Curahan Hati
Hati asrea terasa seperti tercabik-cabik ketika melihat resta sedang melakukan hubungan intim bersama wanita lain. Padahal ia baru saja ingin menyatakan perasaan yang selama ini ia pendam kepada resta.
"Ha ha ha… memang aku ini siapa… menyatakan perasaan setelah 1 tahun berpisah… tentu saja hasilnya akan begini ya… dari dulu aku juga tidak berani mengatakannya... kalau aku menyukai kak resta… jadi wajar kalau dia memilih orang lain…"
Asrea berjalan sambil terus menundukkan wajahnya, hati dan pikirannya benar-benar kacau.
"Tapi… hisk… tapi kenapa… air mata ini tidak mau berhenti… padahal hal seperti ini harusnya sangat wajar terjadi… kenapa hatiku terasa sangat perih… padahal aku tidak memiliki luka ataupun penyakit bawaan…"
Saat asrea berhenti melangkah hujan mulai turun setetes demi setetes hingga akhirnya menjadi lebat.
"Hujan… ini… sedikit membuat pikiranku tenang…"
Asrea menatap langit sambil merasakan tetesan air hujan membasahi tubuhnya. Namun ketenangan hati asrea hanya bertahan sebentar, rasa sakit pada dadanya pun kembali muncul. Saat asrea sedang merasakan sakit pada dadanya, air hujan tiba-tiba berhenti membasahi tubuhnya.
"Jangan hujan-hujanan… tidak baik bagi tubuhmu… meskipun kau memiliki tubuh seorang etranger.."
Rigma muncul dengan dua payung di tangannya, payung di tangan kirinya digunakan untuk asrea.
"Rigma… "
"Iya ini aku…"
Asrea pun memeluk rigma ketika melihat senyuman hangat pada wajah rekan yang paling ia percaya itu.
"Anu… asrea…?"
"Maaf… tolong biarkan aku seperti ini sebentar saja…"
"Ba-baiklah…"
Asrea pun menangis sejadi-jadinya ketika memeluk rigma, rigma sendiri hanya bisa pasrah sebab kedua tangannya penuh. Tangisan asrea terus berlanjut hingga 30 menit dan hujan pun mulai reda.
"Jadi… boleh aku tanya kenapa kau menangis…?"
"A-aku… aku juga tidak tahu kenapa… tapi dadaku terasa sangat sakit ketika melihat kak resta dengan wanita lain..."
"Yah setiap orang punya pilihan… mungkin si resta ini memang bukan untukmu…"
Rigma mencoba memberikan solusi agar hati asrea jadi lebih tenang. Sebab larut dalam kesedihan akan mengganggu jalannya misi menurut rigma.
"Makasih… aku sekarang sudah lebih baik…"
"Bagus… kalau begitu ayo pulang… lebih baik beristirahat sekarang… sebab besok akan ada sesi latihan…"
"iya…"
Asrea meraih uluran tangan rigma, mereka pun berjalan menuju markas pusat tempat mereka tinggal. Asrea dan rigma terus berpegangan tangan dalam perjalanan seperti seorang kekasih yang ingin terus bersama. Saat kembali ke kamar khusus, asrea langsung memeluk rigma dari belakang dengan sangat erat.
"Asrea…?"
"Rigma… bantu aku melupakan kesedihan ini…"
"Anu… bagaimana…?"
"Begini…"
Ciuman mesra dari asrea berhasil meraih bibir rigma dan keduanya pun bercumbu mesra. Kedua anak muda yang berbeda jenis kelamin itu seakan melupakan daratan ketika sedang berciuman. Asrea menarik tangan rigma agar menyentuh dadanya yang bulat dan ranum dari luas bajunya.
'Menarik… biar aku bantu sedikit…'
Syna membentuk lingkaran sihir berwarna merah muda di ujung jari telunjuknya ketika melihat rigma berciuman dengan asrea.
"Asrea kamu…?"
"Kumohon… jangan bertanya lagi… khusus malam ini…"
"Ba-baiklah… hmmm…"
Rigma kembali mencium bibir mungil asrea dengan lembut sambil memainkan lidahnya. Tangan rigma semakin bebas bergerak, tangannya bahkan sudah berani menyusup ke dalam baju asrea.
"Hmmm…"
Asrea semakin tenggelam dalam kenikmatan ketika merasakan ada penyusup yang menyentuh dua buah terlarang miliknya.
"Rigma… "
Suara berat terdengar keluar dari mulut asrea ketika rigma melepas ciumannya. Satu persatu pakaian mereka pun terlepas dan tergeletak di lantai kamar. Rigma akhirnya bisa melihat tubuh asrea yang polos tanpa penghalang sedikitpun. Begitu juga dengan asrea yang akhirnya bisa melihat seluruh tubuh rigma untuk pertama kalinya. .
"To… tolong lembut padaku… ini pengalaman pertamaku…"
"Tenang… aku akan memperlakukanmu dengan sangat lembut…"
Rigma memegang wajah asrea dengan lembut sambil mengecup lehernya untuk membuat tanda.
"Hnnnn… rigma…"
Asrea yang belum pernah merasakan kenikmatan dalam berhubungan dengan lawan jenis langsung mendesah. Ia merasakan sensasi aneh ketika rigma menjamah tubuhnya yang polos tanpa pakaian. Tangan kanan asrea pun mulai meraba benda tumpul keras yang ada di bawah perut rigma. Sementara tangan kirinya terus meraba dada rigma yang penuh otot halus dengan lembut.
"Rigma… aku lihat kak resta memasukan benda ini ke lubang pada tubuh wanita…"
"Maksudmu ke sini…"
Rigma langsung mengarahkan tangannya dengan nakal ke selangkangan asrea yang basah.
"Hmmp… iya… di situ…"
Asrea mencoba menjawab sambil menahan perasaan aneh yang terus menjalar seperti sengatan listrik pada tubuhnya.
"Aku masukin ya…"
"Iya… aku ingin melakukan hal yang sama… aku ingin melupakan kesedihan ini…"
"Kalau sakit bilang…"
Rigma perlahan mulai melakukan eksekusi dengan memasukan senjata pusakanya ke dalam lubang kenikmatan.
"Sakit kah…?"
Rigma mencoba untuk tidak bergerak ketika selesai memasukan seluruh senjata pusakanya. Sebab ia melihat asrea seperti menahan rasa sakit yang luar biasa saat mereka berdua terhubung.
"Aku gak apa-apa… aku seorang etranger… rasa sakit seperti ini bukanlah masalah… hanya saja aku merasakan kamu masuk ke dalam tubuhku seperti ini… rasanya agak aneh…"
Pengalaman dengan harun dan dini selama ini ternyata sangat berguna bagi rigma sekarang. Ia dapat memahami perasaan partnernya ketika melakukan hubungan untuk pertama kali.
"Kalau begitu aku akan mulai bergerak…"
"Ahhh… rigma… pelan-pelan…"
"Oke… "
Malam yang penuh dengan suara desahan pun dimulai, rigma dan asrea benar-benar melakukannya semalaman. Akhirnya mereka pun hanya dapat tidur selama 3 jam karena kenikmatan dunia yang menguasai pikiran mereka semalaman.
"Huaaa… aku tidak percaya bisa melakukannya selama itu… sekarang sudah harus ke area latihan…"
'Umu… umu… ternyata bocah sepertinya bisa berkembang secepat ini… bahkan bisa memperlakukan wanita dengan lembut…'
'Berisik… semua ini berawal dari kutukan miasma darimu juga… aku jadi memiliki pengalaman menangani wanita…'
Rigma yang awalnya ceria langsung muram ketika mendengar ejekan syna di dalam pikirannya.
"Selamat pagi rigma…"
Ketika sedang melakukan peregangan tubuh, rigma mendengar suara lembut asrea menyapanya.
"Yo… met pagi…"
"Kita akan ke lapangan sekarang kan…?"
"Iya… mau bareng…?"
"Tentu…"
Senyuman manis asrea terlihat ketika mendengar ajakan rigma untuk pergi bersama ke area latihan. Sudah banyak anggota pasukan sukarelawan yang ada di area latihan bersama nia dan denar.
"Wah-wah bintang baru pasukan sukarelawan sudah datang…"
Resta menyambut rigma dan area yang baru saja datang di lokasi latihan pertama pasukan sukarelawan.
"Kami tidak telat kan…?"
"Tentu saja tidak… masih ada satu grup lagi yang belum datang… "
"Syukurlah… aku pikir kami akan jadi yang terakhir datang…"
Saat rigma mencoba membaur di tengah area latihan, asrea pun ikut di belakangnya. Namun tanpa sengaja resta melihat tanda kecupan di leher asrea ketika berjalan melewatinya.
"Tunggu rea…"
"Ada apa kak…?"
"Tanda apa yang ada di lehermu itu…?"
"Ah ini… ini adalah tanda kedewasaanku… sekarang tolong lepaskan tanganku…"
Resta terlihat geram ketika mendengar jawaban asrea yang terkesan angkuh dan juga acuh kepadanya.
"Rea…! kamu…! Apa kamu lupa kedua orang tua kita ingin agar kita menjadi suami istri…!?"
"Maaf…? Bukankah itu hanya sebatas rencana…? Kita bahkan belum pernah bertunangan atau resmi berpacaran sebelumnya…"
'Sialan… kenapa gadis kecil ini tiba-tiba menjadi dingin… dia biasanya selalu lembut dan melihatku dengan tatapan kagum… kalau begini rencanaku mendapatkan bibit hydra bisa gagal…'
Resta terpojok, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena memang awalnya resta pikir mendapatkan hati asrea hanyalah permainan anak kecil.
"Bisa kau jelaskan kenapa sikapmu tiba-tiba berubah…? Dan siapa yang memberikan tanda itu di lehermu…?"
"Maaf kak ini bukan urusanmu… lebih baik kau urus saja wanita yang kemarin bersamamu…"
"Wanita…? "
'Ah sial…! Sekarang aku ingat… kemarin santi melakukan hubungan denganku… jangan bilang dia melihatnya… kalau memang benar kacau semuanya…'
Resta hanya bisa terdiam ketika tahu semua kelakuannya terbongkar dan diketahui oleh asrea.
"Maaf kalau sudah tidak ada urusan lain aku ingin menemui rekanku…"
Asrea menarik tangannya hingga lepas dari genggaman resta, lalu ia pun kembali ke sisi rigma. Asrea tidak tahu seberapa kesal resta ketika mengetahui semua rencananya gagal.
'Kalau memang aku tidak bisa membuatnya jadi milikku… tinggal aku curi saja bibitnya… aku tidak menyangka harus melakukan ini...'
Bersambung…