webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
402 Chs

Bab 85 - Konflik Part 2

"Hehe, ponakan tuan Rasyid, apakah kamu di sini untuk belajar Teknik Aura? Apakah Kamu perlu bantuan Petualang Bangsawan, aku untuk membantu Kamu menemukan beberapa yang berlevel tinggi? Untuk beberapa teknik, aku rasa Kamu tidak memiliki hak untuk mengaksesnya." Tersenyum di depan Arman, Rey berbicara dengan arogan.

Arman meletakkan buku itu kembali ke rak buku dan menggeleng: "Terima kasih atas tawarannya, tetapi aku rasa aku tidak membutuhkannya sekarang."

"Oh, hehe, aku lupa … Arman belum menjadi seorang petualang, sehingga akan sangat sulit untuk mempelajari teknik tingkat tinggi." Dengan ringan menepuk dahinya, Rey tersenyum. Rintangan dalam nada suaranya juga ditampilkan di wajahnya.

Arman menghela napas lagi, Rey mengejeknya dengan sengaja.

Garis sedikit muncul di wajah Arman sementara dia berkata: "Aku tahu Kamu mencoba untuk mendapatkan perhatian Dewi tapi, aku harus mengatakan, Kamu cukup untuk bersikap seperti anak-anak,"