Alisa mengerjap-ngerjapkan mata. Ia sudah terbangun dari tidur. Namun, ia langsung terkejut karena masih berada di atas dada bidang Saga. Pria itu masih mendekapnya dengan erat. Perlahan-lahan, ia menggerakkan tubuhnya agar lepas dari dekapan itu.
Setelah berhasil lolos dari dekapan Saga, Alisa langsung melihat bagian dadanya yang masih terbuka. Kancing-kancingnya telah terbuka lebar. Dengan cepat, ia pun menutup kancing bajunya. Rupanya Saga masih tertidur pulas.
Jendela kamar masih terbuka lebar, dengan cepat ia tutup dengan segera, lalu menutup gorden. Pandangan Alisa langsung tertuju pada jam dinding. Hampir pukul tujuh malam. Rupanya ia dan Saga telah tidur dalam waktu cukup lama.
"Astaga, lama sekali aku tidur rupanya. Sampai jam segini baru bangun," ujar Alisa.
Setelah menutup jendela tadi, ia merasa canggung untuk kembali lagi ke atas ranjang. Di sana sudah ada Saga yang masih tertidur pulas. Pria itu masih mengenakan baju, tapi beberapa kancing atasnya sudah terbuka. Menampilkan bagian dada bidangnya yang begitu mulus, tanpa cela.
Akhirnya, Alisa naik kembali ke atas ranjang dan duduk di samping Saga yang tertidur. Ia memandangi wajah suaminya yang tampan. Pria itu memang memesona. Andai saja, pertemuan pertamanya dengan Saga terjalin baik, mungkin pernikahan ini membuatnya bahagia dan tak merasa terbebani. Namun, pria itu telah berlaku kasar padanya dan telah merenggut kesucian Alisa.
Mengingat itu, membuatnya jadi sakit hati lagi. Tangisannya tertahan sambil melihat wajah Saga.
"Kau pria jahat!" Beruntung, Saga tak mendengar ucapan Alisa.
"Kenapa aku bisa menikah denganmu?!"
"Kenapa hah!"
Bertubi-tubi Alisa berucap, hingga membuat Saga menggeliat di tempat tidur. Pria itu meraba dadanya sendiri. Memastikan bahwa Alisa masih ada di atasnya atau tidak. Sontak Saga langsung membuka mata dan mendapati istrinya sudah ada di samping.
"Alisa ...."
Namun, yang dipandang hanya merengut tak suka. Wanita itu hendak menangis, terlihat dari bulir-bulir air matanya yang hendak jatuh tapi tertahan. Saga langsung duduk dan mendekat ke Alisa.
"Kau kenapa?" tanya Saga. Alisa memicingkan mata, tak suka dengan pertanyaan Saga.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Alisa. Pria itu lalu memandang ke arah jam dinding. Ternyata waktu sudah malam hari. Waktunya ia ingin meminta jatah malam pertama pada sang istri. Namun, saat melihat bagaimana ekspresi Alisa, membuatnya berpikir dua kali untuk berucap.
"Alisa?"
"Ya?"
"Sudah malam ...."
"Lalu?" Alisa menaikkan sebelah alisnya.
"Aku ingin minta jatah malam pertama."
Alisa hanya bisa mengembuskan napas panjang. Yang ia pikirkan sekarang hanya makan, karena sedari tadi dirinya belum makan apa pun.
"Aku lapar, ingin makan." Saga berpikir sejenak. Apakah ia harus membawa wanita ini makan di luar atau bagaimana. "Apa ada bahan makanan di kulkas yang bisa kumasak?"
"Kau ingin memasak? Pembantu kan ada. Biar bibi saja yang memasaknya."
"Tak usah. Biar aku saja.." Alisa memanyunkan bibir dan beranjak dari ranjang. Wanita itu langsung membuka pintu kamar dan menuju dapur. Saga langsung loncat dari ranjang dan menghampiri Alisa dengan cepat.
Wanita itu masih memakai piyama panjangnya yang berwarna pink. Alisa menuruni anak tangga perlahan. Pandangan Saga melihat bagian bokong Alisa yang menurutnya sangat menggoda mata. Memang tak salah, kalau ia menikahi wanita ini.
'Seksi sekali. Aku jadi tak sabar.'
Akhirnya, mereka berdua sudah berada di bagian dapur. Alisa langsung membuka kulkas untuk mencari bahan makanan di sana. Matanya celingak-celinguk melihat bahan makanan yang tersedia dalam kulkas.
"Ada yang bisa saya bantu, Non?" Seorang pembantu Saga menghampiri mereka berdua. Alisa terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Bibi, tolong buatkan nasi goreng untuk kami berdua!" perintah Saga dan pembantu itu mengangguk.
Saga langsung menyuruh sang pembantu untuk mengambil alih tugas Alisa. Namun, sang istri menolak karena ia ingin memasak sendiri. Saga tetap pada pendiriannya dan mengajak Alisa untuk menjauh dari dapur. Ia memegang lengannya dan mengajaknya ke ruang tamu.
Semua anak buah Saga yang ada di ruang tamu langsung membubarkan diri. Kini, hanya tersisa Saga dan Alisa saja yang duduk di sofa.
"Kau ini wanita yang keras kepala. Sudah aku kasih kenyamanan, malah menolak."
"Diamlah. Aku tak mau berdebat!" ketus Alisa.
"Tapi, kau mau kan bercinta denganku malam ini?" Saga mengedipkan sebelah matanya. Alisa langsung salah tingkah dibuatnya. Bisa-bisanya sang suami menggombal seperti ini.
"Apa sih!"
"Sudahlah, jangan mengelak lagi. Kau juga mau kan?" Saga langsung mendekat ke wajah sang istri. Pandangannya fokus menatap bibir mungil Alisa, lalu mengarah ke bagian dada. Ah, ingin sekali ia meremas dua buah benda kenyal tersebut.
Merasa ditatap seperti itu dengan penglihatan yang ganas dari Saga, membuat Alisa membalikkan badan. Agar pria itu tak berpikiran mesum lagi. Namun, Saga sepertinya sudah tak tahan lagi. Dengan cepat ia mulai meraih dua buah benda keramat Alisa dan memijat-mijatnya dengan lembut.
"Dengan membelakangiku seperti ini, membuatmu menang, begitukah?" ucap Saga menyindir. Tangannya masih lihai meremas bukit kembar itu.
Mata Alisa merem melek, sesekali napasnya tersengal-sengal. Remasan Saga makin lama makin bertenaga. Dengan paksa, Saga mulai membalikkan tubuh Alisa agar menghadap dirinya. Dengan cepat, Saga langsung menyambar bibir Alisa dan mengulumnya.
Alisa hanya pasrah dan tak berdaya. Ia pun membalas perlakuan Saga tersebut. Namun, tanpa diduga, pembantu Saga sudah berada di ruang tamu dengan membawa dua piring nasi goreng.
"Tu–tuan ...."
Saga langsung melepaskan ciumannya dari Alisa. Mereka berdua terlihat salah tingkah. Alisa merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Pembantu itu menyodorkan piring pada mereka berdua. Kemudian, berlalu lagi ke dapur untuk mengambil minuman.
Wanita itu langsung mengambil piring dan memakan nasi gorengnya. Saga mendelik ke arah Alisa. Melihat istrinya makan sambil salah tingkah. Tak lama, pembantunya datang lagi dengan membawa minuman.
"Terima kasih, Bi."
"Iya, Tuan."
Kemudian, ia pun mengambil piring itu dan menyusul Alisa makan. Mereka akhirnya makan bersama di ruang tamu seperti ini dalam keadaan yang sama-sama lapar.
"Makan yang banyak. Agar kau kuat melayaniku malam ini beronde-ronde."
Mendengar ucapan Saga seperti itu, membuat Alisa tersedak. Saga langsung mengambilkan air putih untuk sang istri. Setelah meminum isinya, Alisa langsung memandang tajam ke arah Saga.
"Apa-apaan kau ini!"
"Kenapa?" tanya Saga polos. Alisa langsung mencubit pinggang suaminya yang membuatnya mengaduh sakit.
"Aku tersedak karena ucapanmu itu."
"Ada yang salahkah dari ucapanku? Aku hanya menyuruhmu untuk makan yang banyak." Saga tetap membela diri, membuat Alisa pusing dibuatnya. Wanita itu lantas tak mau berdebat lebih panjang lagi dan melanjutkan makan malam. Saga tersenyum simpul melihat tingkah Alisa.
"Aku ingin seorang anak," bisik Saga lembut di telinga Alisa. Membuat wanita itu berhenti makan dan diam layaknya patung. Tanpa sadar, pipi Alisa tampak memanas.
-----
Follow ig : anggun_marimar1997
Jangan lupa tambahkan ke collections, ya.