violet, jangan membantahku!"

"kau juga tidak berhak untuk mengaturku!"

"tentu aku memiliki hak itu, aku adalah Raja mu, suami mu, dan kau harus selalu menuruti semua perintahku."

mata Violet melirik sinis Adam yang masih memandang lurus ke depan. "aku menikahi mu bukan untuk diperbudak oleh mu!"

"oh, ya?"

"kalau kau lupa, mungkin seharusnya kaulah yang harus mengikuti semua perintahku," ucap Violet dengan seringai yang sengaja ia tampakkan.

"mengancam ku, Nyonya Dawson?"

"Ratu, lebih tepatnya."

"baiklah, Ratu Violet, kau berusaha mengancam ku? jujur saja itu tidak akan pernah mempan."

"aku sama sekali tidak mengancam mu! itu sudah menjadi salah satu fakta yang harus selalu kau ingat, dan satu hal lagi, aku sama sekali tidak Sudi nama mu ada di belakang nama ku!" Violet melepaskan tautannya dengan Adam, ia mempercepat gerak langkahnya, meninggalkan Adam yang menatap dari belakang dengan tatapan pasrah.

***

letih.

hal itulah yang tengah Violet rasakan. sehabis melakukan perjalanan jauh, ibu dan ayahnya seperti sama sekali tidak mengizinkannya untuk beristirahat.

bukan tidak mengizinkan, lebih tepatnya dirinya sendiri yang mengatakan bahwa ia tidak lelah, padahal tulangnya sendiri seperti sudah berpindah dari tempatnya.

sambutan hangat sudah ia lewati beberapa saat yang lalu, Adam yang tadi ia tinggalkan pun tak dilewatkan oleh anggota keluarga Violet untuk berbagi kerinduan.

namun, satu hal yang membuat Violet serasa ingin gantung diri ialah. ia terpaksa harus berada dalam satu kamar yang sama dengan Adam.

mungkin sekarang Violet baru menyesali keputusannya yang menolak Freya ikut bersama mereka, jika Freya ikut. Adam pasti akan langsung ia tendang ke kamar Freya agar tidak mengusik waktu tenang nya. keluarga yang lainpun pasti tidak akan curiga, karena semua sudah mengetahui fakta bahwa Freya adalah selir utama sang Raja barat.

berbagi kamar dengan Adam adalah hal terburuk yang saat ini ia tengah alami, belum lagi tatapan lelaki itu yang sedari tadi tak mengedipkan mata saat memandangnya, memangnya Violet tidak menyadari nya apa. itu sangat membuatnya risih.

"aku ingin bertanya," tanya Violet kepada Adam, berharap lelaki itu segera mengalihkan pandangannya ke objek lain, setidaknya selain dirinya.

"apa?"

"Kevyan ada di mana?"

"Kevyan, dia bersama entahlah, aku juga tidak tau."

"apa maksudmu!!" Violet spontan melotot kearah Adam yang masih menatapnya santai.

"aku tidak tau dia bersama siapa, maksudku aku tidak tau sebutan apa untuk orang yang sedang bersama Kevyan. duh, kau mengerti maksud ku kan, tadi ku lihat Kevyan sedang bersama beberapa gadis muda, tapi tidak terlihat seperti pelayan, jadi aku tidak tau mereka siapa. intinya seperti itu!"

Violet mengernyit bingung. pikirnya, siapa lagi perempuan-perempuan yang berkeliaran di dalam istana jika bukan para pelayan.

"apa dia mengenakan pakaian pelayan, atau semacamnya?" tanya Violet.

"tidak, dia terlihat sama seperti kita."

"seperti kita? maksudmu seorang bangsawan?"

"ya, mungkin Etherria memiliki tamu bangsawan lainnya, kau tidak perlu khawatir Violet. tidak akan ada yang berani menyakiti anakmu."

"ck, kau jadi ayah nya sama sekali tidak khawatir, begitu?" Violet mendelik tak suka.

Adam tertawa nyaring, namun terlihat jelas bahwa sedang di buat-buat.

"untuk apa khawatir, anak ku tidak akan takut pada siapapun. yang ada, orang yang berniat jahat itulah yang takut padanya."

"memangnya kau tau dari mana, hah? kevyan masih sangat kecil, tidak mengerti apapun. berbicara saja tidak bisa, bagaimana cara dia melawan saat ada yang mencoba menyakitinya? kau pikir Kevyan bisa langsung meninju dan menendang orang itu, bahkan bayi itu masih berusia beberapa bulan, tapi pemikiran mu seperti sama sekali tidak sampai kesana, ayah seperti apa kau itu? tidak memperhatikan keselamatan putranya! kau akan mendapatkan murka ku jika sampai terjadi apa-apa pada kevyan!!!"

"sudah mengoceh nya?"

Degg

Violet terperanjat saat merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang. posisi nya tadi memang tengah membelakangi Adam karena enggan menatap wajah lelaki itu, tapi... perlakuan seperti ini sama sekali tidak pernah terpikirkan akan dilakukan oleh Adam kepadanya.

tangan Adam meraba pelan perut rata Violet, meninggalkan sensasi menggelitik yang membuat wajah Violet kontan memanas, jantung nya sendiri sudah berdenyut kencang sampai ia sendiri dapat merasakan setiap debarannya.

"kenapa diam, tidak mau lanjut mengoceh?"

"le--lepas!"

"lepaskan apa? aku tidak sedang memegang barang."

"lepas, Adam!"

"kau ingin aku melepaskan apa?"

Violet diam, salahkah jika ia mengatakan, bahwa sebenarnya ia juga tidak rela kalau Adam betul akan melepas rengkuhan hangatnya.

ada gejolak aneh dalam dirinya, seolah seperti dorongan agar ia membalas pelukan adam. namun, karena ego dan rasa gengsi yang besar dalam dirinya, membuatnya bertindak seolah ia tidak menginginkan semua perlakuan Adam.

"kenapa baru sekarang aku menyadari, bahwa sejak awal aku sudah memujamu, Violet."

***

"kapan terakhir kali, kita menghabiskan waktu bersama begini kira-kira?"

"sepertinya saat itu sudah cukup lama, ibu," jawab Violet dengan senyum yang merekah di bibir ranumnya.

"jujur saja, ibu merindukan saat seperti ini dengan mu Violet, apalagi ketika ibu memberikan nasihat yang dibalas rengekkan manja mu itu," sahut Arina menatap Putrinya dengan tatapan teduh.

"aku juga merindukan hal itu," sahut Violet tulus.

"ibu yakin bahwa kau dapat membenahi diri dimana pun kau berada, karena dari awal ibu tau, bahwa kau akan menjadi Ratu yang hebat."

Violet mengamati raut ibunya yang berubah serius.

"hidup di Kerajaan Barat sepertinya tidak buruk untuk mu Violet, bukan begitu?"

"iya, ibu."

"ibu tau, awalnya kau akan sangat terpukul dengan keputusan suamimu. tapi ibu yakin, kau juga tau bahwa seorang Ratu harus terbiasa dengan segala hal yang dilakukan Raja nya, termasuk keputusan mendadak suamimu mengenai selirnya."

"tentang itu, aku sudah mulai membiasakan diriku, ibu."

"benarkah?" tanya Arina penuh selidik.

"iya, seperti itulah."

"jadi kau merelakan nya begitu saja?"

"memangnya apa yang harus ku lakukan lagi, ibu?"

"dengarkan ibu, Violet. kau mungkin seorang Ratu hari ini, tapi itu tidak akan menjamin bahwa kau masih akan menjadi Ratu di hari esok."

Violet menunduk, berusaha mencermati setiap perkataan Arina.

"ibu sedang tidak menghasut mu, tapi ibu memperingatkan mu. jangan membuat selir itu semakin besar kepala Violet!"

"lalu, hal apa yang harus ku lakukan?"

"ibu tanya satu hal, apa kau sudah melakukan hubungan suami-istri dengan Adam?"

"be--belum ku lakukan."

hening.

"kau tidak sedang bercanda kan, Violet?"

"tidak ibu, tapi aku dan Adam memang belum melaku--"

"jangan membuat kesalahan lebih dari ini, sebelum kau menghadirkan sang pewaris tahta kerajaan diantara kau dan Adam, pernikahan ini hanya akan menjadi sebatas pernikahan aliansi."

"tapi kami sudah memiliki, kevyan. ibu... Kevyan adalah putra kami."

"Violet, ibu rasa kau sudah cukup pintar untuk membedakan setiap hal yang ada di dunia ini, ibu akui bahwa keputusan mu mengangkat Kevyan sebagai putramu sangatlah mulia. tapi, ibu tidak akan pernah setuju jika kau memutuskan untuk menjadikan kevyan sebagai putra mahkota, karena mau bagaimanapun juga, tidak akan ada pembenaran jika suatu saat kalian memutuskan untuk mengangkat Kevyan sebagai Putra mahkota, singkirkan perasaan keibuan mu itu Violet." Arina menatap tak percaya terhadap Violet yang seolah buta akan semuanya, ia merasakan sedikit perasaan kecewa.

"kau harus menyelesaikan hal ini secepatnya Violet, sebelum selir suamimu memberikan seorang anak, ibu harap kau sudah lebih dulu memberikannya. ibu hanya tidak ingin apa yang sepantasnya menjadi hak dari anakmu kelak, di ambil alih oleh anak haram--"

"ibuu!"

"ibu serius! kau harusnya mendengarkan ibu, ibu sudah melakukan banyak perjuangan hingga bisa sampai ke tahap ini, jika saja ibu sudah putus asa sejak dulu, mungkin ayah mu itu sudah akan memiliki selir."

"jadi ayah pernah berniat memiliki selir?"

"bukan lagi berniat, jika saja ibu tidak memperjuangkan lebih pernikahan ini, ibu yakin sekarang, kau sudah akan dipilih kasihkan oleh anak selir ayahmu, tapi syukurnya hal itu tidak sampai terjadi, dan ibu tidak ingin hal itu terjadi padamu."

"ingat Violet, lelaki akan lupa segalanya jika sedang dilanda rasa bahagia, kau harus menjadi orang pertama yang memberi kebahagiaan itu, jika kau tidak ingin masa depan anakmu terancam. bukan hanya untuk anak mu di masa depan, melainkan juga untuk Kevyan."

Violet termenung sejenak, ia paham dengan maksud penjelasan ibunya, tapi melakukannya akan terasa jauh lebih sulit.

"Hormat hamba, ibu Ratu."

Arina dan Meghan menatap seseorang di hadapan mereka.

"Raja Aldridge, sedang apa sendiri disini?" tanya Arina.

"hanya melihat-lihat setiap sisi dari kerajaan Etherria yang indah ini," jawab Aldrige ramah.

"kalau begitu, kau pasti perlu seseorang untuk menemani mu kan? bagaimana jika Violet menemani mu untuk berkeliling?"

"dengan senang hati jika Ratu Violet berkenan," ucap Aldrige.

Violet menatap pias kearah ibunya, sudah dipastikan bahwa ia tidak akan bisa mengelak dan lari begitu saja dari situasi ini.

"temani Raja Aldridge berkeliling istana, Violet. ibu akan kembali menemui ayahmu."

"ibu," cicit Violet pelan, rasanya ingin menolak, tapi tata Krama kesopanan tidak mengizinkan dirinya untuk melakukan hal itu.

"kalau begitu, akan ku tinggalkan kalian." Arina berjalan menjauh. menyisakan Aldridge yang tengah menatap intens paras Violet.

"Mari, Ratu Violet. sepertinya akan ada banyak hal yang akan aku tanyakan kali ini."

"sialan!" batin Violet.

***

•TBC•