webnovel

part 4

Arash 👨

Udah panas, gerah lagi!

Ngga tau apa yang salah sama matahari siang ini. Aku melempar asal handuk kecil yang tadi selesai aku gunakan untuk mengelap keringatku. Aku habis latihan basket kalau kalian mau tau. Setelah itu aku melangkah ke kamar mandi.

Bukan! Aku bukan ikut eskul di sekolah. Aku hanya sangat menyukai olahraga itu, jadi aku rutin melakukannya sendiri di rumah. Aku bahkan mengikuti eskulnya kemarin saat masih Smp.

"Hai Arash!"

Aku yang sedang mengelap rambut basahku di depan cermin spontan melirik ke arah pintu.

Terlihat kakak perempuanku dengan balita laki-laki di gendongannya sedang berdiri di depan pintu kamarku.

"Eh, kak Syl! Kapan dateng?" Sapaku dengan ramah.

"Barusan" Jawab kak Arsyla dengan nada yang kelewat ceria. Membuatku curiga saja. Perasaanku jadi ngga enak nih..

"Bareng bang joe?" Tanyaku sedikit berbasa-basi. Bang joe itu suaminya.

"Iyah. Kita mau kencan malam ini" Kak Arsy sedikit memekik saat mengucapkan itu.

Perasaanku jadi semakin ngga enak aja.

"Kencan?" Tanyaku curiga.

"Iyaa. Jadi kakak titip Juna sama kamu yah!?"

Tuh kan bener firasatku tadi?

Mataku beralih melihat Arjuna yang sedang melihatku dengan tatapan bosannya. Seolah ponakanku itu ingin mengatakan kalau dia sangat keberatan kalau dirinya dititipkan kepadaku. Asal kalian tau saja, aku tidak pandai berinteraksi dengan anak kecil.

Dan Juna seakan sudah sangat mengerti dengan hal itu.

Aku tidak pandai menghibur atau mengajaknya bermain, dan kak Arsy tau itu. Jadi aku masih tidak mengerti kenapa kak Arsy malah menitipkan Juna padaku dan bukannya pada Wenda- adiknya bang Joe, yang jelas-jelas cewek, dan sangat menyukai anak kecil.

"Kenapa nggak di titipin ke Wenda aja kak?" Aku menyuarakan protesku kali ini.

"Dia lagi sibuk sama tugas kuliahnya, Rash. Please mau yah?" Kak Arsy menatapku dengan puppy eyes miliknya.

Ugh, kakakku itu tau saja kalau aku paling tidak bisa menolak permintaannya jika dia sudah menunjukkan tatapan itu.

Aku menghela nafas pasrah, mau bagaimana lagi?

"Yaudah. Siniin Junanya" Aku mengambil alih Juna dari gendongan kak Arsy. Juna tanpa protes seperti biasanya, merentangkan kedua tangannya padaku. Tumben?

"Thank you, Arash! Kak Syl janji ngga akan sampe tengah malam" Seru kak Arsy antusias. Aku memutar bola mata.

"Hmm" Aku melirik Juna yang sepertinya sudah mengantuk.

Sebenarnya janji kak Arsy itu tidak terlalu dapat ku percaya. Terakhir kali Juna dititipkan disini, dia berakhir menginap sampai pagi.

"Kakak pergi dulu yah mau siap²" Setelah mencium pipi Juna dan akan dilanjutkannya dengan mencium pipiku juga- yang mana ku cegah karena aku bukan bocah lima tahun lagi, kak Arsy pun melangkah menuruni tangga.

"Oh iya, Rash. Mama kapan pulang?" Seru kak Arsy dari lantai bawah. Mama memang sedang mengunjungi Papa yang sedang melihat cabang perusahaan di Medan.

"Katanya sih lusa!"

"Oh yaudah. Kakak pergi yah! Baik-baik sama Juna!"

"Sure" Gumamku sambil merogoh Hp dari dalam saku celana. Aku mencari kontak Aldi- salah satu temanku.

"Halo, Di"

".."

"Iya, sory gue ngga bisa ikut ngumpul hari ini"

".."

"Oke. Salam buat yang lain juga"

Setelah menutup sambungan telfon aku membawa Juna yang sudah terlelap dalam gendonganku ke kamar.

Mungkin setelah ini aku akan bermain game saja di ponselku.

                   🐾🐾🐾🐾

Author

Avi menyuap es krim nya banyak-banyak, menikmati sensasi dingin dan rasa coklat Nutella kesukaannya.

"Vi, bukannya bulan ini kakak kembar lo ultah ya?"

Pada akhirnya, Imey lah yang menemaninya pergi ke kedai es krim. Karena Olivia lupa jika mata kuliahnya hari itu pindah ke jam siang.

"Hm, besok mereka ultah" Avi menghabiskan suapan terakhirnya. "Ntar temenin gue ke Mall yuk, Mei! Nyari kado buat kak Stev sama kak Oliv"

"Okey, lo nggak mau nambah lagi es krimnya?"

Avi menggeleng "Gak ah, kenyang gue".

"Wah, tumben amat? Biasanya Juga nambah tiga kali" Ejek Imey sambil tersenyum geli. Avi mengacungkan tinjunya Pada Imey.

"Dah ah, cabut yuk keburu sore nih, bisa digantung gue sama mama kalau kelayaban sampe malem" Ajak Avi pada Imey.

"Yuk!"

Imey berdiri dan Mengikuti Avi yang berjalan menuju pintu. Ponsel Avi yang berbunyi mengalihkan Perhatian Avi sejenak. Sembari terus berjalan Avi membaca pesan yang masuk ke aplikasi Whatsapp di ponselnya yang ternyata dari Stevan yang meminta tolong padanya untuk dibelikan nasi padang saat pulang nanti.

Namun saat Avi akan meraih handle pintu kafe, Avi dikejutkan dengan hantaman benda keras pada kepalanya. Saking keras dan terkejut nya Avi sampai terlonjak dan hampir limbung kalau saja Imey tidak menahan badannya.

"Adduhh!" Pekik Avi keras-keras. Avi tertunduk sambil mengusap-usap kepalanya yang berdenyut sakit.

"Oh, Sorry. Gue ga sengaja" Seru si penabrak dengan nada penyesalan yang tulus. Avi mengangkat kepalanya untuk melihat Wajah si penabrak, yang ternyata..

"Arash?" Pekik Avi dan Imey bersamaan. Arash mengangkat sebelah alisnya sambil Menatap kedua gadis itu bergantian.

"Kalian" Ujar Arash santai.

"Elo kenapa sih hobinya nabrakin gue mulu? Kalau gue gegar otak gimana?" Omel Avi pada Arash yang sedang menatap penuh konsentrasi pada dahi Avi yang sedikit memerah.

"Drama banget Sih" Gerutu Arash.

"What? Drama? Asal lo tau ya kepala gue sakit!"

Avi dan Arash mulai berdebat mengacuhkan keberadaan Imey yang memandang keduanya dengan bingung.

"Iya gue tau. Jidat lo merah." Ucap Arash sedikit bersimpati.

Avi terkesiap "Beneran merah, Mei?" Tanya Avi pada Imey dengan panik, Imey mengangguk ragu sebagai jawabannya.

"Iih, Arash ini semua gara-gara lo!" Rajuk Avi sambil melihat keadaan dahinya menggunakan kamera ponselnya. Dan benar saja, dahi kirinya sedikit benjol dan memar. "Kalau terjadi apa-apa sama jidat gue lo harus Tanggung jawab!" Ancam Avi pada Arash yang kini mulai menghela napas lelah.

"I say i'm sorry.."  Arash mulai jengah dengan sikap Avi yang berlebihan.

"Yeah right.."

Perdebatan itupun masih berlanjut hingga seorang wanita setengah baya yang menuntun anak kecil menyela mereka berdua.

"Mas, mbak- kalo ada masalah selesaikan baik-baik! Jangan sampe berantem apalagi putus, ya?! Semua masalah pasti ada jalan keluarnya" Nasehat ibu itu dengan bijaknya. Membuat Arash, Avi dan Imey membuka sedikit mulut mereka sambil saling melempar lirikan, heran mendengar perkataan wanita itu.

"What the hell" Desis Avi lirih.

Avi pun menarik tangan Imey untuk segera pergi dari tempat itu, jujur saja ia malu mendengar persepsi ibu itu yang menyangka ia dan Arash berpacaran. Meninggalkan Arash yang masih berdiri sendirian sambil mengangkat Kedua alisnya tinggi-tinggi sebelum melangkah masuk ke dalam kedai es krim sambil bergumam-

"Kalau bukan karena Juna ngerengek minta es krim, ogah gue kesini!".

               

                    🍀🍀🍀🍀

"Menurut lo bagus yang mana, Mei?" Avi bertanya pada Imey sambil menimbang kedua benda ditangannya. Avi dan Imey sedang berada di Mall saat ini.

"Lo yakin mau beliin flat shoes dan bukannya high heels buat kak Oliv, Vi?" Imey balik bertanya dengan nada ragu.

"Hehe, iya juga. Habis gue tergoda sama sepatu² ini, Mei. Mereka bagus-bagus banget!" Seru Avi antusias.

Imey mencibir Avi "Yaelah nih anak! Lo mau beli kado buat kakak lo atau mau shoping buat diri lo sendiri sih?"

"Iya-iya bawel! Ayo pindah ke rak sebelah sana" Avi menarik tangan Imey untuk melihat kumpulan high heels di rak yang berbeda.

"Eh Vi, kepala lo udah ngga apa-apa?" Tanya Imey sambil memperhatikan dahi Avi yang bertambah merah.

"Masih nyut-nyutan sih, Mei. Gara-gara Arash nih!" Ujar Avi kesal sembari mengusap luka di dahinya, lalu mengernyit kesakitan setelahnya. Avi jadi merasa kesal lagi pada Arash.

"Kan Arash udah minta maaf, Vi."

"Iya sih, tapi kan gue kesel di tabrakin mulu sama dia" Avi meraih sebuah sepatu berwarna peach dan menatapnya dengan mata berbinar.

"Ini bagus yah, Mei?" Tanya Avi antusias yang disetujui oleh Imey.

"Sekali lagi lo ditabrak sama dia, gue doain kalian jodoh" Gurau Imey, membuatnya mendapat cubitan kecil di lengannya.

Avi melotot kesal "Mit-amit deh"

Imey tergelak puas melihat respon Avi "Mit-amit apa Min-Amin tuh Vii" Goda Imey sekali lagi sebelum bersembunyi dibalik rak sepatu, karena Avi sudah mengangkat heels di tangannya tinggi-tinggi siap untuk melemparkannya pada Imey.

"Dasar temen sableng lo Mei!!"

                     🌱🌱🌱