Aini meringis setelah mengatakannya, hingga Mursal mencubit pipinya dengan gemas.
"Selesaikan dulu kuliah kamu, agar tidak terlalu sibuk. Setelahnya, kamu mau buat usaha apa dan bagaimana kita akan bicarakan, hmm?"
Aini tersenyum mendengarnya. "Benar?"
"Iya, aku akan memodali, InsyaAllah. Agar kita punya harta bersama. Dan kamu sudah punya satu usaha, 'kan?"
Aini mengernyit. "Apa?"
"Kelinci, kalau dia menghasilkan nanti lumayan juga, Sayang. Namun harus dirawat juga, bagaimana kabarnya tidak ada kamu kunjungi?" tanya Mursal dengan alis bertaut.
Aini tersenyum santai. "Bapak tenang saja, sudah ada perawat disana. Abi bilang begitu. Kita tidak sempat mau kesana sebelum pergi?"
Mursal diam beberapa saat. "Baiklah, kita kesana saja setelah ini."
"Benar?"
"Iya, tapi cuma sebentar saja, ya? Karena kita harus pakcing."
Aini tersenyum senang mendengarnya. "Oke, saya tidak sabar melihat kelincinya. Pasti lucu-lucu."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com