"Jadi saya saja?"
Aini mengangguk, walaupun Mursal takkan melihatnya karena terhalang jarak yang sangat jauh.
"Iya, karena kalau saya bakal ketahuan. Sementara Bapak, 'kan, tidak akan ketahuan. Nama Ain banyak di universitas, lumayan pasaran," sahutnya sambil merapikan buku.
"Baiklah, kalau nama Mursal?"
Aini tersenyum kecil. "Itu sebenarnya Bapak colong, karena seharusnya nama itu untuk menyebutkan para Rasul."
Mursal terkekeh langsung mendengarnya.
"Jangan pd tapi."
Kekehan yang harusnya kecil, berganti menjadi tawa yang lumayan lebar akibat ucapan Aini selanjutnya. Gadis itu ikut tertawa, hingga beberapa saat lamanya.
"Entah kenapa, sangat tepat, ya?" gumam pria itu membuat Aini menaikkan alisnya.
"Apanya?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com