webnovel

Arrogant Husband

Saga adalah pria dewasa yang mapan dan seorang bos. Mempunyai gemerlap harta dan takhta. Namun, ia masih belum mempunyai seorang pendamping hidup, wanita yang akan bersamanya kelak membangun bahtera rumah tangga. Saga sangat menginginkan Alisa, wanita yang berhasil meluluhkan hatinya dan berniat akan mempersunting Alisa sesegera mungkin. Alih-alih menerima cinta dari Saga, Alisa malah mencampakkan pria itu, yang membuat Saga tak terima dikatai seperti itu oleh Alisa. Jelas saja, Saga marah besar dan berniat akan membalas dendam padanya. Dengan merebut kesucian Alisa, maka babak baru dalam kehidupan mereka pun dimulai. Apakah Saga akan sepenuhnya mendapatkan hati Alisa? Atau justru, dirinya dibenci oleh sang wanita? Ig : anggun_marimar1997

AnggunMarimar1997 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
397 Chs

No Feeling

Saat Saga sudah sampai di depan rumahnya, ia pun segera turun dari mobil dan menyuruh Alisa ikut turun bersamanya. Namun, wanita itu masih tetap berada di dalam mobil, enggan untuk ke luar. Terpaksa, Saga menarik dengan kencang tangan wanita itu dan membawa masuk ke rumah.

"Lepaskan!" Namun, Alisa tak bisa melawan Saga yang kuat. Pria itu masih saja menarik pergelangan tangannya cukup kencang.

"Aku bilang lepaskan! Kau tuli kah?!" Langkah Saga terhenti, otomatis Alisa juga berhenti. Pria itu menoleh ke belakang dan memandangnya tajam. Alisa jadi kicep seketika.

Tanpa diduga-duga, Saga pun menggendong Alisa dengan ala bridal style. Membuatnya terpekik dan langsung minta diturunkan. Namun, Saga tetap tak mengindahkan permintaan sang calon istri. Ia tetap membawa Alisa menuju kamarnya sendiri.

Wanita itu kelimpungan, ia tengah melihat Saga akan membawa ke dalam kamar itu. Berkali-kali ia berontak, tapi tak membuahkan hasil. Saga masih menggendongnya sepanjang jalan.

Para anak buah Saga yang melihat mereka berdua seakan tak mendengarkan teriakan Alisa yang minta tolong. Jelas saja, mereka tak berani ikut campur dalam urusan Saga, bos mereka.

"Hei, turunkan aku!" ucap Alisa dengan suara meninggi.

"Dasar pria jelek! Turunkan aku!"

"Diam ...!" Langkah Saga terhenti dan ia menyuruh Alisa untuk diam. Saga tak kalah nyaring suaranya saat membentak wanita itu. Ia pun melanjutkan perjalanan lagi menuju kamarnya.

Saat sudah di depan pintu kamar, Saga terpaksa menurunkan Alisa dari gendongan dan mengambil kunci dalam saku celana. Ia memastikan agar wanita itu tak kabur lagi, maka Saga masih memegang dengan kencang pergelangan tangannya.

Mereka saling bertatapan cukup lama dengan tatapan tajam. Setelah pintu terbuka, Saga menyuruh Alisa untuk masuk ke dalam. Namun, wanita itu masih berdiam di tempat. Membuat Saga cukup geram karena ulah Alisa. Ia pun terpaksa mendorong punggung Alisa cukup keras.

"Hei! Kasar sekali kau!"

"Itu memang pantas untukmu wanita lemah!"

"A–apa ... kau bilang tadi? A–aku lemah?" Saga menganggukkan kepalanya.

Alisa tak terima dibilang seperti itu, maka ia pun maju ke hadapan Saga. Pria itu tak takut sama sekali dengan Alisa yang melotot padanya.

"Kau yang lemah, asal kau tahu. Dari awal, kau menyuruh anak buahmu untuk membawaku ke sini. Minta pertolongan dengan mereka semua, seolah kau tak bisa apa-apa! Kau lemah!" Tak ingin berdebat dengan Alisa, Saga cukup mendekat dan menempelkan bibirnya pada wanita itu. Ia melumat sedikit bibir Alisa.

Alisa tak terima dan mendorong dada bidang Saga dengan keras, membuat pria itu terdorong ke belakang dan melepaskan ciuman itu.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya kau melakukan seperti itu. Tak punya malu!"

Namun, Saga hanya tertawa. Ia menertawakan tingkah Alisa yang menurutnya sok suci.

"Dasar wanita sok suci! Kau lupa kejadian waktu itu hah?! Kesucianmu sudah kuambil." Saga mengingatkan lagi kejadian waktu itu. Membuat Alisa diam seketika.

Alisa langsung menangis saat kembali diingatkan kejadian itu. Rasa tak berguna lagi hidupnya sekarang. Kesuciannya telah diambil oleh pria yang tak pernah ia cintai. Seorang pria yang arogan.

Saat melihat Alisa menangis seperti itu, tak membuat Saga langsung merasa kasihan. Selama ini, ia cukup jengkel dengan tingkah Alisa yang menurutnya selalu sok suci, padahal mau juga.

"Jangan menangis seperti itu sayang," ucap Saga sambil menjulurkan tangannya ke puncak kepala Alisa. Namun, tangan Saga langsung ditepis dengan kasar oleh wanita itu.

Saga pun tak mau hilang kesabaran karena Alisa. Sebisa mungkin ia mencoba mengontrol emosinya.

Alisa menangis sambil memandang ke arah Saga. Ia memicingkan mata ke arah pria itu. Saga hanya terlihat santai menyikapinya.

"Jangan seperti itu. Sebentar lagi kita akan menikah dan kau akan jadi istriku."

"Tidak!" Alisa menolak dengan keras usul dari Saga. Ia tak mau menikah dengan seorang pria arogan seperti Saga.

"Aku tak perlu persetujuanmu, Alisa. Ya atau tidak, aku akan tetap menikahimu."

"Aku bilang tidak, tetap tidak!" Alisa mencoba melawan ucapan Saga.

Saga langsung meraup kasar wajah cantik Alisa dengan tangannya. Ia tak suka dibantah seperti ini, apalagi oleh seorang wanita. Dirinya tak ingin kembali dicampakkan oleh Alisa lagi.

"Sekali lagi, aku tak perlu persetujuan darimu! Kau mau atau tidak, bukan urusanku!" Saga tetap pada pendiriannya, bahwa ia akan segera menikahi Alisa. Setuju atau tidak, pernikahan ini akan terjadi.

Alisa memicingkan matanya karena tak terima dengan kemauan Saga. Ia tak akan pernah menikah dengan pria itu.

Lantas, Saga mengurung Alisa di dalam kamarnya dan ia segera kembali ke kantor. Urusannya untuk menemukan wanita itu sudah selesai. Saga bisa kembali fokus untuk pekerjaannya, tanpa merasa terganggu lagi. Pria itu tersenyum puas saat melihat Alisa menangis seperti ini.

Wanita itu dengan mata yang memerah, masih memandang tajam ke arah Saga. Alisa tak akan pernah mau menikah dengan pria itu. Dari awal pun, dirinya sudah tak setuju dipaksa menikah.

"Baik-baik sayang di sini, aku ke kantor sebentar saja, lalu kembali lagi untuk menemuimu. Jangan nakal." Saga menjentikkan jarinya pada Alisa. Wanita itu memandangi kepergian Saga yang menuju arah ke luar.

Sepeninggal Saga, Alisa masih menangis dan menekuk kedua lututnya di atas ranjang. Kenapa ia harus kembali lagi ke rumah ini. Rumah yang penuh dengan kesengsaraan. Ia tak suka berada di sini, Alisa ingin secepatnya pergi dari rumah ini.

Di dalam kamar ini, mengingatkannya kembali pada kejadian itu. Saat Saga berhasil mengambil kesuciannya. Waktu itu, ia tak berdaya apa-apa. Alisa masih saja terus menangisi semua ini.

"Kenapa nasibku seperti ini, Tuhan? Kenapa kau menghukumku? Apa salahku?" Alisa meraung-raung dan melemparkan bantal serta guling ke sembarang arah. Ia sangat geram karena harus dikurung di kamar ini lagi. Alisa sengaja mengacak-ngacak seprei dan melemparnya sembarangan. Dirinya sengaja membuat kamar Saga seperti kapal pecah. Alisa tak peduli, kalau Saga akan marah padanya.

"Aku benci kau, aku tak mau menikah! Aku berdoa, semoga kau segera mati saja!" ucap Alisa yang di luar kendali. Wanita itu mendoakan agar Saga segera meninggal.

Alisa sangat frustrasi dengan kondisinya sekarang. Saga ingin menikah dengannya dan dalam waktu yang singkat pula. Apa yang harus Alisa lakukan sekarang? Apakah ia lantas menerima saja pernikahan ini? Yang didasari tanpa berlandaskan cinta. Bagaimana nanti rumah tangganya akan berjalan sempurna tanpa cinta di dalamnya?

"Aku tak mencintainya. Aku tak mencintainya. Aku tak mencintainya," ucap Alisa berulang kali. Wanita itu masih dalam keadaan menangis. Alisa terduduk lemas di lantai kamar.

Alisa tak menerima nasibnya seperti ini. Ia ingin Tuhan segera menghentikan ini semua. Dirinya tak mau menikah dengan pria yang tak pernah ia cintai sama sekali.